Surgery

5.4K 694 23
                                    

Sekarang renjun sudah siap dengan pakaian rumah sakitnya. Jujur. Dia sangat gugup sekarang. Setelah 10 tahun dia menjalani hidupnya dengan mata yang tidak bisa melihat, selama itulah dia merasa terpukul akan kenyataan. Tapi dia tutupi rasa itu di depan sahabat-sahabat nya. Yang tau dia masih suka terpukul akan keadaannya hanya ibu panti saja. Bahkan haechan sekalipun tidak tau, bahwa renjun terkadang mengalami depresi.

' mama, baba setelah aku bisa melihat lagi, aku janji akan mengunjungi makam kalian dan bertemu dengan gege. Gege, aku merindukanmu. Aku merindukan kalian semua. Tuhan, terimakasih. Terimakasih telah mempertemukan aku dengan tuan jeno, walau dia jahat tapi aku banyak berterimakasih padanya. Tapi, tuhan. Jika aku boleh egois, aku tidak ingin hidup menjadi pendampingnya. Aku tidak sanggup untuk itu, dia susah sekali ditebak dan, aku takut. Dia sangat kejam.'

Mata renjun terbuka saat seorang perawat memanggilnya.

"Tuan renjun operasi nya akan dimulai 10 menit lagi. Rilex saja ya... kami usahakan oprasi berjalan lancar" ucap perawat itu dibalas anggukan dan senyuman renjun.

"Terimakasih. Tapi, aku tidak akan berharap banyak. Aku akan menerima apapun hasilnya" ucap renjun namun tiba-tiba jeno menginterupsi mereka

"Aku tidak menerima kegagalan. Oprasi ini harus berjalan lancar, jika kalian gagal kalian akan tau akibatnya kan ?" Ancam jeno. Ya. Sedari tadi jeno ada diruangan renjun memperhatikan pria mungil itu sejak renjun memejamkan matanya sejenak hingga para perawat dan dokter masuk ke ruangan renjun.

Mendengar ancaman jeno, sontak membuat para dokter dan perawat itupun menundukkan kepalanya.

"Baik tuan"

Jeno menghampiri renjun tangannya mengusap kepala renjun dengan lembut.

"Tunggulah. Sebentar lagi kau akan menjadi miliku seutuhnya" bisik jeno, bibir nya mengecup kening renjun lama. Renjun merapatkan bibirnya, hati nya tidak tenang mendengar penuturan jeno. Dia ingin menangis sekarang, tapi jangan. Dia tidak boleh menangis didepan jeno. Jangan.

"Tuan, kami akan membawa tuan renjun ke ruang oprasi"

Jeno menjauhkan badannya membiarkan para perawat membawa brankar renjun ke ruang oprasi.

"Tuan"

Hendery datang menghampiri jeno.

"Ada apa?"

"Dari pihak BIN ingin bertemu dengan anda. Mereka bilang ada sesuatu yang ingin mereka bicarakan"

"Dimana yeri ?"

"Nona yeri sedang ada meeting tuan"

"Baiklah. Suruh mereka menunggu di ruanganku"

Jeno melangkahkan kakinya menuju lift. Dia mendengus kesal.

"Hahhh Dasar tikus-tikus sialan. Merepotkan saja" desis jeno

.
.
.

"Haechan kau mau kemana ?"

Haechan membalikan badannya mendapati ibu panti menatapnya penasaran.

"Aku mau ke rumah sakit bu, dokter bilang lucas hyung membaik. Ada kemungkinan dia bangun sebentar lagi" ucap haechan

"Syukurlah kalau begitu. Kabari ibu jika kekasihmu sudah siuman ya"

Pipi haechan memerah mendengar kata 'kekasih'. Padahal dia pacaran dengan lucas sudah 2 tahun, tapi entah kenapa rasanya masih malu mendengar orang lain menyebut kata itu padanya.

"I-iya bu, aku akan mengabarimu. Kalau begitu aku berangkat ya, sampai jumpa" pamit haechan melambaikan tangannya

"Hati-hati!"

ATTENTION {NOREN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang