Hope

2.8K 280 27
                                    

 Sudah 2 minggu Renjun berdiam diri di mansion milik jeno. hal itu membuatnya mati kebosanan, yang dilakukannya sehari-hari adalah bangun pagi, masak sarapan, melukis, makan, dan tidur. rasanya hidupnya monoton. sekarang ini dia sedang menatap langit-langit kamarnya, ingatannya menerawang pada saat hari pernikahannya. jeno masih belum memberitahunya alasan dia bersikap seperti itu, dan hampir membunuh ayah dan saudaranya.

renjun menelungkupkan wajahnya berteriak kencang. dia kesal juga pusing memikirkannya. tanpa disadarinya kamera cctv yang jeno siapkan di kamarnya mengintai kegiatan renjun. jeno memandang layar cctv nya datar, menurutnya renjun seperti anjing yang mulai stres.

"Apakah aku ajak dia ke kantor saja ?" gumam pria itu, namun sesaat dia menggelengkan kepalanya. "Ah, jangan. bahaya juga untuknya ke kantor" gumamnya lagi, mengingat di kantor juga banyak mata-mata musuhnya yang sengaja dia biarkan terlebih dahulu berkeliaran di perusahaannya. jeno bangkit dan memasang jas nya. pintu ruangannya terbuka memperlihatkan Sunwoo memandangnya bertanya

"kau mau kemana ?" tanya Sunwoo. jeno melewatinya begitu saja. membuat Sunwoo mendengus kesal.

"Yak, tuan Lee-" perkataannya terhenti ketika jeno berbalik menatapnya tajam.

"Sunwoo-ssi, perhatikan cara bicaramu, ini di kantor" ucap jeno dingin. Sunwoo menggaruk kepalanya tak gatal.

"A-ah... iya maaf. maksudku, anda mau pergi kemana tuan?" Tanya Sunwoo kikuk, melihat Jeno marah sudah biasa sebenarnya, tapi dia tetap tidak berani melawan bos nya itu.

"Aku mau pulang, berkas-berkas itu kau handle. akan aku kasih bonus nanti" ucap jeno lalu keluar meninggalkan Sunwoo dengan tatapan datar nya.

"Dan terjadi lagi.." Sunwoo mendengus sabar.

.

.

.

.

Dimansionnya Renjun memutuskan untuk melanjutkan lukisannya yang belum usai. telinga nya tiba-tiba mendengar deru mesin mobil. Renjun yakin itu jeno, tapi tumben sekali pria itu pulang lebih awal, apalagi ini baru jam 2 siang. Renjun memutuskan melanjutkan acara melukisnya hingga pintu ruangan terbuka menampakkan jeno dengan raut wajah datar nya muncul.. dirasanya tangan kekar itu memeluk pinggangnya erat. jeno mencium tengkuk renjun

"kau mau jalan-jalan ?" bisiknya di telinga renjun. sontak membuat renjun memerah. Renjun menganggukan kepalanya. Jeno mendengus kesal saat melihat reaksi renjun yang mengangguk saja. dia memutarkan badan renjun hingga menghadapnya. Renjun tetap menunduk tidak berani menatap mata itu. jeno mengakat dagu mungil itu berkata,

"tatap lawan bicaramu" ucapnya tegas, membuat renjun menelan ludahnya gugup takut jeno marah. Jeno memandangnya cukup lama.Sudah 1 minggu dia membiarkan istrinya, tidak menyapanya maupun menanyakan kabarnya. Dia jadi merasa bersalah dan rindu pada renjun.

"Kau masih takut denganku ya ?" ucap nya pelan. "Ayo jalan-jalan, sekalian ada yang ingin kubicarakan denganmu".

Renjun sontak mengangkat alisnya lucu, "K-kemana ?" tanyanya, Jeno tersenyum, tipis. "bersiaplah, aku menunggumu di bawah" ucap jeno sambil mengusakkan rambut renjun.

setelah jeno keluar, dia bergegas ke kamar nya bersiap. setelah siap, renjun ke bawah dan menemukan jeno sedang membaca koran di ruang santai. Suara sepatu renjun membuat atensi jeno berpindah ke arahnya. "Sudah siap ?" yang dijawab anggukan oleh renjun. Jeno melipat korannya dan menghampiri renjun, dia menautkan tangan renjun membuat sang empu terkejut bukan main, jeno menariknya ke dalam mobil pria itu.

Sepanjang jalan keheningan menyelimuti mereka, renjun merasa dejavu. dia menggigit bibirnya gelisah, dia takut sebenarnya. takut jeno membawanya ke tempat aneh seperti waktu itu. Suara jeno membuat nya terkejut

ATTENTION {NOREN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang