Two Faced Princess (Novel Terjemahan)

Bab 33

"Tuanku, tolong ... tolong biarkan aku pergi!"

Jeritan yang menggema di taman itu cukup keras untuk hampir mematahkan gendang telinga seseorang. Tapi dengan cepat terputus oleh suara seorang pria.

"Diam, jalang! Setiap kali kau melawanku, aku akan memukulmu lagi. "

Plak!

"Ahh!"

Ketika para penjaga dan tamu mendengar tamparannya, mereka mengerutkan kening. Paris juga melakukannya.

Dia mengizinkan Gareth, teman dan sepupunya, membawa seorang wanita ke taman. Tapi dia tidak pernah mengizinkan pelecehan atau penyerangan verbal. Gah, dia benci berurusan dengan situasi seperti ini...

"Yang Mulia, kami menunggu perintah Anda."

Paris ragu-ragu, dan mengutuk pelan. Dia tidak punya pilihan selain memberi perintah.

"Bawakan padaku."

Sesaat kemudian, para penjaga menyeret Gareth, yang meronta-ronta dan berteriak-teriak, dan Adrian Reese. Wajahnya penuh memar, dan air mata mengalir di pipinya. Pakaiannya robek. Wajah Nisha menjadi pucat saat dia melihat mereka berdua.

"Brengsek! Lepaskan aku! Apa kau tidak tahu siapa aku ?! "

Dia jelas mabuk. Tapi begitu dia melihat wajah dingin Paris, dia berhenti meronta.

"Anda-Yang Mulia Pangeran–"

Tinju Paris menghantam wajah Gareth bahkan sebelum kata terakhir keluar dari mulutnya.

Bugh!

"Ughh!"

"Apa-apaan ini!"

Paris mencengkeram kerah Gareth, dan menariknya ke depan. Gareth menatapnya dengan gugup. Arti dari tatapan yang dilihatnya di mata Paris jelas.

Itu semua salahmu. Jangan berani-berani mencoba menyalahkan saya untuk ini.

Paris memukul sepupunya dengan keras, kepala Gareth tersentak bolak-balik karena kekuatan amarah Paris. Dia melempar Gareth ke lantai.

"Apakah kau benar-benar mencoba memperkosa seorang wanita di taman saya?"

Gareth berkedip, lalu menggelengkan kepalanya dengan panik saat menyadari apa yang sedang terjadi.

"Ini semua salahku, Yang Mulia. Ini tidak akan terjadi lagi. "

Lebih banyak orang mulai berdatangan ke taman. Beberapa tamu mencoba menenangkan Paris.

"Yang Mulia, itu adalah kesalahan sang duke muda. Mari kembali sebelum Yang Mulia Kaisar atau Duchess melihat apa yang terjadi. "

"Bagaimanapun, gadis adalah pelayannya, Yang Mulia. Itu tidak akan membantunya jika Anda membuat masalah besar dari insiden kecil ini. "

Apollonia tahu Paris akan mendengarkan nasihat mereka, dan berpura-pura tidak punya pilihan lain selain melakukannya. Dia tidak terlalu bermoral daripada Gareth. Namun, Gareth melakukan segalanya sesuai dengan nalurinya. Paris lebih tertarik menyelamatkan muka.

Dengan kata lain, dia tidak peduli apa yang terjadi pada wanita itu, selama dia bisa membuktikan kepada semua orang bahwa dia adalah pangeran yang saleh yang tidak akan mentolerir perilaku seperti itu. Dalam hal itu, dia sangat mirip dengan kaisar. Hasilnya akan sama tidak peduli apa yang dia lakukan, jadi dia harus memanfaatkan situasinya.

"Kakak, ayo kirim Gareth kembali dulu."

Para penonton mengangguk saat Apollonia berbicara. Paris tampak sedikit rileks. Tidak ada yang akan menyalahkannya jika saudara perempuannya yang tidak bersalah, dan daya tarik utama dari perjamuan yang akan datang, adalah orang yang memintanya.

"Tapi aku akan mengambil anak ini dan merawatnya. Aku tidak bisa mengembalikannya ke bibi kita dengan penampilan seperti ini. "

Dia melepas mantelnya dan membungkusnya di sekitar Adrian, yang terbaring gemetar di lantai. Paris mengangguk, dan menatap Gareth.

"Jangan mendekati kebunku lagi. Aku akan menanganimu nanti untuk kejahatanmu menodai usia Nisha. "

Dan itulah akhirnya. Para tamu kembali ke ruang perjamuan, memuji kebaikan Apollonia dan ketenangan serta martabat Paris. Paris telah memberikan pelajaran kepada Gareth Liefer, yang mengganggu perjamuan, dan hampir melakukan dosa pemerkosaan di dalam istana kekaisaran.

"Yang Mulia, wanita ini... "

Pelayan yang tetap di taman melirik ke arah Apollonia dengan gugup setelah dia berbicara. Apollonia menatap Adrian, yang tampak seperti berada di ambang kesadaran. Dia bisa menyelamatkannya hanya karena dia berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat. Dia tidak yakin dia bisa mencegah hal ini terjadi lagi.

"Bawa dia ke Istana Bintang, dan panggil dokter," Apollonia mendesah. Dia tidak bisa begitu saja membiarkan korban Petra yang malang ini menderita.

TBC