CHAPTER 10

58 8 1
                                    

Tok Tok Tok.

"Masuk."

Seorang wanita dengan sepatu heels berwarna merah dan kacamata hitam yang dipakainya menyapa indra penglihatan sosok pria yang sedang duduk di kursi singgasananya. Kursi yang didepannya terdapat papan tulisan, Mew Suppasit CEO of MG GROUP.

Wanita itu melepas kacamata hitamnya, wajah cantik itu akhirnya terlihat begitu jelas.

"Lama tidak bertemu ya, Pak CEO."

"Davika Hoorne. Kawan lamaku tercinta. Bagaimana penerbanganmu tadi?" Mew beranjak dari duduknya dan menghampiri wanita itu lalu memeluknya sekilas.

"Buruk. Aku bosan duduk hampir 10 jam perjalanan."

"Ah jadi sekarang kamu pasti nggak akan mau kalau kusuruh duduk lagi?"

Davika menggelengkan kepalanya membuat Mew tertawa kecil. Wanita itu melihat sekeliling ruangan yang luas milik Mew sementara seorang asisten yang baru saja masuk kedalam ruangan langsung menghampiri Mew.

"Pak Mew. Acaranya akan berlangsung satu jam lagi."

"Baiklah, siapkan mobil, aku akan berangkat sekarang." Perintah Mew pada asisten yang barusaja masuk itu kemudian menghampiri Davika yang masih terlihat melihat beberapa perabotan unik miliknya.

"Kamu mau ikut?"

"Mau kemana memangnya?"

"Ah , mau melihat acara live bisnisman muda. Aku sedikit tertarik dengan anak ini."

"Oowh, boleh. Sepertinya menarik. Aku suka kalau berbicara soal bisnis. Ayo, kita berangkat!"

"Katamu, sudah bosan duduk?"

"Itukan beberapa menit yang lalu. Sekarang sudah nggak bosan." Davika meringis kecil lalu mengikuti langkah Mew untuk menuju keacara yang dimaksud.

Mobil alphard itupun melaju dengan kecepatan sedang menuju studio sebuah stasiun televisi yang tidak terlalu jauh dari perusahaan Mew. Sekitar lima belas menit, tibalah mereka berdua di gedung siaran langsung, dan berjalan menuju kedalam studio setelah turun dari mobil.

"Bisnis dibidang apa yang dia ambil? Property?"

"Bukan dia, tepatnya mereka. Namanya Chenlianson dan Frank, mereka berdua berteman lalu membuka usaha bisnis makanan bersama sejak dua tahun lalu tepatnya. Bisnis mereka cukup stabil sampai sekarang, bahkan mereka membuat perusahaan kecil dan-"

"Tunggu! Kamu bilang namanya siapa? Chenlianson?" Davika mendadak menghentikan langkahnya, menatap Mew serius.

"Iya. Kenapa memangnya? Ah itu, dia disana."

Deg! Jantung Davika berdegub sangat kencang setelah mengarahkan pandangannya pada sosok pemuda yang tengah duduk didalam studio, bersiap untuk acara live.

"Dav? Kamu baik-baik saja?"

Wanita itu masih terdiam, tiba-tiba saja ia merasakan kedua kakinya lemas, keringat dingin mulai ia rasakan. Sampai ia tidak sadar, hampir saja dirinya terjatuh jika saja Mew tidak memegangi tangannya.

"Kamu sakit?? Mau kerumah sakit sekarang? Ayo aku antar."

"Aku baik-baik saja Mew. Aku- aku hanya ingin segera duduk."

Mew mengangguk dan tetap memegangi Davika hingga mereka berdua duduk di kursi penonton studio live.

Lampu penonton mulai dimatikan ketika siaran langsung itu akhirnya dimulai, dua orang yang nampaknya sedikit hampir terlambat datang duduk disebelah Davika.

Setelah sambutan dari host dan perkenalan dari narasumber, sesi wawancara akhirnya dimulai. Host mulai menanyakan pertanyaan dasar dari sejak kapan ide membuat bisnis dimsum ini tercetus hingga bagaimana cerita lanjutannya bisnis itu berkembang hingga saat ini. Kedua narasumber didepan itu menceritakan garis besarnya, lalu membagikan motivasi untuk anak muda lainnya agar bisa seperti mereka, pemberian tips dan trick juga diungkapkannya pada acara itu. Hingga pertanyaan yang menjurus ke hal yang lebih pribadi pun dimulai,

I LOVE YOUR PA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang