Chapter 1

275 12 2
                                    


Terdengar decitan rem motor yang cukup menyakitkan telinga membelah kesunyian di tengah malam sunyi disertai bunyi langkah kaki terdengar tampak cukup terburu dengan sebuah suara pilu memohon , menghampiri seorang pemuda pelaku decitan rem, "Tolong aku...tolong" suara itu begitu pelan tetapi penuh pengharapan.

Kedua mata pemuda yang masih memakai helm nya itu menelisik seseorang yang sudah berdiri dihadapannya. Berantakan. Tetapi tidak mungkin berbohong bahwa ia memiliki rupa cukup cantik ditengah kondisi berantakannya saat ini.

"Naik." Putus nya ketika ia melihat bayangan orang dengan langkah kaki yang cukup terburu menuju kearah mereka. Tidak perlu waktu cukup lama lagi, motor dengan decitan rem yang memekakkan telinga itu perlahan menghilang ditengah belokkan dengan kecepatan tinggi dan bermuatan dua orang. Meninggalkan derapan langkah kaki dan bayangan orang yang tengah berusaha mengejar.

.

.

"Pesan satu kamar" ucapnya singkat yang langsung membuat sang penjaga tersenyum merona seolah sedang memikirkan sesuatu yang menggelitik, tetapi ia hanya diam dan menyodorkan sebuah kunci bertuliskan nomor 28.

Bagaikan anak itik, perempuan itu mengekor berjalan sedikit cepat dibelakang , tanpa bicara sepatah katapun sampai bunyi sebuah pintu terbuka, lebih tepatnya telah dibuka oleh seseorang yang sedari tadi ia ikuti langkahnya.

"Mandilah, bersihkan dirimu lalu akan kuantar pulang setelah ini."

Mereka bersitatap sebentar kemudian diangguki pelan, pintu kembali tertutup meninggalkan seorang pemuda yang berdiri dan menyandarkan badannya pada tembok. Dilihatnya jam pada pergelangan tangannya. Menunjukkan waktu pukul 10 malam.

Pintu kembali terbuka 30 menit kemudian. Kedua mata pemuda itu tidak salah. Perempuan itu cantik. Tidak, bahkan sangat cantik.

Tidak ada pembicaraan apapun diantara keduanya, hingga pemuda itu berhasil membawanya pulang kerumah. Hingga..

"Tunggu." Suara perempuan itu berhasil menghentikan tangannya untuk melajukan motornya kembali, kedua matanya mengarah melihat asal suara.

"Terimakasih." Ucapnya lagi, kali ini disertai senyum tipis. Cukup berhasil membuat kedua mata pemuda itu berpaling cepat, untuk tidak lama lama menatapnya.

"Aku ingin berterimakasih secara sopan, kuharap kamu mau masuk sebentar kerumah."

Ada tanda tanda permintaannya akan ditolak karena melihat dari gesture , kedua tangannya langsung mendarat di kepalan tangan pemuda itu dengan tatapan memohon.

"Tolong sebentar saja.... Ya?"

.

.

Kepulan asap yang berasal dari cokelat hangat didepan pemuda itu sangat menggoda hingga membuatnya tidak tahan lagi untuk mengambil kemudian segera menyeruputnya perlahan, kemudian meminumnya hampir setengah gelas. Membuat senyum tipis perempuan didepannya terlihat kembali.

"maaf, hanya ada cokelat hangat dirumah, walau itu kurasa tidak cukup untuk membalas kebaikanmu. Akan kucicil sedikit demi sedikit, hehe. Ah, kita belum berkenalan. Aku Love."

"Panggil saja aku Anson."

Tiba tiba pintu depan itu terbuka dengan cukup keras karena suara paksaan dari luar, cukup untuk membuat mereka berdua spontan memandang pintu secara bersamaan.

"LOVE!"

"Papa..."

Seorang pria dengan penampilan maskulin dan masih cukup terlihat muda, tetapi sedikit berantakan karena pakaian yang lusuh dan rambut yang berantakan segera memeluk erat Love seolah tiada hari esok. Kemudian keduanya menangis haru seolah sudah berpuluh-puluh tahun lamanya berpisah. Seolah lupa masih ada satu orang yang bersama mereka saat ini dan ia hanya terdiam.

I LOVE YOUR PA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang