Rahasia Kamar

23 9 2
                                    

Akhirnya dengan gaya sangat percaya dirinya ia membuka pintu tersebut.

Ceklek.

Atu membuka matanya dengan perlahan, ketika matanya sudah melihat dengan sempurna betapa ia terkejut dengan kamar yang isinya sederhana sekali, seperti jaman dahulu.

"Mengapa kamar biasa saja seperti ini tidak diperbolehkan untuk dimasuki?" Gumam Atu sedikit mengreyitkan kepala.

Setelah ia melihat dengan mata telanjangnya, ia teringat suara yang membuatnya masuk ke dalam kamar tersebut.Namun anehnya di kamar tersebut tidak ada benda jatuh," tunggu, apa ini?"

Ia menemukan sebuah kalung yang sangat cantik, dengan bandul bintang dan bulan terlihat sangat elegan. "Mengapa kalung ini tergeletak dilantai?" Ia berjongkok untuk mengambilnya, dan hendak ia meletakan di meja rias.

Ia melihat lihat buku-buku yang berada di rak samping kamar tidur, "Cinta Beda Dimensi, Peri yang Dikutuk, Antar Dunia, tunggu mengapa buku-buku ini hampir semua berhubungan dengan dimensi lain?" Katanya yang sedang membaca judul buku yang tertera.

"Dua dimensi?" Atu mengambil buku tersebut dan hendak membacanya, sebelum ia membaca buku tersebut suara ketokan pintu terdengar nyaring ditelinganya.

Tok..Tok..Tok..

"Sebentar." Teriaknya dengan tergopoh-gopoh ia lari untuk membuka pitu, tak lupa ia menutup pintu kamar tersebut.

"Fania??" Atu terlihat terkejut dengan kedatangan Fania yang tumben-tumben sekali tak menghubungi dirinya terlebih dahulu. "Kenapa kau seperti melihat setan saja," kata Fania yang sedikit aneh melihat tingkah sahabatnya.

"Ah tidak, mari masuk Fania." Fania masuk dengan rasa ada yang mengganjal dihatinya, "hmm seperti tak biasanya." Batinnya curiga.

"Mengapa kau tiba-tiba sekali datang kemari?" Tanya Atu dengan mengambil sikap duduk di atas kasur ranjangnya.
"TIBA-TIBA? HEY RATU ASOSILA SUDAH BERAPA KALI AKU CALL KAMU TAPI TIDAK ADA JAWABAN?" Fania geram dengan perkataan Atu yang seolah-olah dirinya tak menghibungi Atu yang pikun.

Atu terkejut dan langsung mengecek hp nya yang ternyata ia silent, "hehehe maafkan diriku wahai tuan putri Fania handphone hamba di silent."

Fania memutar bola matanya malas, "makanya jangan asal nuduh gitu ya, aku ga suka ga like!"

"Baiklah tuan putri, hamba mohon ampun untuk itu." Dengan tangan yang menyatu ia memohon layaknya pelayan kepada tuannya.

"Ehem,untuk itu tuan putri mau minum nih,"Tangan Atu tak segan-segan menoyor kepala Fania. "Ku kasih hati minta jantung kau ya Fan!"

"Aduhh!!!Atu aku ini kan tamu."

"Anggap saja rumah sendiri," mendengar ucapan Atu, Fania cemberut dan memandang malas."Ckckck, kalau begitu keluar dari rumahku sekarang juga!"

"Hey!! Tak begitu pula seenaknya saja kau menggunakan wewenangmu." Fania hanya tertawa terbahak-bahak, "hahahaha, aku hanya bercanda Atu."

Atu hanya mendegus kasar, ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan minum walaupun hanya air putih. "Nih, katamu kau ingin minum."

"Terimakasih Atu!! Sungguh ini tidak merepotkan dirimu bukan?" Sarkasnya dengan memiringkan senyum.

"Hey!Apakah kau bercanda? Tentu saja ini merepotkan diriku." Mendengar penuturan dari Atu, Fania hanya bisa tersenyum simpul dan berkata, "dasar!!"

Tak terasa waktu berlalu lama, surya hampir saja terbenam menandakan sore telah datang dan meninggalkan pagi yang menggembirakan.

"Aku pulang dulu Atu!!!Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa makan makanan yang ibuku buatkan untukmu." Katanya dengan berteriak, Atu hanya senyum dan mengacungkan jempolnya ke udara.

2 DIMENSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang