14: Daniel vs Ares

1K 281 154
                                    

penasaran gak kenapa daniel sama ares berantem? vote makanya, udh capek2 berantem juga>:(

+×+

Tadinya, Sean bertekad untuk membuat Daniel bertobat lebih cepat. Namun sayangnya, Daniel tetap saja brengsek seperti sahabatnya itu. Setiap hari, ada saja yang mereka lakukan. Jika sebelumnya Sean dan Biru tidak banyak melakukan apa-apa, sekarang mereka selalu melawan. Itulah alasan mereka juga sering ikut terseret ke ruang BK. Tidak hanya itu, Dika mulai berani membela diri dan Mikai mulai berani menolak suruhan Ares. Perkembangan yang bagus.

Perlawanan itu terus berlangsung cukup lama. Tepatnya hingga bulan Oktober. Festival olahraga di sekolah. Hari pertengkaran Daniel dan Ares. Akhir dari pertemanan mereka berdua. Awal bagi Daniel untuk menemukan jalan yang benar.

Di hari itu, tidak ada pelajaran. Semua orang sibuk mengurus festival olahraga itu. Biru dan Dika sibuk latihan. Mereka mewakili kelas untuk main futsal. Bagaimana dengan Sean dan Mikai? Mereka tidak ikut apa-apa. Jadi, mereka membantu anak-anak lain dalam mengurus bazaar.

"Huah! Akhirnya booth kelas kita udah jadi!" Seru Mikai sambil menjatuhkan bokongnya di bangku koridor. Ia meregangkan tangannya. "Eh, Se. Mau makan bakso di kantin, gak?" Ajaknya.

Topik makanan memang paling cocok untuk menyogok seseorang. Wajah Sean yang tadinya lelah langsung kembali bersemangat. "Ayo!" serunya. Baru saja mau berdiri, Sean teringat kejadian waktu itu. Kejadian diseret ke lapangan untuk jadi kiper. Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya. "Gak, deh. Mending di sini aja," ucapnya.

Mikai mengerucutkan bibirnya. Padahal ia sudah ngidam bakso sejak minggu lalu. "Tapi gue laper, nih," keluhnya.

Sean memandang booth-booth milik kelas lain. "Eh. Bukannya kelas sebelah jualan mentai? Kita beli di sana aja, yuk!" Ajaknya. "Kita bawa ke kelas kita aja nanti," tambahnya.

Mikai mengangguk. Tidak ada bakso, mentai pun jadi. Yang penting makan. Ia mengikuti Sean berjalan ke kelas sebelah. Bukan kelasnya Ares, kok. Tenang saja.

'Yes! Gue berhasil menghindar jadi kiper!' seru Sean dalam hati.

+×+

Di waktu yang sama, terdapat Biru dan Dika yang sedang ada di pinggir lapangan. Kalau ditanya sedang apa, mereka sedang duduk. Menonton pertandingan. Lah? Bukannya mereka seharusnya tanding? Iya dan tidak. Mereka berdua adalah cadangan. Yang bisa mereka lakukan hanyalah berharap tidak ada yang cedera. Soalnya, mereka berdua juga malas.

Selama pertandingan, Biru terus memperhatikan si kiper. Berharap dia tidak kesleo seperti dulu. Tidak terasa, pertandingan mereka pun selesai. Bagaikan mujizat, si kiper baik-baik saja. Ia tidak terjatuh sama sekali. Mungkin karena sedari tadi Biru terus mendoakannya. "Makanya, rajin-rajin berdoa," pesan Biru pada para pembaca.

Untungnya lagi, kelas mereka kalah. Jadi, mereka tidak perlu maju ke babak berikutnya. Dengan begitu, Dika dan Biru tidak perlu deg-degan menonton lagi. Di saat anak-anak lain keluar lapangan dengan kondisi penuh keringat, Dika dan Biru masih kering dan wangi. Kampret, kan? Curang.

Selesai pertandingan, Biru dan Dika mengunjungi booth minuman. Wah. Segar sekali rasanya bisa meneguk minuman dingin setelah berpanas-panasan di lapangan. JIAH PADAHAL CUMA NONTON DI PINGGIR DOANG. Menyebalkan.

Sang Pemutar Waktu - TXT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang