eh maap klo kepanjangan ehe
+×+
Pelan-pelan, Sean keluar dari tempat persembunyiannya. "Hehehe." Ia terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. "Kok tau gue di sini?"
"Gantungan tas lu berisik," jawab Biru datar.
Sean menoleh ke tasnya. Benar. Ia memiliki banyak gantungan tas. Orang dari radius 100 meter pun bisa mendengar bunyi gantungan tas Sean.
"Lu pasti punya banyak pertanyaan," tebak Biru.
"Betul, betul, betul," jawab Sean ala upin-ipin.
Kepala Biru celingukan. Ia lalu mendekati bangku panjang. "Gue bakal jelasin semuanya, tapi lu jangan bilang ke yang lain," ucapnya seraya menjatuhkan bokongnya di kursi.
Sean pun duduk di sebelah Biru. Siap memasang telinga.
Begitu Sean duduk, Biru langsung bercerita. "Waktu kelas 11, gue mulai ngejualin obat-obatan dari tempat nyokap gue ke Ares."
"Amfetamin sama ritalin? Itu bukannya termasuk psikortopika golongan 2?"
"Psikotropika," koreksi Biru.
"Psikotorpika."
Karena Sean terus salah, Biru pun kesal. "PSI-KRO-TO-PIR-KA," ejanya.
"Hah?"
Biru mengacak rambutnya. "Tuh kan, gue jadi ikutan salah!" umpatnya. "Iya, pokoknya itu!"
"Kenapa lu ngejual itu?"
Biru menggigit bibirnya. "Pertama kali dia minta obat ke gue, dia janji buat gak gangguin kita lagi. Ya, udah. Gue langsung setuju. Tapi beberapa kali, dia tetep ngeganggu kita. Apalagi Mikai Dika," ceritanya. "Setiap kali Ares ngeganggu mereka berdua, gue selalu ngancem buat berenti jualin. Tapi dia terus mohon-mohon ke gue buat gak berenti. Dia malah balik ngancem gue bakal tambah gangguin mereka."
"Nyokap lu... gak nyadar?"
Biru menggeleng. "Belom. Tapi suatu saat nanti, pasti bakal ketauan."
Sean menghela napas. Ia menatap langit. "Daniel juga gak tau soal ini?"
Lagi-lagi, Biru menggeleng. "Makanya, gue mau minta tolong sama lu," ucapnya.
"Apa?" Sean menoleh.
"Tolong mundurin waktu ke kelas 11, dong. Kalo gue tau Ares cuma nge-bullshit doang, gue gak bakal mulai ngejual obat ke dia," pinta Biru.
"Oh, oke..." Sean mengangguk. Sedetik kemudian, ia baru sadar sesuatu. "HEH? Kok lu tau gue bisa mundurin waktu?!" Dasar lemot.
Biru terkekeh. "Pertama kali gue nyadar kalo gue mundur itu pas denger omongan nyokap-bokap gue. Gue bingung. Kok rasanya gue udah pernah denger kalimat itu," ceritanya. "Terus di hari itu juga, gue dapet telfon soal Mikai. Tante Ela nelfon gue. Dia bilang kalo Mikai masuk rumah sakit. Gue kaget banget. Padahal kemarennya kan gue baru dari pemakamannya dia. Pas gue mau berangkat ke rumah sakit, tiba-tiba gue collapsed. Bangun-bangun udah hari kemarennya lagi."
Sean terngaga mendengar kesaksian Biru. "Jadi... dari awal lu tau kalo gue bisa mundurin waktu?"
Biru menggeleng. "Waktu itu, gue belom tau. Gue baru nyadar kalo ada yang aneh setelah gue ngulangin hari penembakan itu tiga kali. Di kali ketiganya, lu dateng ke rumah gue." Tiba-tiba, Biru menepuk tangannya.
"Ayam!" Sean latah.
"NAH. Sejak saat itu, gue mulai curiga sama lu," Biru memincingkan matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/265075706-288-k223369.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pemutar Waktu - TXT
Fanfiction"Kalo gue bisa muter balik waktu, gue bakal bikin kita berlima tetep utuh." Ketika kehidupan semua orang berantakan, hanya hidup Sean yang baik-baik saja. Andaikan Sean bisa bermain dengan waktu, ia akan memastikan tidak ada kesialan yang terjadi. I...