Prolog

156 100 15
                                    

"Dasar cewek gila!"

"Dari awal gue udah gasuka sama lo!"

"Jadi beban buat Gatra aja lo!"

"Lo itu problematik! Orang tua lo aja ngga ada! Dasar cewek pembawa sial!"

"Gue udah feeling kalau lo bakal bikin hancur Gatra sama temen-temennya aja!"

"Pergi lo dasar gila!"

Semua kata-kata itu terus terngiang di kepala seorang gadis yang sedang berjalan sendirian. Jalanan yang sepi dengan lampu jalan remang-remang seakan mengerti perasaan sang gadis yang sedang diselimuti kesedihan.

Seragam sekolah yang keluar, rambut di ikat satu namun berantakan, tali sepatu yang tidak ditalikan dengan benar, sembari membawa tas ransel gadis itu berjalan dengan langkah lambat, seakan disetiap langkahnya dia memikul beban kehidupan.

Sesekali air mata menetes dari kelopak matanya. Sungguh dia tidak suka menangis, gadis itu menahan untuk tidak mengeluarkan air mata, namun air mata itu jatuh dengan sendirinya.

"Woi! Itu dia!" Teriak seseorang dari belakang gadis itu.

Dia hafal betul itu suara siapa. Tanpa menoleh ke belakang gadis itu langsung berlari sekuat tenaga.

"Kejar cepet!" Teriakan itu di iringi langkah kaki yang begitu banyak.

Gadis itu yakin meskipun dirinya berteriak minta tolong tidak akan ada yang mendengar. Karena jalan ini begitu sepi, ditambah banyak lorong-lorong yang minim penerangan. Gadis itu terus berlari sembari berdoa agar dia tidak mengambil jalan buntu.

Mata gadis itu melebar dikala melihat perempatan di depannya. Terlihat dari lampu jalan sepertinya jalan tersebut ramai. Karena lampu jalan disana sangat terang. Gadis itu menambah kecepatan larinya. Lalu....

Citttt.........

Gadis itu terduduk di aspal sembari mengangkat tangan di depan wajahnya. Dengan nafas terengah-engah gadis itu masih tidak percaya dengan semuanya. Apakah dirinya masih hidup?

Namun suara orang-orang membuat gadis itu tersadar "Nak apakah kamu baik-baik saja?" Tanya pria paruh baya. Gadis itu menatap sekeliling semua orang mengerumuninya. Dia melihat di sela-sela kaki orang-orang yang terlihat kumpulan orang yang mengejarnya semakin mendekat. Tanpa piker panjang gadis itu mengambil tasnya yang tergeletak di aspal langsung belari membelah kerumunan.

Orang-orang yang mengejar gadis itu membelah kerumunan, mereka yakin gadis itu pasti tertabrak, namun ternyata tidak ada orang yang tertabrak disana. Mereka mengedarkan pandangannya dan mendapati gadis berseragam itu berlari kea rah kiri. Mereka kembali mengejar gadis itu.

"Itu dia!" Teriaknya.

Gadis itu melihat tumpukan barang bekas di belakang bangunan lalu bersembunyi disana. Berharap orang-orang itu tidak sadar bahwa dia bersembunyi disana.

Setelah beberapa saat orang-orang itu tidak menemukan dirinya.

"Ada gak?"

"Gaada bos"

"Sialan!" Makinya.

Gadis itu yang mendengar hanya bisa merapalkan doa agar orang-orang itu cepat pergi, seluruh badannya gemetar dengan air mata yang sesekali menetes.

"Besok-besok lo gaakan lolos anjing!" Teriaknya.

"Cabut!"

Terdengar suara langkah kaki yang terdengar mulai menjauh.




Hai kali ini aku bakal persembahkan cerita dengan genre thriller yang tentunya bakal sangat menarik untuk dibaca oleh kalian yang suka dengan romansa tipis-tipis. Thanks sudah membaca, semoga aku semangat buat nulis dan ngembangin cerita ini yaa! Bye:3

NatalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang