Brukkk..
Nadira mendongak, mendapati seorang laki-laki dengan seragam putih abu mengulurkan tangannya. "Lo gak apa-apa?" Bukannya menjawab, Nadira berlalu meninggalkannya. Bagi Nadira, meladeni Revan hanya akan membuat perasaannya makin tidak karuan. Lagi pula, sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Ia tidak mau terlambat, terlebih lagi pada tahun terakhir ia menginjakkan kaki di bangku SMA.
Nadira memasuki sebuah ruang yang bertuliskan 'X MIPA 1' di atas pintunya. Sunyi, kata itulah yang cocok mendefinisikan suasana kelasnya saat ini. Nadira memang tidak pernah absen dari kelas unggulan, maka dari itu, kesunyian ini sudah terlalu biasa baginya. Huft, dengan langkah gontai Nadira menghampiri bangkunya.
"Wih, tumben lo udah datang. Kesambet apaan lo jam segini udah sampai sekolah?" sambutan hangat Ica begitu melihat Nadira menghampirinya.
"Maju lima menit doang gak ada bedanya kali, Ca." Kayla menimpali.
"Ah, lo mah pakek diperjelas, gue udah seneng juga." Jawab Nadira dengan muka memelas.
"Tau nih, kapan lagi coba kita bisa muji Nadira kaya gini. Moment langka tau, besok mah gak bakalan ke ulang lagi." Perkataan Kia berhasil membuat kedua temannya tertawa. Hal itu tentu saja membuatnya dihadiahi lirikan tajam Nadira.
Bel masuk sekolah pun berbunyi. Bu Susi sudah berada di ambang pintu dan pembelajaran pun berjalan seperti biasa.
-//-
KAMU SEDANG MEMBACA
BEHIND YOUR EYES
Teen FictionKisah ini menceritakan kehidupan seorang gadis yang ragu akan masa depan. Bukan, bukan ragu akan siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya, melainkan takut lantaran tak bisa membahagiakan kedua orang tua. Ia punya bakat, tapi tak tahu apa. Mencoba...