5. Restore State

135 101 527
                                    

Just best friend? Okay, isn't a problem
----------------------------------------------------------

Nadira terbangun ketika merasakan sentuhan hangat pada keningnya. Hal yang pertama kali memenuhi indera penglihatannya adalah Rafka yang terlihat sedang mengompres dirinya. Hal itu tentu membuat Nadira merasa trenyuh. Di mana lagi dia bisa menemukan orang sebaik Rafka?

"Lo ngapain pagi-pagi udah ke sini?"

"Lo gak liat gue lagi ngapain?"

"Yaudah sih, kalo gak ikhlas gak usah aja."

"Ikhlas kok, cantik."

Pernyataan Rafka sontak membuat Nadira tersenyum. Sederhana memang, tapi menghangatkan, bukan?

"Maafin gue ya, gara-gara gue, lo jadi sakit gini,"

"Gak gue maafin ah,"

"Kok gitu?"

"Ya lo datengnya gak bawa martabak."

Alasan Nadira sontak membuat sepasang mata Rafka membulat sempurna. Pagi-pagi begini memangnya ada kedai martabak yang sudah memulai bisnisnya? Nadira memang ada-ada saja.

"Ca, ambilin hp gue dong!"

"Nih," kata Rafka sambil menyodorkan handphone mungil milik Nadira.

Nadira melotot ketika melihat jam hp nya yang sudah menunjukkan pukul 6.30. Itu artinya, bel masuk sekolah hanya tinggal menghitung menit!

"Ca liat! Udah jam segini, gue belum siap lagi!" pekiknya.

"Lo kan masih sakit, sekali-kali gak usah masuk gak papa kali, ntar gue bilangin temen lo, suruh izinin."

"Gue udah enakan kok. Gue siap-siap dulu ya, lo tungguin gue di ruang tamu dan jangan kemana-mana!"

Perintah Nadira dengan tegasnya membuat Rafka geleng-geleng kepala. Nadira memang bandel. Dia memang jarang --bahkan hampir tidak pernah absen dari kelas. Bahkan ketika ia merasa kurang enak badan, dia lebih memilih tidur di kelas ataupun istirahat di UKS dibandingkan harus berdiam diri dirumahnya. Apapun keadaannya, berdiam diri di rumah adalah hal yang paling tidak Nadira suka.

Setelah bersiap secepat kilat, Nadira menyambar sweater pink oversize kesayangannya. Segera ia menuruni anak tangga dan bergegas menemui Rafka yang sedari tadi menunggunya.

"Loh, Dira, kamu beneran mau berangkat?"

"Iya, Bunda,"

"Yaudah sarapan dulu, gih."

"Dira sarapan di sekolah aja ya, Bunda. Takut makin telat soalnya,"

"Yaudah. Ca, kamu pastiin Nadira sarapan ya. Kalo ngeyel, tonyor aja jidatnya." Kini pernyataan Inara tertuju pada Rafka.

"Aman, Bun."

Nadira tak habis pikir. Rafka dan bundanya dari dulu tidak pernah berubah. Selalu saja kompak, terlebih lagi dalam hal menjaganya.

Za
"Oh iya, Al udah berangkat bun?"

"Udah dari tadi, kayak gak tau Al aja kamu," Nadira mengangguk mengerti.

BEHIND YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang