three

61 37 36
                                    

"GALANG."

Imel memekik melihat orang yang tidak di kenal tiba-tiba meninju wajah Galang, ia terhuyung dan jatuh ke aspal dengan sangat keras. Orang tadi masih menghajar nya, entah apa salah Galang.

Imel cepat-cepat lari ke depan halaman rumahnya, mendorong orang yang menghajar Galang hingga terhuyung hampir jatuh.

"Lang?! Lo masih sadar kan?! Lang ayo bangun!"

Orang yang menghajar Galang tadi mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakunya. Pisau itu mendarat di tubuh Imel.

Galang terkejut setengah mati dengan apa yang di lakukan orang itu. Ia melebarkan matanya dan duduk memegangi pundak Imel.

Terlihat wajah Imel sedikit memucat. Galang juga sama, ia merasa sangat panik.

Apakah secepat ini? mungkin ini yang ada di benak Galang.

Orang tadi sudah pergi meninggalkan mereka. Hanya satu yang Galang ingat, ia memiliki tato kecil membetuk silang di tangannya.

"Imel?! Bertahan mel, gue telfon ambulan!"

Galang yang wajahnya babak-belur dan badannya yang serasa remuk mencoba menahan sakit demi menolong Imel. Tapi tangan Imel menahan lengan Galang.

Gadis itu memberikan gelengan agar Galang tidak menelfon ambulan.

"Tapi lo terluka, mel?!" Galang frustasi dan sangat panik.

"Bodoh." Kata-kata ini keluar dari mulut Imel. Galang bingung dan tidak mengerti dengan gadis di depannya.

Gadis itu berdiri menghembuskan nafasnya, mengulurkan tangannya menyuruh Galang berdiri dengan bantuannya.

"T-tapi mel, lo..."

"Lupa? sama eksistensi gue? seharusnya lo paham kenapa gue bisa berdiri dan nawarin tangan gue buat lo bangun."

Galang belum juga meraih tangannya. Imel jengah, ia langsung jongkok di samping Galang membantunya bangun dan masuk ke rumahnya.

"Huh, berat juga ni anak. Untung gue baik." Batin Imel.

Imel mengetuk pintu rumahnya tidak sabaran, seperti rentenir bank menagih kepada peminjam uang.

"Loh?! Mas Galang kenapa ini?!"

"Dia abis di tonjokin orang, bi. Liat aja bonyok biru-biru berdarah gitu."

"Yaudah, ayo cepat masuk bibi ambilin obat-obatan dulu."

Galang masih sempat memberi senyum padahal ia merasa sakit saat ini, semua badannya benar-benar sakit di bawa berjalan.

"Duduk dulu, tunggu bibi ambilin obat." Bi lili jalan terburu-buru membawa P3K dan alat kompres.

"Sini, biar bibi obatin."

"Nggak usah bi, biar aku aja. Dia maunya sama aku."

Galang terkejut dengan apa yang Imel katakan, tapi wajahnya sulit menampakkan ekspresi karena sakit sehabis di pukul.

"Iya non, kalau gitu bibi ke dapur dulu ambil minum." Imel hanya mengangguk membiarkan bi lili pergi.

Di ruang tamu terasa sangat sepi. Tidak ada yang memulai percakapan. Imel masih sibuk membersihkan darah dari hidung, sudut bibir dan pelipis Galang.

Sedangkan Galang, masih memikirkan apa maksud orang yang menyerangnya tadi.

"Aww, jangan di tekan."

"Nggak ko, emang lebam nya lumayan gosong."

Suasana ruang tamu kembali hening sebentar.

"Kira-kira orang tadi kenapa tiba-tiba nyerang gue ya? emangnya gue punya salah apa?"

A Curse || ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang