six

28 14 12
                                    

"Galang!"

Galang yang disebut namanya berbalik bersamaan dengan Imel. Imel menaikkan sebelah alisnya sedikit terkejut melihat gadis yang memanggil nama Galang.

"Oh, kenapa rin?" Gadis itu Airin, tumben sekali memanggilnya.

"Semalam gue telpon ko nggak lo angkat?"

Galang terlihat sedikit berfikir, ah yang ia tolak panggilannya semalam.

"Oh itu lo, rin gue kira orang iseng. Ada apa?"

Airin tampak memasang raut kecewa karena ternyata Galang tidak menyimpan nomornya.

"Ah, kirain gue kepencet haha. Gue mau undang lo ke acara ulang tahun gue. Hari sabtu malam jam delapan ya, buat cowok pake tuxedo hitam."

"Oh oke. Gue bakal datang." Katanya sembari tersenyum.

"Lo juga Imel, gue undang. Dress code nya putih ya. Acaranya di aula hotel. Sengaja gue undang langsung, gue harap kalian bisa datang."

Imel diam-diam memutar bola matanya tapi mereka berdua tidak menyadari. "Iya, tenang aja kita pasti datang, kan di undang langsung, iya kan, mel?"

Imel terlihat sedikit terkejut, ia hanya mengangguk sambil tersenyum canggung.

"Oh iya, plus one ya."

Imel dan Galang mengerutkan alisnya, apa katanya? Plus one?

"Haha, jangan begitu dong ekspresinya. Plus one itu tandanya lo harus bawa satu orang tambahan tapi lawan jenis."

"Yaudah gue bawa Galang. Galang bawa gue, selesai kan?"

"Ya bisa aja sih, tapi di usahakan kaya crush lo atau ya sejenis itu, sih." Katanya sedikit berhati-hati.

Imel mendesah lelah, yang benar saja?! Bahkan ia tidak sempat untuk memikirkan crush nya karena sibuk rebahan dan scroll timeline.

"Oh begitu. Yaudah nanti kita datang bawa plus one." Imel final. Ini urusan nanti bisa saja ia membawa kakanya Jeffrey?

"Btw lang, lo bawa motor ya hari ini? Kayanya gue nggak di jemput nyokap, bisa bareng nggak? Kita satu arah."

Galang terkejut, tapi kembali menetralkan wajahnya. "Oh, hngg, i-iya boleh." Galang terlihat sekali tersenyum canggung. Dasar munafik bilang saja kalau tidak mau. Mungkin ini yang ada di hati Imel.

"Thanks ya, ayo." Katanya mengajak Galang.

Entah kenapa rasanya Imel benar-benar kesal melihat bendahara kelasnya itu. Galang juga sama saja, laki-laki itu terlalu pasrah iya-iya saja. Karena kesal Imel berbicara sendiri dengan pikirannya, entahlah mungkin ini akan menjadi kebiasaan barunya.

"Apa banget sih, dasar mulut sama hati beda. Awas aja, gue diemin tau rasa. Ih, apasih?! Masa gue cemburu?! Nggak nggak nggak, aneh banget, cemburu ko sama makhluk itu."

"Loh, kan gue suruh tunggu halte ko masih disini?"

Arlan baru saja menyelesaikan urusannya dengan temannya mendapati Imel masih di dekat ruangan.

"Udah lah, ayo pergi." Imel menarik tangan Arlan membawa mereka ke parkiran sekolah dan segera memakai helm nya.

"Ke taman bunga dulu yuk, kemarin gue liat taman bungan mawar cantik banget."

"Terserah, gue pengen beli es krim pokonya."

"O-oh oke.."

Arlan menjawab dengan hati-hati terlihat gadis di belakangnya sedang bad mood. Arlan bingung, suasana hati Imel selalu berubah-ubah. Tapi yang herannya kapan Imel merasa senang?

A Curse || ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang