four

55 30 23
                                    

Ini hari kamis, ada banyak anak-anak di kelasnya yang membicarakan murid yang ikut serta dalam lomba cerdas cermat.

Imel sih, masa bodo yang jelas ia tidak mau ikut walupun di bayar 1 juta setiap menitnya.

Tiba-tiba si ketua kelas Jeno datang ke bangkunya sembari membawa sebotol minuman isotonik.

"Nih, buat lo." Jeno memberi minuman itu dan duduk berhadapan di depannya.

"Maksud lo apa?" Imel menaikkan sebelah alisnya bertanya-tanya.

"Nggak maksud apa-apa sih, cuma mau ngobrol aja sebentar." Katanya kalem.

"Nggak perlu, ambil aja. Gue nggak butuh." Imel menggeser minuman itu mendekatkan nya kepada sang pemilik minuman.

Jeno mendengus sambil sedikit tertawa. "Gue ikhlas ko, ambil aja." Jeno menggeser minuman itu lagi ke arah Imel.

"Mau apa?" Tanyanya singkat padat dan tidak mau bertele-tele.

"Lo tau kan, lo termasuk siswa pintar dan berprestasi? gue saranin lo ikut lomba itu buat perwakilan kelas."

Imel tersenyum tipis, sudah paham apa maksud Jeno. "Kalo niat lo mau kasih minuman ini buat nyuruh gue ikut lomba, sory. Gue juga mampu beli minuman itu sendiri."

"Tapi mel, lo termasuk orang yang berprestasi di kelas kita. Jadi gue harap lo mau ikut."

"Lo mau maksa kaya apa juga gue males ikut lomba." Imel membuang muka ke arah jendela, malas bertatapan dengan Jeno.

Tiba-tiba, Jeno berbicara keras membuat seluruh penghuni kelas menatapnya.

"Guys, tolong perhatiannya sebentar."

"Lo semua setuju nggak Imel yang ikut lomba?"

Semua orang di kelas diam, tidak ada yang berbicara, hanya menatap ke arah Jeno dan Imel bergantian.

"Imel itu termasuk siswi yang pintar, jadi kenapa nggak bisa? ayo kasih dukungan ke Imel supaya dia mau ikut lomba."

Ada beberapa siswa di kelas yang ingin mengatakan setuju, tapi ia takut di buly oleh Imel. Hey, Imel tidak sejahat itu teman.

"G-gue setuju." Kata salah seorang siswa.

"Gue juga." Katanya yang lain.

"Iya sama, gue juga." Hampir seluruh seisi kelas mengatakan setuju.

Jeno balik menatap Imel menaikkan alisnya. "Jadi gimana?"

Imel mendengus kesal, kenapa di saat seperti ini ia baru di butuhkan?! kemana mereka selama ini?

Dengan berat hati akhirnya, Imel memutuskan..

"Gue setuju kalo Galang juga ikut."

Galang, laki-laki itu belum datang, ia mungkin masih di perjalanan ke sekolah.

"Oke, nanti gue tanyain ke orang nya. Ini jangan lupa di terima." Jeno pergi sambil menyerahkan minuman isotonik itu, dia memberi sedikit senyum yang bisa di katakan manis.

Galang masuk ke dalam kelas, ia menjadi pusat perhatian saat masuk. Ia bingung langsung berjalan cepat ke bangkunya menemui Imel.

"Mereka kenapa ngeliatin gue?" Tanyanya berbisik sambil menghadap ke belakang.

"Mereka maksa kita buat ikut lomba cerdas cermat."

Galang kaget, kenapa tiba-tiba sekali? padahal ia tidak mau ikut. Lebih baik menghabiskan waktu bersama Imel.

Kring

Bel sekolah sudah berbunyi, guru mata pelajaran bahasa indonesia masuk bersamaan dengan para murid kembali ke bangku masing-masing.

A Curse || ft. Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang