✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
𝒔𝒆𝒓𝒂𝒑𝒉𝒊𝒄
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
Seperti yang ia bicarakan sebelumnya, Satoru kembali datang menemui [Name] di apartemennya. Tangannya memencet bell di samping pintu, beberapa detik kemudian suara [Name] terdengar dari dalam rumah. Kemudian pintu besar itu terbuka menampakkan [Name] dengan senyum manisnya.
[Name] kemudian mempersilahkan Satoru untuk masuk ke dalam apartemen kecilnya. Hal pertama yang Satoru lihat adalah, kedua putranya yang tengah terduduk diatas kursi makan khusus untuk bayi saling berbincang dengan bahasa yang hanya mereka mengerti.
Bibir Satoru terangkat, menampilkan senyum tipis melihat wajah putranya yang terlihat begtu ceria. "Mau minum apa?" Tawar [Name] yang kembali berkutat di dapur rumahnya. "tidak perlu, [Name]" jawab Satoru yang kini terduduk di kursi di hadapan kedua putrnya.
Kedua putra yang melihat sang ayah duduk di hadapannya hanya tertawa manis. Haru, Menyodorkan sebuah kue khusus bayi kepada Satoru.
Mengerti maksud sang anak, Satoru pun mendekatkan wajahnya dan membuka mulutnya. Haru pun dengan tawa manis sembari memasukan potongan biskuit itu ke dalam mulut sang ayah. Melihat interaksi kedua putranya dengan Gojou Satoru membuat senyum manis tumbuh di bibir [Name].
Setidaknya, kedua putranya harus mengetahui siapa ayahnya. Detik berikutnya, ibu dari si kembar itu berjalan menuju meja makan sembari kedua tangannya membawa piring berisi makanan lezat buatannya. Ia menaruh di meja makan dan pergi untuk mengambil mangkuk berisi nasi dan sup miso.
Kemudian menyimpannya di atas meja. Untuknya dan Satoru. "Silahkan di makan" Ujarnya mempersilahkan Satoru. Membuat Satoru merasa tak enak untuk menolak. Ia juga tak munafik bahwa dirinya begitu merindukan masakan dari wanita ini.
Suapan pertama, berhasil membawanya terbang tinggi. Seolah mengobati rindu yang lama ia pendam. Seolah menegaskan bahwa, rasa inilah yang selama ini ia cari.
"Bagaimana?" Tanya [Name]. "Rasanya enak" Ujar Satoru dengan wajahnya yang masih menunjukan ekspresi terkejutnya. [Name] kemudian tertawa kecil melihatnya. Sudah lama ia tak memasak untuk dua orang, atau lebih tepatnya untuk Satoru.
Setelah makanan mereka habis, Keduanya membawa si kembar menuju ruang tengah. Membiarkannya bermain di atas karpet bulu yang cukup tebal. Sesekali mereka tertawa melihat tingkah menggemaskan atau bahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi.
Sehingga tanpa mereka sadr, waktu berjalan begitu cepat dari biasanya. Kini mentari telah terlelap dan berganti dengan rembulan. Malam gelap di sinari gemerlap bintang yang meriah. "Ah sudah jam segini" ujar Satoru sembari melirik jam kecil yang melingkar di lengan kirinya.
"Hm? ah iya, ternyata sudah malam" Ujar [Name] yang ikut melirik jam dinding. Si kembar juga sudah terus menerus menguap dan mulai rewel. Menandakan mereka sudah lelah dan ingin tidur. "Apa kau mau pulang?" Tanya [Name] sembari menggendong Haru.
"Ah iya"
Kemudian suara dari seseorang yang membuka password apartemen [Name] terdengar. Detik berikutnya, pintu itu terbuka menandaka ada seseorang yang masuk kedalam. Berhasil mengalihkan perhatian keduanya. Pandangan [Name] dan Satoru seketika tertuju ke arah pintu, penasaran dengan pelaku yang membuka pintu.
"Sedang apa kau disini?" Suara Mikio terdengar tanpa ekspresi tatkala matanya menangkap pemandangan dari 'Mantan' kakak iparnya. "A- aku". "Mikio, ia hanya datang mengunjungi si kemabr" dengan cepat [Name] menyanggah ucapan Satoru yang belum tuntas, memberikan penjelasan kepada adiknya agar tak terjadi kesalah pahaman.
Mikio yang sudah di landa amarah sejak awal, tak mendengar ucapan sang kakak. Ia melangkah mendekat membawa aura gelap di sekitarnya. Sedangkan Satoru hanya bisa terdiam. Tak berani melakukan apa apa.
Dengan pergerakan secepat kilat, Mikio menarik kerah baju milik Satoru dan langsung melayangkan tinju tepat di pipi kirinya. Tinju Mikio berhasil membuat Satoru terjatuh ke lantai. Tanpa ampun, Ia kembali menarik kerah baju Satoru. "KENAPA KAU ADA DISINI?!" Teriaknya dengan penuh emosi.
"Mikio apa yang kau lakukan?!" Teriak [Name] dengan air mata yang mengalir dan rasa takut yang melanda dirinya. "MAU APA KAU? APA BELUM CUKUP BAGIMU MELUKAI KAKAKKU?!" Kembali berteriak dengan penuh emosi. Sedangkan tidak ada yang dilakukan Satoru, dirinya seolah sudah menduga ia akan mendapatkan ini semua.
Melihat ibunya yang menangis, membuat Haru yang berada di gendongan [Name] pun ikut menangis kencang. Dan Hiro yang mendengar tangis adiknya juga ikut menangis kencang. Tangis dari si Kembar berhasil menyadarkan Mikio.
Kemudian Mukio pun melepaskan cengkramannya dan segera bangkit. "Pergilah, sebelum aku kembali marah" ujarnya. Dengan sukarela, Satoru meninggalkan kediaman [Name]. Kini yang tersisa hanyalah Mikio yang sedang menenangkan dirinya. Dan [Name] dengan si kembar yang kini sudah terlelap.
"Kenapa kau membiarkan ia masuk?" Tanyanya dengan nada seperti biasa. "Aku, aku hanya ingin si kembar tahu siapa ayahnya" Ujar [Name] dengan wajah yang menunduk kebawah, ia tak berana menatap wajah sang adik yang tengah di landa emosi.
"Apa harus?" [Name] tak mejawab pertanyaan dari mulut Mikio. "Aku tanya nee -san, apa harus si kembar tahu?" Ujar mikio sekali lagi. "Tentu saja, aku tak mau mereka mendapat perlakuan tak baik ketika sudah besar karena tidak tahu siapa ayahnya." Akhirnya [Name] pun membuka mulutnya. Bahkan ia pun ikut berdiri dan seolah bersikap menantang sang adik.
"Begitu? Padahal di sebut seorang ayah saja ia tak pantas" Celetuk Mikio. "Mikio, ku pikir kata kata mu itu tak layak!" tegas [Name] yang berhasil menyulut emosi [Name]. "Apa katamu?! Tak layak? Dengarkan aku, Kurasa apa yang aku katakan itu benar. Ia Bahkan tak tahu kau mengandungkan?!" Ujarnya.
"Itu karena aku tak memberitahunya."
"Lalu, jika kau memberi tahunya, akan kah ia peduli seperti sekarang?"
Kata -kata yang terlontar dari mulut Mikio berhasil membungkam [Name]. Diirinya seorang di tampar oleh kenyataan lain. Membuatnya bertanya tanya, apakah benar Satoru tidak akan peduli jika dirinya waktu itu memberi tahu bahwa dirinya tengah mengandung anaknya.
"Aku, kak. Aku melakukan segalanya untukmu. Aku menunggu mu selama persalinan berlangsung. Aku yang melayani mu ketika kau hamil tua. Aku selalu berusaha memberikan semuanya untuk mu agar kau melupakan nya dan hiup bahagia. Lalu sekarang? kau dengan egoisnya kembali menerimanya. Bagaimana aku tak marah?"
Setelah kalimat panjang lebar yang di katakan oleh Mikio, Yang bisa [Name] lakukan hanya terdiam dan meratapi betapa bodohnya dia. Setelah semua yang dilakukan Satoru kepadanya, kenapa ia masih menerima Satoru kembali?
"Jangan kau katakan Semua ini demi anakmu kak, pada dasarnya ini untuk dirimu sendiri. Untuk dirimu yang masih mencintainya"
Kemudian mikio mengambil tasnya yang sempat ia lempar. Kakinya berjalan melewati kakaknya dan memutuskan untuk pergi dari apartemen [Name]. Sebelum dirinya benar - benar pergi. Ia kembali mengatakan sesuatu yang berhasil membuat [Name] meneteskan air mata.
"Padahal yang aku inginkan hanya kebahagianmu."
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅
✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩
【 4 Juli 2021】
KAMU SEDANG MEMBACA
【 seraphic 】;ft gojou satoru
Фанфик↻┇❝ 𝒌𝒊𝒏𝒊 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒊𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒓𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒏𝒈 𝒓𝒆𝒎𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒂𝒏. ❞ 𝒈𝒖𝒎𝒖𝒔𝒔𝒆𝒓𝒗𝒊 𝒔𝒆𝒂𝒔𝒐𝒏 𝟐! 𝐨𝐫𝐢𝐠𝐢𝐧𝐚𝐥 𝐜𝐡𝐚𝐫𝐚𝐜𝐭𝐞𝐫 𝐛𝐲 𝐚𝐤𝐮𝐭𝐚𝐦𝐢 𝐠𝐞𝐠𝐞