🍭 : Permen gula-gula

1.3K 151 17
                                    

Sorry for typo(s)

Sorry for typo(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark menggeleng menekan tombol transfer ke rekening Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mark menggeleng menekan tombol transfer ke rekening Renjun. Jumlahnya tidak sedikit hampir puluhan juta dan Mark tidak pernah keberatan akan hal itu.

Baginya jika sang anak bahagia dia akan terus mencari uang. Lagian Renjun juga anak baik, dia selalu membanggakannya sebagai seorang anak.

Dia lebih baik kehilangan uang berjumlah milyaran dari pada kehilangan senyuman salah satu anggota keluarganya. Hei, bukankah? Keluarga di atas segalanya?

"Kau terlihat bahagia sekali Mark,"


🍭🍭🍭

LilBuna
Present

Chewing Gum

Mahae

Family Au, Semibaku, Bxb

"Keluarga kita mirip permen karet ya manis-manis sepet gitu."

CERITA INI HANYA FIKTIF
DILARANG MEMBAWA KE RL

Happy Reading

🍭🍭🍭

Mark berdehem pelan, merengkuh pinggang Haechan kuat. Kepalanya dia sandarkan ke pundak Haechan. Haechan masih sama terasa seperti rumah bagi Mark. Sedangkan Haechan menerima dengan sukarela, sudah di bilangkan Mark selalu menjadi bayi ketika bersamanya.

"Anak kesayanganmu itu memintaku untuk membelikan album lagi,"

Haechan hampir tergelonjak kaget, dia tipe yang hemat jarang membeli barang yang menurutnya tidak berguna. Biar Haechan tebak, Renjun pasti meminta album banyak sekali kepada Mark dan suaminya itu dengan pasrah menuruti.

Pernah suatu saat anak itu merengek ingin melihat konser namun karena Mark tidak mengijikan dengan alasan masih kecil hal itupun membuat Renjun mengamuk.

Haechan yang pada dasarnya menyayangi Renjun tidak tega, maka dia meminta Mark untuk membelikan tiga tiket  untuk dia, Renjun dan Chenle. Mark yang merasa terkhianati ikut membeli, dan berakhirlah mereka berempat menonton konser bersama.

Dan juga,

Haechan masih ingat bagaimana wajah masam Mark merengkuh tubuh Chenle yang terdorong - dorong. Haechan menahan tawanya melihat Mark begitu posesif terhadap Chenle namun bocah itu malah berjingkrak senang mengikuti alunan musik.

"Kau terlalu memanjakannya Mark?" Haechan menyisir rambut Mark kebelakang, tersenyum manis menatap paras tampan milik suaminya. "Renjun, anak itu akan terus merengek jika kita tidak menurutinya."

"Biarkan saja, asalkan dia bahagia. Kau taukan, aku tidak pernah bisa melihatnya menangis. Melihat Renjun deman saja membuatku sangat sedih."

Mark menerawang kembali memikirkan saat terburuk dalam hidupnya. Malam itu Renjun yang masih berumur 3 tahun demam tinggi, dia sangat khawatir di tambah wajah kepanikan milik Haechan. Mark masih ingat bagaimana dia menggendong badan panas Renjun.  Membawa batita itu masuk kedalam mobil, membelah langit malam seoul yang terasa sangat mencengkam.

"Kau tau Mark, kau Papa yang baik,"  Haechan menahan air mata. "Bahkan Chenle sangat menyayangimu, dia sering berceloteh tentangmu padaku. Rasanya aku iri anak-anak terlihat lebih menyayangimu dari pada diriku."

Mark menggeleng tidak setuju, mengusap pipi tembam milik Haechan. "Kau yang paling di butuhkan disini, kau kekuatan keluarga kecil ini Haechan. Aku yakin mereka berdua sangat menyayangimu, kau ingat bagaimana Renjun menangis tersedu - sedu saat kau demam. Anak itu mirip denganku, dia sering terkena serangan panik saat orang yang di sayang terluka."

Sekilas Haechan mengingat, bagaimana Renjun menangis memeluknya seharian. Anak itu terus menyalahkan diri sendiri, anak itu berfikir kalau Haechan demam karena menjemputnya sekolah.

Padahal Haechan hanya sedikit kelelahan dan waktu itu Mark berjuang sangat keras untuk menyakinkan Renjun.

Ditambah Pria itu juga harus menenangkan Chenle yang ikut menangis melihat kakaknya.

Detik itu juga Haechan menangis, dia merasa sangat bahagia, dia merasa sangat berharga.

"Papi kenapa menangis?"

Chenle datang dengan muka khawatir, bocah berumur 8 tahun itu berlari mendekat memeluk Papinya kuat. Bocah itu mengusak pipi tembab Haechan, menghapus lelehan air mata.

"Chenle tidak nakalkan?"

"Lie-lie?"

"Diam Papa, aku sedang bertanya pada Papi!"

Haechan tertawa, tidak biasanya Mark di abaikan oleh anak yang satu ini. Mark benar kedua anaknya menyayangi dia sepenuh hati. Keluarga kecilnya adalah satu-satunya hal yang paling membahagiakan miliknya. Dia bersyukur akan anugrah ini, Haechan berjanji dia akan terus di sisi keluarganya.



🍭🍭🍭🍭

[TBC]

Maaf ya kalau jelek

©LilBuna


Chewing Gum [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang