1 : Her monster

13.2K 939 224
                                    



"Lisaa!"

"Lisaa!"

"Lisaaa!"

Suara teriakan seruan penonton sangat riuh, bersahut-sahutan dengan tepuk tangan para manusia yang entah ada berapa menanti sang idola muncul. Jumlah mereka sangat banyak, menyia-nyiakan waktu hanya untuk menonton konser tidak berguna—menurut pandangan Lisa.

Gadis itu melempar rokok ditangannya, dia baru mencoba benda itu sebabnya sampai berefek kepala berdenyut sakit. Namanya yang dipanggil-panggil terus membuat tangannya mengepal, tetapi disisi lain ia memang suka ini. Suka saat melihat orang-orang mencintainya, orang-orang tidak bisa hidup tanpanya. Hashtag dan tagar trending dimedia sosial tiap kali ia memposting foto baru.

Lisa menatap pantulan dirinya sendiri dicermin, kebencian itu datang lagi. Dia merasa hina seolah-olah ada yang berteriak keras dan menunjuknya dari dalam cermin, mengatakan dua kata secara terus-menerus.

"Kau monster!"

Gigi-gigi Lisa bergemeletuk, disisinya tidak ada siapapun karena sudah ia suruh pergi. Lisa ingin sendiri sebelum naik ke panggung miliknya tetapi suara-suara yang berbisik dari arah cermin membuat Lisa kehilangan kendali atas dirinya, ruangan kedap suara membuat orang dari luar tidak bisa mendengar teriakan marah Lisa.

"Aku bukan monster!" Gadis itu membalas tetapi suara dari cermin terus bersahutan, semakin keras. Lisa tidak tahan, kedua tangannya memegang kepala. Lisa sangat benci situasi ini.

"...monster!"

"Kau monster!"

"Monster!"

"Kau monster!"

"Tidak!" Lisa teriak keras, menyenggol kursi disebelahnya hingga jatuh namun suara itu masih terus menyerang seolah tidak mau melepaskan Lisa. "Diam! Aku bukan monster!"

Lisa kehilangan kesabaran, matanya berkilat penuh amarah, dia menatap cermin dengan sorot berapi-api. Lisa melihat pantulan dirinya berbicara, menunjuk Lisa dan mengejek dengan kata yang sama : Kau monster!

"Aku bukan monster!"

Lisa berteriak, didetik berikutnya ia menghantamkan kepalan tangan yang langsung membuat cermin retak, beberapa bagiannya jatuh ke lantai dan suara itu menghilang. Darah mengucur deras dari tangannya, Lisa tidak merasakan sakit. Bahkan, sejak lama ia sudah tidak bisa mengenali seperti apa rasa sakit.

Tangannya perlahan turun, Lisa menatap darah yang mengucur deras dari luka robek parah ditangannya. Lisa menggenggam ujung dress putih yang dikenakannya, mengelap darah yang nampaknya tak mau berhenti itu, membuat noda merah ikut menodai pakaiannya.

Suara-suara dari arah panggung terdengar lagi, jeritan semangat para penggemar yang menanti penampilan Lisa pada konser pertamanya. Ya, terhitung sudah dua tahun ia debut, ketika publik mengenalnya..mereka tak bisa tidak jatuh cinta pada Lisa.

Sosoknya imut, cantik, manis, dan ceria. Itu hanya omong kosong, Lisa yang sebenarnya adalah yang ini. Lisa yang punya beragam gangguan dalam tubuh dan jiwanya, Lisa tidak sehat, otaknya bermasalah.

Lisa menatap salah satu serpihan cermin yang terlepas, kaca itu memantulkan wajah Lisa dengan sedikit bercak darah dipipi. Lisa tertawa, dia menyedihkan dan penipu.

"Ya, aku monster!" Dia bergumam, menggapai mikrofon yang ada dimeja rias lalu beranjak berjalan dengan langkah agak tergopoh, Lisa benci sepatu hak tinggi jadi ia melepasnya, melemparnya asal, mengacak-acak rambutnya.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang