9 : Last

6.5K 784 513
                                    

Realita itu menyakitkan.



"Jeon.." panggil gadis itu lirih.

Pria sibuk bermain game itu berhenti sebentar dan menoleh padanya. Ya, pria itu memang menoleh tetapi hanya untuk memberikan senyum lesu dan berkata. "Lisa-ya, aku sibuk. Aku harus live agar penggemarku tidak khawatir."

Gadis yang ditegur itu menyapu pandangannya ke ubin keramik mahal. Sudah 4 bulan terhitung sejak malam itu, Jungkook dilatih oleh Lisa. Vokal, dance, rap dikuasi oleh pria itu. Sudah dua bulan sejak Jungkook dilirik dan didebutkan oleh entertaiment ternama, Jungkook tidak mendengarkan Lisa lagi.

Jungkook berhenti menemani Lisa, berhenti makan bersama Lisa, berhenti berbincang dengan Lisa. Jika ada waktu, waktu itu selalu terkikis untuk latihan, latihan, dan latihan. Kalau di rumah, Jungkook lebih sering melakukan live untuk menyapa penggemar daripada makan bersama dengan Lisa.

Gadis itu ditinggalkan. Gadis itu kembali sendirian, kembali menjadi aset yang diperas. Tetapi Lisa tidak bisa memberontak dan pergi begitu saja, Lisa sudah terlalu jatuh dalam jebakan bernama Jeon Jungkook. Berharap suatu hari pria itu akan meluangkan waktu, bukan waktu untuk bercinta saja tetapi waktu untuk berbicara dari hati ke hati.

Sekarang itu semua hanya ilusi semata. Jungkook pulang hanya untuk mandi dan berganti pakaian lalu pergi. Jungkook sudah tidak memberikan pelukannya, tidak juga memberi kecupan hangat ketika melihat Lisa menghabiskan sepaket makanan sendirian diatas meja makan.

Memang ya, kekayaan bisa mengubah seseorang. Jika pada akhirnya Lisa akan terabaikan, mungkin sebaiknya ia skeptis akan mimpi Jungkook menjadi seorang idol. Jungkook yang sekarang bukanlah Jungkook yang Lisa kenal dulu, Jungkook telah berbeda.

"Jeon, kau mau kemana?" Lisa beranjak mengintip dari pintu kamar, mendengar keributan saat Jungkook menjatuhkan beberapa barang.

"Ke agensi." Jungkook menjawab seadanya, memakai sepatu dan menyambungkan panggilan kepada seseorang. "Aku ada urusan."

"Boleh aku ikut?" Lisa bertanya hati-hati, Jungkook telah membuatnya tidak seblak-blakkan dulu, Jungkook telah mengembalikan perasaannya yang sudah mati tetapi anehnya Jungkook sekarang seperti ini perasaan Lisa mati saja.

"Tidak bisa." Pria itu mendesah, memakai hoodie menutup kepala juga masker dan kacamata hitam. "Reputasiku bisa dipertaruhkan kalau paparazzi melihatmu." Desisnya lalu pergi meninggalkan rumah.

Lisa hanya bisa menatap pintu yang tertutup dengan miris, tidak bisa menangis untuk melampiaskan juga tidak bisa marah-marah dan membanting barang setelah arti dari kehidupan kembali merasuk dihatinya. Padahal diawal-awal dulu, Jungkook tidak pernah sekhawatir ini.

"Aku tidak bisa terus bersamamu setelah kau debut, tahu!"

"Noona, aku tidak peduli itu. Mau paparazi majalah terkenal mempublikasikan hubunganku denganmu, aku tidak peduli. Aku hanya ingin kau terus disisiku."

Lisa hidup dalam kenangan, menanti hal yang mustahil kembali terjadi sebab waktu akan sangat kejam bila sudah mengubah seseorang. Lisa sudah menjalani banyaknya kekelaman dalam hidup, Lisa berusaha tidak mengeluh, berusaha menahan semuanya entah sampai kapan.

Pikirannya kalut, dadanya bergemuruh dan hatinya berkecamuk. Tiba-tiba pintu kembali terbuka, Jungkook datang lagi. Lisa begitu senang sampai tersenyum, ia pikir Jungkook tidak jadi pergi tetapi nyatanya pria itu kembali hanya untuk menambah duka dihati Lisa.

Jungkook mengunci pintu, melepaskan seluruh pakaiannya tanpa rasa malu kemudian mendorong masuk tubuh Lisa ke kamar, menjatuhkan gadis itu ditengah-tengah kasur dan mulai menggerayanginya.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang