2 : Cute

5.8K 806 318
                                    

Setelah dibopong paksa dan wajahnya ditutupi kantung plastik hitam bak manekin atau mungkin lebih tepatnya buronan yang dicari-cari sebab beberapa kali Lisa berusaha kabur, entah dengan berpura-pura berteriak sambil menunjuk ke arah lain agar Jungkook lengah dan kesempatan bisa ia manfaatkan untuk lari segila-gilanya. Tapi nyatanya usaha itu gagal, meskipun sempat lari dua kali—Jungkook menangkapnya lalu membawanya paksa seperti menggendong karung beras.

Lisa baru diturunkan setelah sampai didepan bangunan kotak sederhana berlantai dua yang lampu depannya menyala, pintunya tertutup rapat dan baru terbuka saat pemiliknya memasang lalu memutar anak kunci dan mendorongnya ke dalam, menampilkan ruang tamu tanpa kursi—hanya meja kecil panjang yang ada vas bunga kosong ditengahnya dan beberapa bantal untuk dialihfungsikan menjadi tempat duduk.

Bergeser lagi ke arah kiri, terlihat rak berisi buku-buku yang tidak terlalu banyak dan rata-rata sebagian besar petaknya diisi sepatu berbagai warna dan murahan. Lisa mendecih tipis, samar tanpa ekspresi apapun—hanya menatap lempeng dan datar sampai Jungkook yang berdiri diambang pintu mengulurkan tangan menahan pintu dan mempersilakan Lisa.

"Noona, ini rumahku." Jungkook memberitahu, memperhatikan Lisa yang terlihat melihat-lihat dengan pindaian mata cantiknya—Jungkook berekspektasi lebih akan pendapat gadis itu. "Aku tinggal sendiri, tidak ada ayah atau ibu maupun kerabat. Singkatnya, aku sendirian."

Lisa masih belum bergeming, ia memicing lalu melipat tangannya didada dan berjalan masuk—masih melihat-lihat ke segala arah, membuat pipi Jungkook sejenak memerah karena malu sebab sepertinya—Lisa melihat keranjang berisi tumpukkan pakaian kotor.

"Untung dalamannya kupisahkan." Jungkook membatin sambil mengelus dada lega, matanya sempat terpejam lalu bertanya. "Bagaimana rumahku? Noona menyukainya? Ini sangat nyaman, bukan?"

Tepat setelah mendengar perkataan Jungkook, Lisa berhenti melangkah. Tadinya ia ingin menyibak tirai dan masuk lebih jauh lagi tetapi Jungkook menarik perhatiannya, membuat kepalanya menoleh ke belakang masih dengan wajah datar.

"Rumahmu jelek." Komentar Lisa. "Tidak bisakah kau membawaku ke tempat yang ada selnya dan menahanku didalam sana? Kurasa tempat itu jauh lebih bagus dari rumah jelekmu."

"Noonaa!" Bukan teguran atau bentakkan, Jungkook justru merengek. "Noona ingin dipenjara begitu?"

"Yang penting dapat makanan." Lisa menaikkan alisnya, ia sedikit mendongak sebab proporsi tubuh tinggi dan tegap Jungkook. "Aku tidak perlu repot bekerja, tidak perlu bernyanyi dan tidak perlu memasang senyum sialan."

"Noona tidak boleh begitu!" Jungkook menyentak bahu Lisa, mengguncangnya pelan tetapi atensi gadis itu justru tercuri ke arah yang lain—malah menatap urat-urat tangannya yang menonjol. "Ada banyak orang yang menyukai Noona, ada banyak orang yang berjuang keras untuk hidup agar bisa bertemu langsung dengan Noona, dan ada banyak—"

"Apa kau gym?" Lisa menyela tiba-tiba, sebenarnya ia tak perhatikan apa yang Jungkook ucapkan. Urat-urat tangan pria itu mencuri seluruh perhatiannya. "Tanganmu bagus, staminamu juga lumayan. Kalau dilihat-lihat, kau trainee?"

Meski aneh Jungkook mengangguk, ia mulai bergerak risih saat jemari lentik Lisa menyusuri tangannya, naik ke lengan sampai nyaris menyibak lengan bajunya. Jungkook menyingkir, Lisa terlihat seram dengan darah dan lukanya. Ah, baru ingat—Jungkook harus mengobati Lisa.

Lisa menundukan kepala, tangannya terulur menyentuh lutut Jungkook yang terbungkus jeans hitamnya, menyentuhnya dengan remasan. Tinggimu lumayan, kakimu panjang dan pahamu—"

Plak!

Belum selesai bicara, Lisa membeo—menatap tangannya yang kehilangan arah setelah ditampar pelan oleh tangan Jungkook. Posisis tubuhnya yang membungkuk mengharuskan ia mendongak dan menemukan wajah Jungkook yang lucu karena memerah.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang