chapter three : a smell

18 13 7
                                    

Hari ini akhirnya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini akhirnya tiba.

Saat membuka mata pertama kali di pagi hari, perasaan itulah yang Lera rasakan. Hari ini sudah ia bayangkan sejak lama. Bahkan Lera rasa jika ibunya datang dan memukulnya untuk terakhir kali, Lera tidak akan merasa sedih.

Untuk terakhir kali, ucap Lera dalam hati. Tak kusangka kalimat tersebut akan kuucapkan juga.

Berbeda dengan hari lain di mana Lera terbangun karena jam beker di sebelah kasurnya, hari ini ia terbangun karena gedoran pintu yang keras dan suara Wenda yang memanggil nama Lera dengan suara yang menggelegar.

Lera menghela napas kemudian melihat jam bekernya, pukul tujuh pagi. Entah setan apa yang membuat ibunya mempunyai energi yang besar untuk mengomel di pagi buta seperti ini.

"Iya, sebentar. Aku datang."

"Cepat buka pintu ini!"

Lera bangkit dari kasur kerasnya dan membuka pintu. Wenda berdiri di sana dengan baju kerjanya yang selalu ia pakai saat menjadi koki di rumah werewolf. Lera mengalihkan pandangan ke mata ibunya yang berkilat marah dan menaikkan satu alis ke atas.

"Ada apa?"

"Teman adik Alphamu. Dia menelepon dan memaksa untuk berbicara denganmu." Wenda berdecak kesal. "Kau diselamatkan oleh gadis bodoh itu. Sebagai gantinya, kau akan kupukul dua kali lebih keras besok karena merepotkanku."

Oh, itu tidak akan terjadi. Lera menahan diri untuk tidak tersenyum miring. Ibunya adalah omega yang tidak peduli tentang peraturan baru apapun yang dikeluarkan kerajaan. Lera tidak pernah memberi tahu mereka akan kenyataan dimana ia akan pergi di ulang tahunnya yang ketujuh belas. Ia berniat pergi tanpa jejak hingga kedua orangtuanya tidak menemukannya dan menyadari kebodohan mereka selama ini.

Lera menggelengkan kepala dan sadar bahwa ibunya telah turun dan membanting pintu depan dengan keras. Itu akan menjadi kali terakhir Lera melihat wajah ibunya. Ada sebesit rasa sedih yang Lera rasakan, namun ia dengan cepat mengusirnya. Wenda bukanlah ibunya, tanam Lera dalam hati. Seorang ibu tidak akan pernah menyiksa anaknya seperti ini.

Setengah berlari, Lera menghampiri telepon rumahnya yang berada di samping meja makan kecilnya.

"Brianna? Mengapa menelponku di pagi hari seperti ini? Kau tahu ini hari minggu, 'kan?"

"Lera!" Brianna berkata seperti mengucap syukur. "Lera, ini gawat!"

Lera menegakkan punggungnya saat itu juga. Ia bisa merasakan Aibi memasang posisi siaga di dalam tubuhnya. Dengan banyaknya waktu yang Lera habiskan dengan Brianna, Lera bisa merasakan bahwa Aibi sangat protektif terhadap Brianna. Ia tidak peduli Brianna memiliki darah alpha yang memastikannya akan tetap aman. Jika Brianna dalam bahaya, segalanya akan Lera lakukan untuk menyelamatkan sahabatnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

unzeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang