First Meet

145 5 2
                                    

Cinta pada pandangan pertama? Tidak, bukan itu intinya. Lagipula aku tidak percaya dengan Love at First Sigh. Mungkin rasa pada pandangan pertama itu ada, tapi bukan cinta. Hanya rasa tertarik --Aiko

Aiko's POV

Gerah. Bahkan payung biru penaung tubuh masih bisa membuat peluhku bergulir. Tangan kanan yang menggenggam gagang besi, sementara si pasangan merengkuh sebuah kantung berisikan bahan makanan mentah untuk persediaan. Menyusuri trotoar dengan sandal jepit dan pakaian ala musim panas. Jika mengedar pandang pun, sekitaran sungguh lengang. Orang-orang lebih memilih mengurung diri di rumah ketimbang terpapar seperti ini.

Karbon kuhela. Mendongak sebentar meratapi kilau kanvas alam. Sedikit menyerngit, menghalau sinar raja siang yang menelusup berlebih. Beberapa saat kemudian, aku iseng merunduk. Mendapati sebuah kunci teronggok damai sebelum tak sengaja terinjak.

Kunci? Milik siapa? Aku meraup kunci tersebut, menoleh kesana-kemari guna memastikan apakah ada orang beraut bingung yang mungkin mencari benda ini. Tapi nihil.

"Simpan sajalah. Mungkin bertemu pemiliknya di jalan," lisanku pelan. Menyimpan kunci tadi dalam kantung hotpants.

Kembali mengayun langkah. Beberapa meter lagi aku akan belok, masuk ke jalan kecil yang akan membawaku lebih dekat ke rumah. Oh, ternyata tidak hanya aku pejalan kaki di sini. Ada pemuda yang berjalan menunduk. Sepertinya dia tipikal pemalu.

Semakin lama kian terkikis jarak di antara aku dan pemuda itu. Aku sedikit bergeser, karena jika tak begitu mungkin kami bertumbukan. Sebenarnya dia lihat jalan tidak sih? Sebegitu pemalunya kah sampai tak ingin bertatap muka dengan orang lain?

"Dimana ya? Kurasa tidak jauh darisini."

Itu gumaman si laki-laki pemalu yang kudengar saat jarak kami nol atau tidak sengaja bersisian. Aku berhenti dan berbalik. Cepat-cepat merogoh kantung dimana kunci itu berada.

"Apa kau mencari ini?" tanyaku sembari menjulurkan kunci tepat di bawah hidungnya.

"Oh! Kunciku! Astaga kemana saja kau?" pemuda pemalu tadi langsung menyambar kuncinya. Dipeluk dan dikecup bertubi-tubi.

Heboh sekali. Kurasa persepsiku tentangnya salah besar. Dia bukan tipikal pemalu karena setelah itu berujar heboh.

"Terima kasih! Di mana kau menemukannya? Oh, namaku Yuujiro, Yuujiro Toda," ia langsung menjabat tanganku tanpa aba-aba. Menggoyangnya ricuh.

Senyuman kikuk teretas. Mau tak mau balas memperkenalkan diri sebagai bentuk etika yang baik.

"Kurumatani ... Aiko ...."

***

Sekian...



Saisho no ai (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang