Hungry

69 6 0
                                    

Sebenarnya sulit mengerti perasaan diri sendiri --Aiko

***

Aiko's POV

Kenapa juga harus lapar sekarang? Dan kenapa di lemari pendingin tidak ada apa-apanya? Padahal selera untuk melangkah keluar rumah sangat memprihatinkan. Ini semua salah sepupu berisikku itu membabi buta mengosongkan kulkas. Hanya menyisakan rempah. Dasar.

Hengkang tempat teduh nun nyaman ke daerah kering kerontang berbau aspal yang memusingkan seperi ini. Meski payung biru kesayangan sudah menaungi tubuh, meski kaos yang dikenakan tak berlengan, tapi rasanya masih gerah saja. Bahkan aku bisa merasakan kulitku seperti akan terkoyak. Oh, aku berlebihan.

Aku mempercepat langkah. Memasuki minimarket tepi jalan yang tempo hari kusambangi. Menyambar keranjang jinjing dan berlanjut menginspeksi rak-rak makanan. Meraup beberapa cup ramen instan, telur dan sedikit sayuran. Ngeri jika ku isi penuh, akan kembali dijarah oleh saudaraku yang lain.

Merapat pada meja kasir. Menyurungkan keranjang belanja pada penjaga wanita yang sudah hafal dengan wajahku.

"Hanya ini? Tumben sekali," komentar si penjaga, Emiko namanya.

"Um, baru kemarin dijarah sepupuku. Diisi sedikit saja, jadi kalau ada kejadian seperti kemarin, aku tak rugi banyak," jawabku tenang. Mengeluarkan uang dari dompet saat total belanja berkedip di layar mungil. Menyerahkannya pada Emiko.

Kupegang baik-baik kantung plastik yang cukup menjadi beban ini. Melangkah keluar setelah menyunggingkan senyum pada wanita cantik penjaga minimarket. Menyingkap payung yang tersampir di samping pintu.

"Aku masuk di ruang kosong payungmu ya?"

Suara itu lagi. Aku cukup hafal walaupun baru beberapa kali bertemu. Diam-diam tersenyum kecil kemudian berdeham.

"Silahkan saja," ucapku. Menoleh sebentar pada pemuda di samping lalu kembali menatap jalanan.

"Hehe arigatou," ringisan khas dirinya muncul juga.

"Kenapa kau suka sekali muncul tiba-tiba, Yuujiro-san?" tanyaku. Kebiasaan Yuujiro yang satu itu membuatku sedikit terusik.

"Panggil Yuujiro saja ..." sanggah Yuujiro seraya mengacungkan jarinya sok benar, "Um itu ... itu ... karena Keiko juga tiba-tiba muncul, jadi ya aku menghampiri saja."

Jawaban yang tidak runtut dan sama sekali tidak jelas. Aku tertawa renyah melihat ia menggaruk kepala kikuk begitu.

Cup

Aku terkesiap. Yuujiro barusan mengecup pipiku? Begitukah? Mungkin melempar tatapan heran dengan kening berkerut cukup untuk membuatnya mengerti apa maksudku.

"Maaf. Habis Keiko manis sih," ucapnya dengan senyumnya hangat.

"Apa-apaan itu," aku melengos ke arah lain. Menghindari pandanganku bertumbukan dengan manik cokelat tersebut.

Hening. Hanya suara derap kaki samar-samar menelusup ke telinga. Lidahku jadi kelu dan suasana kelewat kikuk. Gerah yang melingkupi kian menjadi. Sesekali aku mencuri pandang, bahkan tak jarang mata kami bertemu.

Sial. Kenapa aku merasa senang? Kemana rasa lapar yang tadi menghantui? Jangan bilang aku suka padanya? Sial, sial, sial.

.

.

Sekian...


Saisho no ai (Cinta Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang