30. Perpisahan

728 30 4
                                    

HAPPY READING

•••••

Ujian Nasional berjalan dengan lancar, meskipun Ayana kadang masih saja tidak fokus dan terganggu karena perpisahannya dengan Matteo yang memang tiba-tiba. Ayana menghembuskan napasnya dengn kasar, lusa pagi akan ada acara wisuda lalu malamnya ada prom night untuk merayakan kelulusan. Ingin rasanya tidak datang, tapi Seruni memaksa.

"Na, prom night pokoknya harus dateng, titik!" Slamet. Laki-laki berbadan kurus itu datang menghampiri Ayana.

"Tapi gue tuh males," gumam Ayana.

"Pokoknya kalo Ayana nggak dateng, nggak usah ditemenin lagi, gais," seru Slamet membuat anak-anak di dalam kelas mengangguk setuju.

Ayana berdecak, menatap Slamet dengan kesal. "Nggak asik, ah. Lo mainnya ngancem."

Slamet tertawa puas, karena berhasil menggoda Ayana. Apalagi membuat gadis itu tersenyum. Karena sejak putus dengan Matteo, Ayana terlihat berbeda. Anak-anak di kelas pun sudah berusaha untuk mengembalikan mood Ayana, tapi sepertinya tidaklah mudah.

"Nah gitu dong, Na. Ketawa, jangan diem, ngelamun aja. Kayak orang nggak ada semangat idupnya sama sekali," seru Zidan menimpali. Memang di kelas Mipa 1, anak-anak laki lebih banyak daripada anak-anak cewek. Tapi kenapa, Ayana tidak pernah sedikit pun memiliki rasa pada teman sekelasnya.

"Apaan sih lo, rese banget," gerutu Ayana-mengibas-ngibaskan tangannya.

"Tapi yang dibilang Zidan bener, Na," kata seorang gadis berjilbab putih dengan beberapa helai surainya yang keluar.

"Jihan, nggak usah ikut-ikutan, deh." Ayana menatap gadis berjilbab itu, memajukan bibirnya.

"Ya lagian, bisa-bisanya nggak mau ikut. Ini, kan acara prom night. Yakali nggak ikut, jangan cari perkara sama gue, lo, Na." Seruni tiba-tiba saja datang, dengan membawa semangkuk soto dengan segelas es teh. "Males banget makan di kantin, gue mau makan di kelas aja," lanjutnya berkata sendiri sebelum teman-temannya, bertanya.

"Ini juga, kompor banget sih, lo!" Ayana semakin kesal. Padahal, kan, enak jika di rumah saja. Lalu menonton drakor atau membucin Oppa-Oppa.

"Lagian ya, nonton drakor atau ngebucin oppa-oppa lo itu bisa nanti, kapan aja. Kalo prom night, kan, sekali dalam SMA," kata Adam seakan tau isi pikiran Ayana.

Lagi-lagi, Ayana mendengus kesal. "Terserah deh, terserah," katanya dengan pasrah.

Seruni mendekatkan tubuhnya pada Ayana, lalu berbisik. "Ntar jalan yuk, cari-cari dress."

"Ogah," balas Ayana dengan singkat.

"Ck, bales dendam lo ceritanya. Karena gue pas itu nggak anter lo ke toko buku," decak Seruni. "Ayolah, Naaa," lanjutnya masih berusaha membujuk.

"Karena gue mah, baik, ya. Nggak kayak lo. Jadinya, ya ayo."

Seruni bersorak senang. "Nah gitu dong ah, baru temen gue nih."

"Lah, lo pikir kemaren-kemaren gue bukan temen lo, gitu?" tanya Ayana dengan sewot membuat Seruni menggeleng dengan cepat. Ayana memang jika sedang patah hati sangat sensi.

"Ya nggak gitu, Na. Astagaaa, sensi banget lo."

"Bisa diem nggak?" tanya Ayana dengan lembut. "Ngoceh mulu dari tadi. Soto lo tuh, dimakan."

Memang bersahabat dengan Ayana itu harus memiliki stok kesabaran yang banyak. Karena mood gadis itu sangat susah sekali ditebak. Beruntunglah Seruni yang sudah mengenal Ayana sejak di jaman orok. Jadi, baik buruknya Ayana, Seruni tau. "Iye... iye. Sensi amat lo, sis."

MATTEO ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang