1 | Dia Sarayu

14 1 0
                                    

1 | Dia Sarayu

Seorang perempuan terlihat tengah tengkurap dalam kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan terlihat tengah tengkurap dalam kasur. Pipinya bertumpu pada tangan kirinya, sedang tangan kanan menggulir layar ponsel. Senyum cerah tak hentinya terbit dari wajah manis itu saat menatap ponselnya yang memutar video seorang laki-laki tengah bernyanyi.

Lelah tengkurap, ia menggulingkan badannya menjadi berbaring dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Ya tuhan mau yang kayak Maraka," ucapnya pelan.

Tangannya kembali menggulir sosial media berwarna ungu yang menampilkan figur lelaki yang menjadi model sebuah iklan.

"Ganteng banget jodohnya siapa sih? Jodoh gue lah. Kalaupun dia jodoh orang lain, jadikan aku orang lainnya, Ya Allah," cetusnya terlalu percaya diri.

Detik berikutnya layar ponsel yang tadinya menampilkan video Maraka berubah menjadi panggilan video dari temannya. Dalam tiga detik, Sarayu menerima panggilan tersebut.

"Assalamualaikum ya ahlal kubur," ucap temannya dari seberang.

Sarayu melotot, "Sembarangan lo monyet."

Temannya itu terkikik geli. Kamera yang tadinya menyorot langit-langit kamar berubah menjadi wajahnya yang membuat Sarayu terkejut.

"Kenapa tuh muka lo?"

"Emang kenapa?"

"Kaya telur orak-arik."

Calya—teman Sarayu itu melotot tak terima. "Kenapa harus telur orak-arik sih?"

Pasalnya Sarayu mengucapkannya dengan nada serius, tak ada tawa atau senyum dalam wajahnya yang membuat Calya takut karena temannya itu jarang serius.

"Berantakan, nggak berbentuk kaya telur orak-arik," ucap gadis itu bercanda. "Abis nangis lo?"

Calya mengangguk.

"Kenapa?"

Mata temannya itu tiba-tiba berkaca-kaca kembali. Tangisnya tumpah dalam beberapa detik yang membuat Sarayu bingung.

"Lah kok tambah nangis? Gue kan tanya kenapa, Cal. Kebiasaan nih cewe kalo nangis ditanya kenapa malah kejer."

"Lo juga cewe, Ay!" ucap Calya sambil terisak.

"Oiya juga."

Menit berikutnya diisi dengan tangisan Calya yang masih belum berhenti. Sepertinya masalahnya berat, jadi Sarayu membiarkannya menangis hingga lega.

"Udah?"

"Udah apa?"

"Nangisnya udahan belom?"

"Belom huhu." Calya kembali menangis lalu mengusap air matanya dengan hoodie merah yang dipakainya.

Sarayu menghela nafas, kalau sudah begini bisa-bisa temannya itu menangis semalaman tak berhenti.

"Posisi lo dimana?"

Maraka Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang