6 | Manusia atau Patung Pancoran?
Sejak sepuluh menit yang lalu dua orang lelaki tengah duduk berhadapan di sofa namun tak ada satupun dari mereka yang berniat memulai pembicaraan. Laki-laki di sebelah kanan sofa memindai teman dihadapannya lalu menggeleng-gelengkan kepala, itu dilakukannya beberapa kali yang membuat temannya itu berdecak.
"Kenapa sih?"
Surya melotot, "Masih nanya kenapa? Sejak kapan lo nyimpen cewek di apartemen? Gak nyangka gue diem-diem lo liar juga."
"Sembarangan," balas Maraka dengan cepat. Kini ia telah berganti dengan kaos nirvana dan celana pendek serba hitam. Rambutnya yang masih setengah basah itu dibiarkan begitu saja.
"Terus dia siapa?" Surya mengerutkan kening seolah berpikir sebelum melongo. "Cewek satu malem lo? Tapi ini masih sore Ka. Jangan ngadi-ngadi lo."
"Lo yang jangan ngadi-ngadi," balas Maraka sewot.
"Tapi cantik juga tuh cewek lo kalau diliat-liat. Pinter juga lo milih cewek."
"Bukan cewek gue."
"Terus saha anying? Gue dari tadi nanya nggak dijawab."
"Tetangga." Maraka menggaruk pelipisnya. "Tetangga baru sebelah kamar."
Surya mengangkat alisnya, merasa heran dengan Maraka. Bertahun-tahun menjadi teman membuatnya paham betul sifat Maraka yang susah akrab dengan orang baru. Jangankan akrab, seringkali ia menghindari pembicaraan selain hal-hal yang bersangkutan dengan pekerjaannya.
"Tetangga apa tetangga? Masa udah masuk apartemen lo aja, apalagi basah-basahan berdua."
Kalimat terakhir Surya terdengar ambigu sekali. Mengenai Sarayu, perempuan itu telah lari ngibrit dari apartemen Maraka setelah terciduk oleh Surya, tak peduli dengan bajunya yang masih basah.
"Ngapain lo kesini?"
"Et et mau ngalihin pembicaraan ye? Jawab dulu lah bro," jawab Surya dengan ekspresi tengil.
Maraka menghela nafasnya lelah yang membuat Surya terkekeh. "Yaudah iya dah gue balik dulu."
Laki-laki itu beranjak dari sofa dan membenarkan pakaiannya yang lusuh. Maraka mengerutkan keningnya tak paham dengan temannya ini.
"Terus lo kesini ngapain?"
"Ngapain ya?" Surya balik bertanya.
"Gak jelas."
"Iseng aja nengok lo masih bernapas atau nggak, taunya hampir liat adegan live stream."
Surya menepuk pundak Maraka pelan, "Gue balik dulu. Silahkan kalau mau dilanjut," pamitnya lalu melesat keluar dengan berlari.
Sedangkan pemuda pemilik apartemen hanya bisa memijat keningnya perlahan, pusing dengan kelakuan temannya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Maraka Next Door
Teen FictionKetemu idola karena fanmeet ✖ Ketemu idola karena sebelahan kamar✔ Pernah nggak belum pernah ketemu tapi bisa jatuh hati sama seseorang? Itu yang dirasakan seorang Sarayu ketika mengidolakan sosok Maraka-seorang musisi ternama dengan segudang bakatn...