2 | Dia Maraka
Langit pagi hari ini tampak cerah. Terdengar suara kicauan burung yang membuat pagi seorang pemuda lebih ramai. Laki-laki itu membuka balkonnya, menatap pemandangan dari apartemen yang menyuguhkan gedung-gedung tinggi dengan kemewahannya.
Suara pintu terbuka tak mengalihkannya karena ia hafal siapa sosok dibaliknya yang sebentar lagi akan meneriaki namanya.
"WOY KA!"
Benar saja, beberapa detik setelahnya suara nyaring lelaki memenuhi apartemen.
"Ada tamu tuh dibukain kek, lah lo balik badan aja kagak," ucapnya meletakkan barang bawaan pada sofa abu-abu di tengah ruangan.
Maraka tak menggubrisnya, malah berbalik menuju dapur seolah tak ada orang di apartemennya.
"Ini gue udah berubah jadi makhluk transparan apa ya," ucapnya lalu mengeluarkan ponsel dan membuka kamera. "Kaga sih, masih cakep gini," lanjutnya setelah melihat pantulan wajahnya pada kamera ponselnya.
"Ngapain kesini?" tanya Maraka setelah diam sejak tadi.
"Emang gue nggak boleh main-main doang kesini?"
"Nggak," jawabnya cukup sadis.
"Nggak papa udah biasa," ucapnya mengasihani diri sendiri mendengar jawaban Maraka.
Maraka kembali menuju ruang tengah dengan dua gelas kopi di tangannya. Ditaruhnya satu kopi di depan Surya-temannya yang sedang menyengir. Biarpun begitu ternyata Maraka masih ada hati membuatkannya minum, batinnya.
"Lo masih inget Bang Derick kan? Manajer kita dulu," tanya Surya yang dibalas deheman Maraka.
Maraka dan Surya memang satu agensi, dulunya bahkan dalam naungan satu manajer yang sama. Namun, mulai tahun lalu Surya berganti manajer karena mulai difokuskan di bidang perfilman, sedangkan Maraka tetap di bidang musik.
"Dia mau nikah minggu besok, baru kemarin ketemu gue nitip undangan," terangnya lalu menyodorkan sebuah kertas yang dibungkus kotak berwarna emas. "Lo bisa ikut nggak?" tanyanya mengingat jadwal Maraka yang padat.
Dibacanya dengan seksama secarik kertas itu, lalu Maraka menyalakan ponselnya.
"Bisa," jawabnya setelah melihat jadwalnya minggu depan.
Surya yang mengetahui isi pikiran Maraka segera berbicara, "Tenang aja ini acaranya privat, lo nggak bakal dibuntutin fans dan paparazi."
Maraka mengangguk singkat.
"Sekalian kali aja lo dapet jodoh kan disana, masa bucinnya sama musik terus, sekali-kali sama cewe kenapa," ujar Surya menyengir.
"Gue belum mikir sampe situ Sur. Gue udah nyaman ngejalanin hidup gue yang sekarang."
"Iya tau. Tapi gue saranin aja coba mulai buka hati lo, jangan terlalu kaku. Ada saatnya lo bakal butuh seseorang yang bakal lo jadikan sandaran dan rumah tempat lo pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maraka Next Door
Fiksi RemajaKetemu idola karena fanmeet ✖ Ketemu idola karena sebelahan kamar✔ Pernah nggak belum pernah ketemu tapi bisa jatuh hati sama seseorang? Itu yang dirasakan seorang Sarayu ketika mengidolakan sosok Maraka-seorang musisi ternama dengan segudang bakatn...