Hujan rintik membasahi bumi. Lara menengadahkan tangannya untuk memeriksa apakah hujannya sudah agak reda. Harusnya sekarang Lara diantar abangnya, namun karena mengerjakan skripsi semalaman Liam pun sulit dibangunkan. Perjalanan dari rumah menuju sekolah membutuhkan waktu lima belas menit , namun karena hujan bus pun terhambat. Karena bus yang tidak kunjung datang, Lara mengambil payungnya dan berjalan d trotoar. Membutuhkan waktu sepuluh menit untuk berjalan kaki dari halte bus ke sekolah. Jaket baby blue meenghangatkan tubuhnya, tas berwarna senada bertengger dipunggungnya. Menjadi siswa akhir membuatnya membawa banyak buku karena cukup sibuk mempersiapkan banyak ujian dan tes perguruan tinggi.
Sudah sampai, hujan pun sudah reda. Lara melipat payungnya tepat setelah masuk gerbang sekolah. Seseorang merangkul bahunya membuat Lara tersentak kaget.
"Laraaa!" seru seorang gadis berambut pendek sambil melingkarkan tangannya pada bahu Lara.
"Astagfirullah, kaget gue." Lara menyikut perut gadis itu dengan pelan yang dibalas tawa kecil.
"Berat amat ya tas anak rajin." Nabila Azzahra namanya, kerap dipanggil Bibil, anak nya rese dan ceria. Sudah bersahabat dengan Lara sejak awal masuk SMP hingga kini. Kedua nya memiliki sifat yang sama. Sefrekuensi. Katanya kalau berteman dengan orang yang memiliki sifat yang sama akan sama pula gila nya. Bedanya, Bibil anaknya pemalas dan hobi tidur di jam pelajaran. Sedangkan, Lara murid teladan yang selalu juara kelas.
"Iya lah, emang lo buku satu aja suka lupa ga dibawa."
Kedua nya tertawa, padahal tidak ada yang lucu. Receh memang.
Sesampainya dikelas Lara menyapa anak kelas yang kebetulan sedang berkerumun. " Aya naon euy?" Tanya Bibil.
Salah satu anak kelas menoleh, " Itu si Deva ikut demo sama mahasiswa, gue liat di sosmed gila kan?, emang tuh anak ga ada takut sama pak Dono apa ya."
Hari ini ada demo mahasiswa memperjuangkan RUU yang agak konyol, entahlah. Anak sekolah menengah seperti Lara belum mau terlibat dan cukup berkontribusi di sosial media. Karena terlalu berbahaya bagi siswa SMA untuk ikut demo seperti itu.
"Deva anak kelas sebelah kan?"
Bibil mengangguk, " Iya, yang anak suporter bola itu. Banyak gaya, sosoan pisan."
"Pagi anak-anak."
Satu suara yang berhasil membubarkan kerumunan yang sedari tadi memantau keadaan chaos nya hari ini di live instagram salah satu peserta demonstrasi.
***
Anak kelas duabelas IPS lima sudah berada di lapangan, lengkap dengan baju seragam olahraga berwarna putih dengan plat kuning. Mereka membawa raket masing-masing. Panas. Cuaca hari ini begitu terik. Padahal, waktu baru menunjukan jam sepuluh siang.
"Ra, nyadar ga kok cowok itu liatin kita terus sih? Kenal ga?"
Lara menoleh kearah kelas lantai atas. Kelas duabelas IPS 1. Benar, dua orang lelaki sedang menatap lekat-lekat kearah mereka, namun ia berusaha menampisnya mungkin saja sedang memperhatikan objek lain. Karena di lapangan hari itu cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
EIGHTEEN
JugendliteraturFOLLOW DULU SEBELUM BACA YUK. Lara, seorang gadis cantik dan pintar yang bermimpi kehidupan nyata nya persis seperti cerita novel kesukaannya. namun, setiap orang tidak pernah menyangka atas skenario yang ditentukan Tuhan. terlalu banyak kejutan, e...