NOMOR WA

8 4 9
                                    

happy reading<3

"Deva!"

Lelaki yang dipanggil namanya membalikan badan, mendapati gadis dengan rambut terurai memegang sebuah paper bag yang berisi jas almamater milik abang nya. Rambut yang acak-acakan membuat Deva terkesan badboy, tas disampirkan dibahu serta jaket bomber nya semakin mempertegas bahwa Deva itu jagoan sekolah.

"Gue panggil dari tadi, budek ya lo." Omel Lara dengan nafas terengah-engah.

Deva menyilangkan tangan,
"Ada perlu apa Noora?"

Lara mengerjap, baru kali ini ada yang memanggil dirinya dengan nama tengah ia, Noora. Merasa heran, namun Lara menetralkan mimik wajahnya.

"Nih abang gue nitip jas almamater katanya suruh di kasih ke lo."

Deva mengambil jas almamater dan langsung pergi begitu saja. Lara menganga, bahkan dia belum menerima ucapan terimakasih atas kebaikannya hari ini. Dasar Deva tidak sopan.

"Eh eh, tar dulu." Lara menghalangi jalan Deva. Lelaki itu mengeryitkan alis bingung seolah berkata 'apa?'.

Lara menengadahkan tangannya,

"Ongkir nya mana? Enak banget nyelonong gitu aja!"

Deva tertawa mengambil dua buah coklat koin dari saku celananya. "Nih. Sisa nya ntar di kantin ye."

Lara mengambil coklat itu dengan sedikit senyuman manis, lumayan juga pikirnya. Sejak saat itu, Deva dan Lara sepakat untuk berteman akrab walaupun mereka berbeda kelas.

"Janji lo ya! Gue tunggu di warung mie ayam."

Perkataan Lara dibalas dengan jempol Deva yang sudah berjalan beberapa meter didepan.

"Cie gebetan baru cie.." Nabila muncul dibelakang Lara dengan tampang menggoda.

Lara menginjak kaki Nabila, "Makan tuh cie-cie."

Nabila meringis, "Ngapain sama Deva?"

Lara berjalan pelan, " Ngasih titipan dari abang."

Mata Nabila memicing curiga, "Bang Li kenal Deva?"

Gadis dengan rambut terurai itu mengangguk, "Katanya pernah satu tongkrongan tuh."

Nabila hanya membalas dengan anggukan dan membulatkan mulut menyerupai huruf O.

****

Bel jam istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan menuju kantin, termasuk Ghara dan Faiz. Keduanya berjalan menyusuri lorong kelas duabelas menuju kantin angkatan. Kebetulan, fasilitas SMA Taruna salah satunya mempunyai kantin khusus angkatan.

"Warung Pak muh aja kuy. Biasa nasi lengkoyy" Seru Faiz yang dibalas dengan anggukan oleh Ghara.

Mata nya menelisik, melihat setiap penghuni kantin yang sedang memenuhi tuntutan perut. Ternyata, masih banyak kursi yang kosong. Pandangannya terhenti pada kursi yang di duduki Lara yang sedang menyantap semangkok mie ayam bersama Nabila.

"Lo pesen aja biar gue yang nyari tempat duduk ya bro." kata Ghara sambil melenggang meninggalkan Faiz.

"Hai, Lara."

Kedua gadis itu menoleh, melihat si yang nya memanggilnya.

"Boleh duduk disini? Kosong kan?" Tanya nya.

Nabila mempersilahkan Ghara duduk sedangkan Lara memutuskan untuk kembali menyantap mie ayam miliknya.

"Boleh boleh, silahkan."

EIGHTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang