Dekat Pasar Pagi

69 11 3
                                    

Lepas isya, angkringan Bang John dekat pasar pagi sudah ramai dengan gerombolan anak SMA Citra Bangsa.

"Duduk" Dama memerintah, segera 20 anak disana segera duduk di tempat masing-masing. 

"Ga ada basa-basi. Gue disini udah tau latar belakang lo semua. Kasta kita sama jadi ga usah ngototin ego." Dama mulai bersuara. Agak ngibul sebenernya, tapi yaudahlah. Biar keren dikit, pikirnya.

Memberikan wejangan juga perintah yang hendaknya diiyakan oleh semua anak disitu. Untuk menjadi bagian MT-13 seperti yang dibayangkan, tidak mudah. Mereka harus menerima segala tantangan juga permintaan senior untuk membuktikaan kesetiaan juga solidaritas mereka.

Seperti malam ini, Dama dengan lugas meminta para anak-anak baru itu menghabiskan 1 permen merk kiss rasa apel, terlihat segar tapi perintah berikutnya sudah membuat mereka gelagapan bukan main, ingin pulang saja rasanya.

"Gue ada satu permen. Dan diantara lo pada anak baru, gue minta permen ini abis. Semua mulut harus coba. Ga ada penolakan." Kata Dama final.

Malam itu untuk pertama kalinya 20 anak disana mengecap rasa yang sama, mengecap rasa yang kiranya akan menjadi simbol kesolidaritasan mereka semua.

"Satu rasain, rasain semua, ini simbol kalo lo lo pada ini sodara. Simbol kalo lo semua bakal saling bahu membahu apapun keadaannya." Tivan berujar, tangannya tak lepas dari rantai motor ninja milik Yudha yang sudah putus 3 hari lalu, niatnya mau dia modif dijadikan senjata atau pajangan di markas atau mentok, bisa dipajang dikamarnya.

Suaranya mengelegar di bawah teduhnya langit malam juga suara jijik tertahan dari anak-anak baru MT-13.

Rakha mengambil alih permen dari tangan Danu, anak kurus kering yang sepertinya tengil. Duh belom-belom udah seudzon aja si Rakha, nu ngucap astagfirullah hayuk buruan. Tanpa ragu, permen kiss yang ukuranya sudah mulai menciut itu ia masukkan kemulut. Mengecapnya beberapa kali lalu ia berikan pada Izam yang duduk disebelahnya.

Izam agak lega, sebab permen bekas ini dari mulut Rakha, setidaknya dia kenal lah orangnya. Begitu-begitu Rakha ini anak paling rajin mandi dan wangi jadi agak tidak mungkin kalo sebelum kesini dia belom gosok gigi.

Izam tersenyum kecut, belom sampai 5 detik permen itu masuk sudah langsung ia oper ke tangan Bara. Dia tidak habis pikir, ini senior mereka kok kejem amat ngerjainnya make tudung biar keliatan solidaritasnya pula. Duh gusti!

Permen habis di orang terakhir. Muka Sena lempeng kaya biasa, ngga tertarik sama apapun. Wajahnya masih lurus natap Dama yang lagi becanda jegal-jegalan sama Yudha. Agak ngeri, pikirnya. Muka sama badan punyanya Dama sama Yudha itu seram dan kekar, mereka diem aja serem, lah ini guyonanya jegal-jegalan. Gak kebayang kalo diantara salah satunya ada yang ga terima apa ga perang dunia ketiga ntu!

Izam nyenggol lengan Sena, merasa penasaran dengan apa yang dipikirkan remaja dengan tahun kelahiran yang sama bareng dia. Dari jauh, Sena itu kalem, adem, dan ya kaya anak pendiem pada umumnya, Izam sendiri masih kaget kenapa biasa ketemu Sena nongkrong disini. 

" Rapi bener, abis darimana Sen" Izam nanya, mukanya senyum, senyum watados. Izam noleh, 5 detik, terus dia liatin diri sendiri. Rapi? Dia cuma make kemeja yang udah dibeli 2 tahun lalu sama celana jeans yang masih kelonggaran, model boyfriend jeans maksudnya. Terus matanya liatin anak-anak lain. Rata-rata pake kaos semua sih, bawahan jelana jeans atau bawahan celana seragam SMA, sama jaket. Cuma dia yang ga bawa jaket, dan tiba-tiba berasa ada angin keceng yang bikin Sena sadar ternyata angin malem ini lumayan kenceng.

Balik lagi ke Izam, Sena cuma gelengin kepala abis tu liatin Dama yang sekarang udah anteng ngobrol sama gerombolanya. Izam ngangguk aja. 

"Eh nama lu Sena kan ya? Buset belom kenalan kita" Izam ngomong lagi, tanganya dia ulurin sampe depan dada Sena.

"Izam, sekomplek beda blok sama Haidar."

"Sena"

"Halah, jangan sok cool deh Sen" Haidar dateng, ikutan jongkok disebelah Izam, tiba-tiba ngerangkul Sena.

"Apa dah Dar." Sena coba lepasin tangan Haidar, tapi bocah itu masih tetep ngeyel ngerangkul. Ketiganya larut dalam percakapan yang membuat mereka tertawa terbahak- bahak hingga dahi mengkerut karena heran dengan pembicaraan mereka yang tidak ada ujungnya.

Bara nyamperin mereka bertiga sambil bawa sebotol kopi kemasan harga 3 ribuan, ikut nimbrung sesekali ketawa paling keras juga. Beberapa kali mau melintir leher Rakha yang ngatain candaanya ga lucu mulu, padahal Bara sudah usaha sekuat tenaga biar bisa lucu. 

Malam itu dingin di angkringan Bang John terasa hangat karena canda tawa anak-anak muda yang sedang mencoba mencari jati diri mereka masing-masing, ada yang lari dari kenyataan, hingga menghindari permasalahan keluarga yang mungkin sebenarnya bukan menjadi tanggung jawab mereka.

Masalah klise yang sudah pasti dihadapi hampir semua remaja yang ada di dunia ini.

Rakha merasa baik-baik saja dengan hidupnya, tapi tidak dengan dirinya. Izam juga, ia merasa hidupnya sudah sempurna dan tidak perlu apa-apa lagi, mati cepat lebih baik, pikirnya. Sena, ia cukup tapi tidak dengan segala tuntutan orang tua dan ekspetasi diri sendiri, dan Bara, pemuda itu sedang mencoba untuk membunuh rasa sepi yang hampir setiap saat menghantui perasaan, pikiran, juga hidupnya yang... sedikit malang.

Pukul  2 pagi, mereka dibubarkan. Beberapa memilih tinggal dan sebagian pulang. Kehidupan yang melelahkan. Mereka masih ingin bermain, tapi difikiran mereka berkecamuk berbagai kemungkinan yang menyakitkan. 


____________________________________________________________________________

Hi, maaf ya jarang update huhu kuliah ku lagi sibuk.

Ini aja kalo ga ada yang nulis komen, aku hampir lupa kalo punya wattpad huhu. Nanti aku usahain up setiap minggu yaa, tapi enggaa janjii.

Sebenernya juga ceritanya udah aku tamatin, cuma kalo langsung aku up ceritanya bakal mentah, jadi butuh revisi berkali-kali dulu  biar ceritanya mateng dan kalian bacanya enak wkwk


instagram : instagram.com/awciii_ atau bisa ke instagram.com/awcii.i






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FRIEND.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang