48 dark side?

48 12 3
                                    

Hai guys-!

Sebelumnya sorry for late update, soalnya lagi banyak tugas + 2 hari lagi aku mau PAS jadi lagi pusing pusing nya. Jadi maaf atas kelalaian update nya, hm anyway aku takut kalau Claz ga bisa tamat sampai akhir Desember nanti..

But masih aku usahain, karena aku ngerasa ini Novel harus segera di selesaikan.

Sebelum itu aku juga mau say thanks karena udah komen positif, maaf kalau tulisan ku masih berantakan karena aku masih pelajar dan masih mempelajari semuanya lebih dalam lagi.

Terimakasih-!!

Enjoy:)

🌻🌻🌻

Calz berjalan santai menuju kelasnya. Namun langkahnya terhalang karena di hadang oleh 3 orang di depannya ini.

"Maaf, tapi boleh minggir saya mau lewat" Calz berkata sambil terus menunduk.

Brak!

Salah satu dari tiga orang di depannya memukul keras pintu kelas.

"Mau lewat? Padahal gue masih ada urusan sama Lo" Ucap salah satu dari mereka lagi.

"Lo Calz kan, cewe yang Deket sama Arion, mantan tunangan gue?" Suara Vannesa membuat Calz mengangkat wajahnya dan menatap nyalang kearah mereka bertiga.

"Lah kok diem? Kalau di tanya tu jawab? Atau jangan - jangan ? Lo bisu? UPS!" Mereka bertiga tertawa kompak setelah berkata demikian.

"Gue ga bisu, tapi apa yang Lo pertanyakan itu, ga penting" Calz melangkah pergi, namun tangannya di cekal oleh Vannesa, dan di banting jatuh ke lantai.

Bruk!

"Sakit ya? Itu doang sakit, lemah banget Lo!" Ucap Vannesa meremehkan Calz.

"Lepasin gue!" Calz mencoba melepaskan tangannya yang di tahan oleh Vannesa.

"Girls! Guyur dia!" Perintah Vannesa kepada dua orang temannya.

Dan yak, air bekas pel an itu mengguyur badan Calz, dari atas hingga bawah. Calz menahan kesalnya. Ia tak ingin terlihat lemah jika ia menangis, walaupun saat ini ia ingin sekali pergi dan menangis. Trauma akan bullying kembali menghantui dirinya.

"Wih rambut Lo tebel ya, bagus lagi, kayaknya bagus nih buat di salon dikit" Vannesa melihat rambut Calz sudah ia rawat dengan susah payah."

"Tolong, Calz di salonin yang cantik ya girls" perintah Vannesa lagi.

Dan rambut milik Calz yang sudah ia rawat dan jaga, di Gunting asal dan di tempelkan permen karet.

"Nah gini kan makin cakep, gue yakin Arion bakal klepek klepek sama Lo yang udah seperti princess" Vannesa tertawa terbahak bahak di ujung kalimatnya.

" Sekarang kayaknya kalau Lo diem di tepi jalan bakal di kasih uang recehan deh, dikira pengemis, UPS!" Sambung Vannesa lagi.

Calz hanya menatap kosong kearah bawah, apa salahnya hingga ia di bully seperti ini.

"Awas kalau Lo sampai ngadu ke Arion!" Ancam Vannesa lalu berlalu bersama genknya.

"Sabar Calz, Lo kuat" ujar Calz meyakinkan dirinya sendiri.

🌻🌻🌻

Setelah mampir ke toilet Calz memilih untuk izin pulang karena penampilannya yang sudah acak acakan.

Ia ingin segera pulang. Dan kali ini ia akan pulang ke apartemen keluarganya.

"Wah, si babu ingat pulang juga ternyata" terdengar suara Widie ketika Calz baru saja sampai di depan pintu apartemen.

"Gue bukan babu Lo ya!" Bantah Calz dan sialnya bukannya malah di biarkan begitu saja, Widie menarik rambut miliknya kebelakang.

Rambutnya yang sudah pendek karena pembullyan waktu itu, di tambah lagi dengan cengkraman tangan Widie yang bukan main membuat Calz mati Matian menahan tangisnya agar tak menangis karena perih.

"Ini balasan buat pembantu ga tau diri kaya Lo!" Widie melepas cengkraman pada rambut Calz, dan mendorong Calz hingga tersungkur dan kepala nya terbentur keras ke lantai.

Calz bangkit dengan pelipisnya yang sedikit berdarah. Ia hanya menatap datar kearah Widie yang tak tau diri.

"Lo sadar? Kalau Lo udah bikin Ahli waris BENEDICTA murka?!" Calz mulai angkat suara, ia tak main main dengan ucapannya.

"GUE ANAK PERTAMA KELUARGA INI DAN GUE AHLI WARIS PERTAMA DISINI! KALAU GA MAU IKUT PERATURAN HIDUP GUE KELUAR DARI RUMAH KELUARGA GUE YANG LU TUMPANGI INI!" Calz berteriak marah, ia menunjuk pintu keluar dan menatap nyalang kearah Widie yang sudah terdiam syok.

"LO KIRA, DENGAN PERLAKUAN TIDAK PANTAS LO TERHADAP GUE BISA BIKIN GUE TAKUT KE LO?!" Calz tersenyum licik di akhir kalimatnya.

"GUE CALLORINE DEVINA BENEDICTA, HATI HATI KALAU BERURUSAN DENGAN GUE, SIFAT BAIK BELUM TENTU GA BISA JAHAT!" Calz maju selangkah membuat Widie yang ketakutan mundur hingga berhenti karena terhalang oleh dinding apartemen itu.

"KOK MUNDUR SIH? GA ASIK BANGET MAINNYA! " Calz tertawa keras melihat muka Widie yang sudah pucat pasi.

Ini bukan diri Calz, ini adalah sisi gelap Calz.

"AYO SINI, MAIN SAMA GUE!"Calz berteriak memanggil Widie yang sudah pasrah sambil menggelengkan kepalanya tanda tak ingin.

"CIH!" Calz mengumpat lalu sedetik kemudian ia pingsan.

🌻🌻🌻

"Gue dimana?" Calz terbangun dari pingsannya dan mendapati dirinya berada di kasur apartemen keluarganya.

"Gue tadi kenapa? Ini kenapa kepala gue di perban?" Calz lupa, iya dia lupa, pengaruh dari dark side nya emang begitu, jika kambuh ia akan lupa apa yang ia lakukan ketika dark side nya datang.

"Kakak tadi kenapa? Kakak ngamuk ngamuk di depan mama" Tanya seorang anak kecil, anak dari Widie, namun tingkah anak itu tak seperti ibunya, anak itu baik sekali. Hatinya seperti malaikat.

"Hah? Kakak ga ingat hehe" Calz mencoba mengingat namun mustahil, kini ia yakin, sisi gelap nya yang mengambil dirinya tadi.

Calz hanya tersenyum kecil, ia di selamatkan oleh sisi buruk dirinya sendiri. Bukan, itu bukan sisi buruk, melainkan dua penjaga nya yang berlainan sifat.

🌻🌻🌻
Plak!

"Kamu hampir membunuh saudara saya!" Amuk Sofie, bunda Calz dan juga Cell.

"T-tapi Bun?" Calz kaget karena tiba tiba saja Sofie datang dan menamparnya.

"AKU TAK PERNAH MENGAJARKAN MU UNTUK MELAKUKAN PERCOBAAN MEMBUNUH ORANG CALLORINE!!" Bentak Sofie, Calz terdiam, ia tak ingat apa-apa soal tentang apa yang dia lakukan terhadap Widie tadi.

"KAMU MELEMPAR WIDIE MENGGUNAKAN PISAU?! SEJAK KAPAN SAYA MENGAJARKAN KAMU SEPERTI ITU?!" Calz terkejut, ia tak pernah berani melempar pisau ke siapapun.

"B-bun Calz ga begitu" Calz mencoba menjelaskan namun sepertinya, tak akan berdampak apa-apa.

"Bunda! Ka Calz ga lempar pisau ke Mama, mama bohong Bunda!" Tiba tiba Adena datang sambil membawa rekaman dari ponselnya.

"Adena punya bukti" Ujar Adena polos dan menyerahkan ponselnya pada Sofie.

Sofie melihat rekaman itu, dan ia sadar bahwa selama ini anaknya di perlakukan tidak pantas disini.

Ia hanya tersenyum kecil lalu menyuruh Calz untuk kembali ke markas The Mosnta agar Calz lebih aman.

Dan Calz hanya bisa menurut dan pergi dari apartemen itu.


CALLORINE [END]-REVISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang