78 Kediaman gravenda

38 8 0
                                    

Perkarangan rumah yang luas menyambut kedatangan sepasang suami istri dan 3 orang remaja. Mereka bertiga duduk dengan wajah berseri-seri di dalam mobil. Seseorang yang kini mengemudikan mobil menurunkan kaca jendelanya.

Berteriak pada satpam, dan pagar dari rumah megah itu terbuka. Pria itu kembali mengemudikan mobilnya dan berhenti tepat di depan pintu utama rumah bertingkat 5 itu.

"Kita sudah sampai den, silahkan turun "ujar supir dari keluarga Grafenda sambil melirik pemuda tampan di sebelahnya.

"Ah iya makasih ya pak" jawab pemuda itu lalu bergegas turun, membantu membawa koper-koper yang sudah diangkat keluar.

"Saya pamit lagi ya den, mau jemput nyonya besar" ujar sopir itu dan di balas anggukan oleh pemuda itu lagi.

"Yok masuk, biar aku liatin kamar aku yang disini"pemuda itu menarik pelan tangan istrinya yang masih bengong di tempat.

"Rumahnya Oma bagus banget ya" ujar istri pemuda itu sambil berjalan mengikuti langkah suaminya.

Sementara para Art sudah membawakan koper duluan atas perintah pemuda tampan itu.

***
"Huh lelah sekali" Calz menghempaskan badannya pada kasur king size milik Avan. Cewe itu kembali duduk dan menarik koper yang berisikan baju-baju mereka.

"Sayang, mandi dulu gih, abis itu istirahat biar lelahnya hilang" ujar Avan lembut. Pemuda itu membelai surai istrinya lembut, pemuda itu tersenyum singkat dan memilih untuk membantu istrinya yang tengah sibuk mencari pakaian di koper mereka.

"Udah biar aku aja, kamu juga pasti capek banget kan" Calz melarang Avan membantunya. Pemuda itu menggeleng cepat. Ia tak tega jika istrinya harus kecapean.

"Udahh kamu mandi dulu aja, masalah itu hal gampang kok, aku bisa bantu" ujar Avan sambil mendorong pelan tubuh Calz untuk segera membersihkan diri. Akhirnya gadis cantik yang berstatus sebagai istri Avanio Grafenda berdecak sebal dan melangkah menuju kamar mandi.

Iya berceloteh sendiri karena kesal dengan suaminya yang tak mau mengalah. Untung saja ia sayang, jika tidak mungkin suaminya akan ia jitak.

"Untung sayang, kalau ga mungkin dah gue gampar" batin Calz mengomel kecil.

Gadis itu menghidupkan shower dan membasahi tubuhnya yang terasa sangat lelah. Untung saja air shower bisa di atur hangatnya. Jadi Calz bisa mandi dengan air hangat yang tentunya akan membuat sensasi rilex untuknya.

Tak lama akhirnya ritual mandi Calz  selesai, cewe itu menarik ganggang pintu dan keluar dari kamar mandi, ia menggeleng-geleng kecil melihat Avan yang ternyata tertidur di kasur dengan muka nya yang terlihat sangat lelah.

Calz membiarkan Avan tertidur, dan memilih untuk berpakaian terlebih dahulu. Setelah itu Calz beranjak membangunkan Avan yang harus mandi.

"Sayang, bangun, mandi gih" Calz mengusap rambut Avan pelan sembari menepuk pipj Avan lembut.

"Nghh, iyaa ini udah bangun kok" Avan yang merasa terusik akhirnya bangun dan beranjak mengambil handuknya. Setelah itu pemuda itu menghilang di telan pintu kamar mandi.

Claz terdiam sejenak, setelah itu ia tersadar dan mulai membereskan isi koper milik mereka kedalam lemari pakaian.

Dengan cepat Calz menyelesaikan tugasnya dan memilih untuk keluar kamar mencari Agil dan si kembar cantik yang entah ada di kamar mana. Sekalian cewe itu berjalan-jalan di rumah itu sebelum beranjak tidur.

Langkahnya terhenti ketika sampai di sebuah ruangan yang sepertinya kamar dari Avin yang terletak di sebelah kamar Avan.

"Ini pasti kamar Avin, hiasan di dalamnya persis banget sama kamar Avan."gumam Calz pelan, cewe itu masuk ke kamar itu sambil menatap sekeliling. Kamar itu tetap sama, namun kini kamar itu akan kosong. Tak ada lagi yang menghuni kamar yang tertata rapi itu.

Brak!

Calz kaget ketika pintu kamar Avin terhempas keras. Saking kagetnya cewe itu sampai berteriak membuat seisi rumah menghampiri dirinya yang memasang wajah polos.

"Kakak kenapa?" Agil bertanya panik, ia berlari dari lantai 3 menuju lantai 5 karena mendengar teriakan Calz.

"Hehe, gapapa kok, tadi pintunya terhempas jadi kakak kaget dan refleks teriak, maaf ya" jawaban Calz membuat Agil menghembuskan nafas lega.

"Kakak ngapain di kamar Ka Avin?" tanya Agil sembari menghampiri Calz yang tersenyum simpul.

"Gapapa, kangen aja sama tingkah Avin. Padahal udah janji sama-sama terus" jawab Calz sedikit sedih. Agil mengangguk, ia juga merasa hal yang sama.

Kamar ini menyimpan kenangan masa kecilnya bersama Avin dan Avan.

"Kamar ini biasanya Agil pake buat ngehindar dari papi, kalau Agil lagi di kamar Ka Avin papi ga berani masuk, soalnya Ka Avin bakal marah besar" jawab Agil lalu tersenyum getir. Memori pahitnya tentang papi nya terputar jelas di ingatan pemuda itu.

"Kakak kan tau kalau papi sering siksa Agil, nah seringnya Ka Avin yang ribut sama papi karena belain Agil yang nangis sambil di kunci di kamar" jawab Agil lalu terkekeh pelan.

"Sekarang cuma tinggal kenangan, rumah ini saksi betapa baiknya Ka Avin pada saudara-saudaranya" sambung Agil lalu tersenyum menatap Calz yang dengan cepat menghapus air matanya yang mengalir.

"Kakak masih mau disini?" tanya Agil memastikan. Calz menggeleng, ia berjalan duluan ke luar kamar, disusul oleh Agil dan juga si kembar yang sedari tadi hanya menunduk menahan sedih.

"Ka Avan mana kak?" Agil yang sadar bahwa kakaknya tak ada disana pun mulai bertanya.

"Lagi mandi, kayaknya sih udah selesai" jawab Calz lalu membuka pintu kamarnya. Benar saja, Avan tengah menyisir rambutnya dan bergegas keluar kamar.

"Tadi kenapa teriak sayang?" tanya Avan meminta jawaban.

"Tadi kaget aja, refleks hehe" Calz menjawab dengan cengengesan.

"Kirain kenapa, aku sampai mandi kilat karena kamu" ujar Avan lalu menggeleng kecil. Istrinya ini sungguh membuat jantungnya tak karuan tadi.

"Lah ada kalian ternyata" Avan melirik adik-adiknya yang ada di belakang tubuh Calz.

"Iya tadi mereka kesini karena denger aku teriak" jawab Calz sedikit malu.

"Iya Ka Calz teriakannya sampai lantai bawah" jawab Agil membuat Calz semakin malu.

"Yaudah kalau gitu,  kalian istirahat gih, pasti capek banget badannya. Kakak juga mau istirahat" Avan mengusir Agil, Alya dan Aliya secara halus. 3 serangkai itu akhirnya memutuskan turun kembali ke kamar masing-masing.

"Parah banget adeknya di usir" ujar Calz lalu berlari masuk kedalam kamar. Di susul Avan yang mengunci pintu kamar.

Mereka merebahkan diri di kasur dan bergegas tidur dan menyambut alam mimpi yang indah.

Disisi lain, Agil menatap langit-langit kamarnya sambil mencoba terpejam. Air matanya mengalir karena sejujurnya sedari tadi ia menahan tangisnya. Pemuda itu sangat merindukan Avin, saudara kembar Avan yang berstatus abangnya.

"Ka, semenjak kakak ga ada hidup Agil jadi hampa banget" ujar Agil berbisik. Agil membuka matanya yang tadi terpejam. Melirik foto keluarga nya yang terpampang jelas di dinding kamarnya.

Ada Deva, Avan, Avin, Dirinya dan juga dua adik kembarnya yang berfoto bersama.

"Kak Deva juga kapan pulangnya" bisik Agil kecil. Agil tak tau tentang apa yang menimpa Deva hingga Deva tak pernah terlihat lagi di rumah mereka.

Berkali-kali ia mencoba mencari keberadaan Deva, tapi nihil ia tak menemukan jejak apapun tentang abang sulungnya itu.

"Ka Deva ga tau pasti soal kabar Ka Avin meninggal" Agil berbisik kecil. Tangannya mengusap air matanya pelan.

Perlahan karena lelah, mata Agil kembali tertutup dan pemuda itu akhirnya tertidur pulas.







CALLORINE [END]-REVISIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang