2

23 10 3
                                    

"Jadi apa kau yakin mau keluar dan hidup bahagia dengan istrimu?" Tanyanya

"Iya tuan, saya sudah yakin akan keluar dari kelompok mafia ini" Ujar Avander.

"Baik, baiklah jika itu mau mu silahkan tanda tangan diatas materai ini dan teteskan sedikit darahmu" Ucapnya sambil menyorongkan kertas dan silet.

"Baik tuan"

Selesai menandatangani surat pengunduran diri, Avander langsung menyilet jarinya dan menyerahkan kertasnya kepada atasannya.

"Well.. kau resmi telah keluar dari kelompok. Semoga kau dan keluargamu hidup bahagia dan masih utuh"

"Apa maksud tuan?!" Tanya Avander

"Aku tidak ada waktu, aku harus pergi jadi silahkan keluar" Ucapnya dengan tersenyum.

"Tunggu! Tuan! Apa maksud ucapan tadi?!"

"Maaf kak, Kakak sudah keluar dari sini jadi jangan buang-buang waktu silahkan keluar atau perlu saya antar?" Tanya seseorang

"Ck! tidak perlu. Kau bawahanku kenapa sok belaga seperti sudah atasanku" Ucap Avander.

"Lihat" menunjukan kerah bajunya yang ditempelkan pangkat bintang 5 "Sekarang aku bukan lagi bawahanmu lagi pula kau sudah tidak bekerja disini lagi jadi pergilah"

"Lagi pula kau suka lalai dalam pekerjaan mu aku harap kau masih bisa pertahankan bintang 5 itu" Ucapnya sedikit menyindir.

"Silahkan keluar!" Bentak orang tadi.

Avander membalikan badannya untuk keluar dari dalam ruangan dan menuju pintu utama. Tapi sesaat dia mau membuka pintu utama seseorang dari lawan arahnya telah membuka pintu itu duluan.

Avander kaget ketika melihat seluruh badan orang tersebut penuh dengan lumuran darah serta pisau yang masih berbecak darah. Ia bertanya kepada dirinya sendiri.

"Bukan kah ketika ada orang yang keluar dari kelompok semua harus ada. Tapi kenapa orang ini malah keluar dan membunuh seseorang" Seperti itu pertanyaannya kepada dirinya sendiri.

Mereka sempat bertatap mata dan melihat orang itu tersenyum tipis membuat pikiran dan detak jantung Avander tidak karuan serta ucapan yang di katakan oleh Tuan tadi membuat pikirannya beralih ke keluarganya.

Tanpa basa-basi Avander langsung membuka pintu utama dan pergi dengan mobilnya dengan kecepatan penuh. Di perjalanan tangannya tidak berhenti bergetar dan berkeringat ia terlalu panik akan keluarganya yang dibunuh oleh orang tadi.

Sesampainya didepan rumah Avander tidak memarkirkan mobilnya di garasi ia langsung turun dan berlari menuju pintu rumahnya. Namun Alangkah terkejutnya Avander ketika mau memegang gagang pintu ternyata sudah tidak ada alias sudah di rusak.

Avander yang semakin panik langsung membuka dan melihat sesosok tangan terletak di lantai dengan banyak berlumuran darah.

Avander yang semakin panik langsung membuka dan melihat sesosok tangan terletak di lantai dengan banyak berlumuran darah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bruk

Avander terjatuh dengan posisi duduk "W" ia mengepal erat tangannya hingga menonjolkan urat nadinya.

Di kepalanya saat ini hanya terpikir kan ke istrinya sampai pikirannya terhambur oleng teriakan yang memanggil namanya dengan sebutan Papa.

"PAPA!"

Suara itu adalah suara Freya dan Felix. Avander langsung sigap berdiri dan berlari mencari arah suara itu membuka sana sini semua ruangan dirumahnya tapi tidak menemukan mereka dan mengingat tersisa satu ruangan yang ia belum buka. Ruang bawah tanah.

Avander bergegas menuruni anak tangga yang menuju ruang bawah tanah. ia membuka pintu dan menemukan Felix dan Freya sedang menangis di pojok dinding dengan muka ketakutan.

"FELIX, FREYA!"

Avander langsung memeluk anaknya dan menenangkannya. Ia tau ini akan menjadi trauma terbesarnya karena melihat kejadian yang harusnya mereka tidak lihat diumur semuda ini.

"Kalian baik-baik saja kan?" tanyanya sambil mengecek wajah anaknya.

"Sudah jangan menangis papa akan ada selalu untuk kalian. Ikhlaskan mama kalian supaya tenang"

Ia kembali memeluk anaknya agar tenang padahal batin dan pikirannya sendiri tidak tenang.

"Papa akan membalasnya.. kalian tenang saja" Ucapnya dalam batin.



























"Kerja bagus, aku hargai kerja mu karena berani membunuh di depan anak kecil. Ambil lah, upah ini setara dengan kerjaan mu yang keren" Ucap seseorang dengan posisi membelakangi.

"Terima kasih banyak tuanku. Jika kau membutuhkan jasa kerjaku aku akan membantumu dengan senang hati" Balas seseorang yang mengenai jaket hitam.

The mafia's revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang