2 hari setelah pemakaman, Avander suka mengurung diri di ruang kerjanya. Entah apa yang dilakukan dia sering memukul meja dengan keras sampai semua barang diatas meja terlempar ke atas dan jatuh ke lantai.
"Pa" Panggil Freya di depan pintu
Tidak terbuka sedikit pun mulut papanya, hanya saja dia menoleh tanda ia merespon panggilan itu.
"Freya Lapar" ucapnya dengan takut
Lagi-lagi tidak ada respon. Freya yang merasa takut langsung menutup pintu perlahan dan pergi karena ia pikir papanya tidak mau memberinya makanan. Ia berjalan di lorong rumahnya dan ingin menuju ke kamar
"Papa.. papa berubah" ucapnya dalam batin
Ceklek
Freya membuka pintu kamarnya, ia lalu mendudukan dirinya di pinggir kasur sambil mengayunkan kakinya.
"Ma, papa sedih tidak ada mama disini. Papa berubah, kami sering tidak makan karena papa mengurung diri di ruang kerjanya. Aku rindu mama yang selalu masakin kita makanan setiap hari dan makan bersama"
Satu tetesan air mata jatuh di pipi Freya, kini ia hanya bisa menangis karena perubahan papanya. Felix sebagai kakak juga tidak tau harus berbuat apa karena akhir-akhir ini ia sering jatuh sakit karena papanya jarang memberi meraka makan.
"BAJINGAN!"
PRANGG!!
Satu buku terlempar mengenai bolam lampu, Avander melakukan aksinya lagi.
Ting..
Di tengah kemarahan Avander mendapat pesan dari seorang yang tak ia kenal, Avander langsung membuka pesan itu dan membacanya. Betapa kagetnya ia membaca isi pesan tersebut.
"Gimana? jadi gila ya sekarang karena sudah kehilangan istri satu-satunya HAHAHAHA" isi dari pesan itu.
Avander lalu membalas pesan tersebut
"Bajingan! siapa kau berani sekali mengatai ku gila" balas Avander
086272****** Typing...
"Kau lupa dengan ku? padahal 4 hari yang lalu jelas-jelas kita bertemu di depan pintu"
"SIALAN JADI KAU YANG MEMBUNUH ISTRIKU AKAN KU BALAS"
"PFFFTT HAHAHAHA. Sok sekali kamu dasar tua bangka"
"Istri sudah mati saja kau masih berlaga sok seperti superhero haha"
"Akan ku habisi jika aku bertemu denganmu"
"Tidak usah repot-repot aku akan mengunjungi rumah mu besok, jadi siapkan beberapa makanan untukku"
"Aku juga ingin menemui anakmu, mereka sangat lucu untuk dibunuh bukan? hehe"
"BAJINGAN JANGAN PERNAH SENTUH ANAKKU"
"Ya ya ya oke, aku akan menyentuh ayahnya saja"
"Sampai bertemu besok, jaga anakmu jangan sampai aku menemukannya, see you"
Pesan berakhir. Avander kini makin pusing memikirkan apa yang di mau dari pembunuh itu.
"Jika ia ingin aku kenapa tidak langsung membunuhku saat bertemu hari itu. Apa yang ia ingikan. UUGHHH!"
Ceklek
"Kak?"
Freya memasuki kamar Felix tapi ia tidak melihat Felix di atas kasurnya.
"Kak, kakak dimana? adek tadi habis keluar beli obat buat kakak. A-adek ambil uang papa diam-diam buat beli obat"
"F-fre..ya"
Suara samar dan serak tiba-tiba saja muncul dari dalam kamar mandi. Freya bergegas menuju kamar mandi karena itu sudah pasti suara kakak nya.
Freya membuka pintu kamar mandi dan menemukan Felix tergeletak di lantai dengan ceceran darah yang keluar dari hidung nya.
"KAK!"
Saking kagetnya Freya melempar sembarang obat yang ia beli tadi dan membawa kakaknya keluar dari kamar mandi. Sambil menangis ia teriak memanggil papanya tapi tidak ada satupun suara jejak kaki yang lari menuju ke arah kamar.
Tanpa berpikir panjang Freya meninggalkan kakaknya sendirian di kamar dan berlari menuju ruang kerja papanya namun saat ia membuka pintu tidak ada seseorang yang duduk di sana. Lampu ruangan itu juga gelap menandakan Avander sedang pergi.
"PAPA! PAPA KEMANA? KAKAK BERDARAH! PAPAAAAA!"
Di tengah kepanikan Freya, bell rumah tiba-tiba berbunyi tanpa henti.
"BERISIK! IYAA SABARR!" teriak Freya
TING TUNG TING TUNG TING TUNG TING TUNG TING
"Gak sabaran banget jadi o-"
Sesaat Freya membuka pintu orang itu langsung mendorong Freya sampai kepala dan badannya terbentur ke dinding.
"aa.. sa-kit" rintih Freya
"Dimana anak itu?!" Tanya orang tadi dengan nada nyaring
"Sia-pa? aakh"
"KAKAK TIRI MU!" Bentaknya
"Kakak tiri?" Tanya Freya
"Felix itu kakak tirimu dan mama mu adalah istriku tapi ayahmu sudah menghancurkan keluarga kami. Sekarang kasih tau dimana saudara sialanmu itu" menekan pipi Freya dengan keras
"AAKKH! SA-KIT"
Freya mencoba melepaskan tangan orang tersebut dari pipinya tetapi tidak bisa karena darah di kepalanya keluar terus menerus akibat benturan tadi menyebabkan tenaganya berkurang.
"Katakan saja anak sialan!" tambah menekan keras pipi Freya
"D-di lorong ujung" menunjuk ke arah lorong
"Dari tadi kek" melepaskan tangannya dari muka Freya "Anak pintar" mengelus rambut Freya "tunggu sini ya gadis manis, paman akan membunuh kakak mu lalu membunuhmu" ucapnya dengan tersenyum lebar
BRAK!
Suara benturan dari kepala Freya bergema memenuhi sepanjang lorong. Kepala Freya di benturkan oleh orang tersebut agar pingsan dan tidak lari.
"Jangan bangun dulu sebelum aku selesai membunuh anak dari darah daging ku sendiri" ucapnya sambil tersenyum
"Ah tidak tidak menjijikan sekali menyebutnya anak dari darah daging ku"
Ia berdiri meninggalkan Freya dan jalan menuju lorong ujung.
"Ini adalah peristiwa yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal yang sesungguhnya anakku, Felix"
KAMU SEDANG MEMBACA
The mafia's revenge
Mystery / Thriller𝙺𝚎𝚝𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚞 𝚝𝚎𝚖𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚒𝚊, 𝚍𝚒 𝚜𝚒𝚝𝚞 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚑𝚊𝚢𝚊𝚝𝚔𝚞.