00 Bad Morning

44 10 4
                                    


Heyo!
Welcome to my work and Enjoy!
Jangan lupa follow, vote and comment ~

Happy Reading!

.
.
.

'caca! gedung B .. kelas A-1 c-cepet hikd orang itu d-dateng ca..'

'caca.. tolong plis s-sakit..'

'...Dia seorang pembunuh?! Menjijikan!'

'Kembalikan.. nyawa putriku h-hiks'

'kamu pembunuh! pembunuh! pembunuh! pembunuh!'

'Kau MONSTER BISU!'

'A-akhh CACA!'

...

07.10 am

"Amora!"

Pekiknya terbangun dengan cucuran keringat memenuhi tiap jengkal tubuhnya, nafas tersengal bak tertahan ditenggorokan. Rambutnya bahkan seperti rumput kering dimusim panas, baiklah lupakan penampilannya. lagi dan lagi, ia mimpi buruk.

Mimpi yang sama seperti 4 tahun silam.

Tangannya masih gemetar kedinginan, kilas balik sebuah peristiwa yg mengerikan masih terputar dalam ingatannya. ia takut, sangat takut.. percuma saja membendung air mata yang selama ini ia sembunyikan. isakan demi isakan kembali membawanya pada penyesalan seumur hidup karena kematian sahabatnya, amora.

Asha masih terdiam kaku sembari menekuk lutut, menyembunyikan kepalanya diantara lipatan tangan, pikirannya mengawang hingga tak menyadari kehadiran seseorang yang 5 menit lalu mengetuk pintu kamarnya seperti kerasukan setan.

"Yak! Apa telingamu tuli?! Jariku rasanya membengkak karna mengetuk pintu sialan itu." gerutu wanita dengan piyama yang masih melekat ditubuh rampingnya seraya membuka tirai jendela si pemilik kamar, panggil saja Renata. satu-satunya keluarga yang dimiliki Asha sekarang, kakak kandungnya.

Tak ada respon apapun dari gadis yang lebih muda, membuat Renata mengernyit keheranan.

mungkinkah seseorang dirasuki roh halus dipagi hari? pikirnya konyol.

Tak ingin berasumsi yang tidak-tidak, Renata memilih untuk mendekati adiknya yang masih saja terdiam seakan enggan untuk beranjak dari ranjang empuknya.

"Hei. are you okay dear? mimpi buruk lagi um?" sapanya lembut, sangat berbeda dengan umpatannya 3 menit yang lalu.

Alih-alih menjawab, Asha justru kembali terisak pilu. Kini bukan hanya tangannya yang gemetar, tapi juga sekujur badannya. Renata merasa seperti dejavu, ia paham dengan kondisi adiknya saat ini.. sudah 4 tahun berlalu, tapi duka dan trauma yang dialami Asha masih sangat kental melekat di memori otaknya. sampai kapan Renata harus melihat adiknya seperti mayat hidup? sampai kapan Renata harus melihat adiknya menanggung beban penyesalan atas kesalahan yang tidak ia perbuat? dan sialnya Renata selalu menjadi manusia tak berguna setiap kali Asha terbangun dari mimpi buruknya.

Yang bisa renata berikan hanyalah pelukan hangat untuk menenangkan hati sang adik.

"udah.. gapapa sayang, semuanya bakal baik-baik saja. seiring berjalannya waktu, mimpi buruk itu pasti pergi. ck padahal ini kamar udah kakak jampi-jampi loh." bujuknya lembut sambil mengusap pucuk kepala Asha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRIANGELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang