Sisi lain Abang 1

14 1 1
                                    

Kami sampai di depan kosan Abang. Mungkin tepatnya bukan kosan tapi kontrakan dengan cat putih kusam yang ditumbuhi lumut - lumut kecil di bagian depannya. Di teras, berisi sangkar - sangkar berisi burung - burung kecil yang ditaruh di lantai. Cukup besar.

"Abang ngontrak ya?" Tanyaku sambil membuka pintu mobil milik teman Abang.

"Iya dek, Abang ngontrak bareng temen - temen disini." Abang ikut keluar dan membuka kacamata hitamnya. Ganteng bangett.

Suasanya cukup sepi. Hanya ada aku dan Abang - gatau sih kalo ada orang di kontrakan Abang.

"Eh Mas Dowoon dan pulang?"

Yap. Ada orang di kontrakan abang

"Mas Dowoon bawa siapa itu? Kok kaya abis gelutt." Laki - laki yang perkiraanku lebih tua dari Abang,  keluar dari pintu kontrakan yang kusam. Tingginya se telinga Abang posturnya kurang lebih kaya Abang - tegap dan gagah. Malah lebih gagah dari Abang. Tapi soal ganteng?

Abang juaranya aw aw

"Kenalin kang, ini Marko temen Abang." Jawab Abang singkat padat dan terlalu jelas.

"Marko? Kok kaya nama cowok?" Tanya akang - akang itu sambil berkacak pinggang.

"Iya kang soalnya ibu dulu pengen anak cowo tapi yang keluar cewe hehehe.. btw.. akang sodaranya bang dowoon?

"Sodara?? E-eh engga atu non. Saya mah--"

"Sodara lah."Abang memotong pembicaraan akang - akang itu. "Ini nih yang punya mobil tadii yang Abang ceritain dekk."

"Oalaaah kang Asepp. Yang kaya rayaa." Aku mengulurkan tangan.

Kang Asep tersenyum canggung lalu menjabat tanganku. "Dibilang kaya juga engga non.. kan saya usaha." Ujar Kang Asep.

"Berarti tajir kan.." Ujarku. Abang menepok jidat.

Kang Asep lalu memintaku masuk bersama Abang.

"Mau Akang bikinin apa nih kalian berdua??? Es susu? Susu anget? Susu telor madu jahe?? Atau puding susu??" Kang Asep sudah siap dengan serbet di pundaknya. Ini orang kaya satu aneh juga.

"Elah kangg. Napa susu semua siih?" Bang dowoon protes. Abang lalu melepas jas nya dan mengenakan kaus putih yang sedari tadi ia pakai sebagai salah satu lapisan bajunya.

"Ya kan Mas sukanya susu. Pagi siang sore malem minum susu biar kuatt. Yaudah Akang bikinin semua ya kalian pada ngobrol - ngobrol ajaaa ." Sambil sesekali bersenandung, Kang Asep melenggang ke dapur.

"Kang Asep lucu ya.. baik lagi." Gumamku sambil tertawa kecil.

Abang mendengus kesal. "Ih abang juga lucu. Lebih baik malah." 

Aku menoleh kearah Abang. Muka Abang yang putih itu manyun.

"Apa sih Abang kaya anak kecil." Ujarku.

"Kalo gitu.. kalo gitu Marko kaya gulali." Ucap Abang.

"Hm? Kenapa gulali? Pasti adek manis kaannn?" Tebakku sembarangan.

"Engga tuh, soalnya anak kecil kan, pada suka gulali."

Aku nge-freeze.

"Dah dah sana ganti baju. Kamar Abang yang itu yang apatu yang ada gantungan stik drumnya. Nanti pilih.. pilih baju yang di lemari hitam kanan kaos isinya itu pokoknya.. Abang mau gantung burung empritnya Kang Asep." Ujar Abang berjalan keluar sambil menggaruk - garuk kepala.

Aku bingung ngeliat tingkah laku Abang. Gemes banget. "Eh bangg, tapi kan baju aku ga kotor."

"Ga kotor darimana, itu isinya bedak Merry semua."

Wkwkwk betul juga.

Abang terus jalan ke luar.

"Bang, terus celana adek gimana? Pake yang mana?" Tanyaku.

"NGUAWURR KAMU DEK. Ya pake celana dalem sendiri lahh masa punya Abang." Abang panik sambil menutupi setengah wajahnya yang udah mirip kepiting rebus.

"Celana panjang wehh!! Celana panjangg. Ini dress bangg. Masa Abang minjemin baju doang gapake celana?!?!" Aku nyerocos gemes.

"Eh-- gapake celana?" Abang bengong.

"ABAAAAAAANGGG! JANGAN MIKIR ANEH ANEH!!!" Aku menendang Abang.

"ENGGAK WEH Abang mikir mau minjemin Adek celana yang mana!! Itu itu di lemari item paling bawah ada celana panjang Abang yang udah lama barangkali muat di adekk. Dah dah dahh Abang mau gantung burung empritnya Kang Asep duluuu."

Abang bergegas keluar. Aku terkekeh lalu masuk kedalam kamar yang depannya menggantung replikas stik drum. Kamar Abang nuansanya laki banget. Hampir gaada warna pink.

Tapi boong. Wkwkwk. Seprei Abang warnanya pink motif berbi.

"Gemoy.." gumamku.

Aku kembali menebar pandangan kepenjuru kamar. Dindingnya dipenuhi poster band favoritnya. Tidak sedikit pula poster - poster drum modifikasi.

Baru tau kalo Abang suka musik

Aku bergegas mengambil baju dan celana sesuai arahan Abang lalu kususun kembali dengan rapi.

Aku menebar pandangan sekali lagi untuk memastikan pintu dan jendela tertutup dan terkunci.

Beres.
.
.
.
"Oh, udah dek?" Tanya Abang.

"Udah tapi kebesaran nih bang."

"Gapapa gomoy.."

"Gomoy?" Tanyaku.

"Iya Adek sering bilang gomoy gomoy gitu kalo ada yang ngegemesin."

Aku loading sebentar.

"Oalaah.. gemoyy.. hahaha" Yaampun Abang lucu bangett.

Abang tersipu malu. "Diminum sama dimakan dek, ini udah dibikinin kang Asep." Abang menyodorkan ku segelas es susu.

Di meja tersedia beragam olahan susu bikinan Kang Asep. Mantap pisaan.

"Jadi.. Abang suka nge drum?"

[Bersambung]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bang DowoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang