# PROLOG #

142 9 0
                                    

Hari ini awan mendung kembali menyelimuti langit siang di dekat asrama mereka. Tak ada satupun yang berhenti menatap ponsel masing-masing hingga keadaan sangat amat sunyi sekarang.

Yeri dan Lisa berdiri dari duduk mereka kemudian berjalan menuju jendela depan yang berdekatan dengan pintu darurat/ belakang. 

Lisa membungkukkan tubuhnya, "Auk lah njir padahal gue ada kerkom ni hari" kesalnya.

Yeri juga sama. Hari itu mereka memang di landa banyak pekerjaan untuk besok. Sungguh membuat punggung mereka nyeri hingga 2 hari terakhir ini.

CTEK

Lampu seluruh ruangan di asrama tersebut seketika padam tanpa kejelasan. Sebagai yang tertua, Irene terpaksa pergi keluar asrama untuk memeriksa saklar lampu yang turun. Tentu saja di belakang ada Wendy dan Seulgi yang menyemangatinya.

Ia hanya tersenyum kecut, ia tak suka dengan keadaan seperti ini.

Sementara Yeri dan juga Lisa hanya diam di tempat, masih di sebelah jendela itu.

"Lari gak? lari gak? ya lari lah! babay yer!" teriak Lisa berlari meninggalkan Yeri yang masih diam tidak menyadari apapun. Sepertinya kesadarannya mulai berkurang.

Lisa berhenti sejenak setelah berlari mengontrol napasnya yang tergesa-gesa. Membalikkan tubuhnya ke arah belakang untuk melihat apakah Yeri ikut di belakangnya. 

"lah itu tuyul mana jing?! kok ga ngikut?" gumamnya heran.

Sementara di sisi lain Irene masih sibuk berkomat-kamit memohon doa nya terkabul agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Untung saja dia sampai di luar dengan selamat tanpa gangguan makhluk tak kasat mata disana.

Namun rumah-rumah yang berada tepat di depan asrama mereka sama sekali tidak mengalami mati lampu. 

Tampaknya ia tak peduli dan memilih mengatur saklar itu.

BOOM!

"WOY ANJIR MAK KEBAKARAN! WOY KEBAKARAN!"

WINTER CLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang