# 02 #

70 11 2
                                    

Kini jam menunjukkan pukul 14.24. Seulgi, Yeri dan Joy sedang berdiskusi mengenai hilangnya Lisa dan Wendy. Seraya menyeruput teh nya, Yeri mengusulkan agar masalah ini di diskusikan bersama yang lain.

Mereka berdua mengagguk setuju dengan usulan Yeri.

"Udah mau sore nih, kalian gaada niatan mandi gitu? Bau banget" Sahut Jennie dari balik pintu.

"Males, lagian gue juga masih mikirin tu bocah dua ngilang" Jawab Seulgi.

Tak ada lagi percakapan antara mereka berempat, hanyalah suara lalat yang mengelilingi Seulgi karena tidak ingin mandi. Merasa terganggu, akhirnya ia segera masuk kedalam asrama meninggalkan mereka bertiga dengan kesunyian.

"Udah yuk, masuk"

"Yok'

--

Matahari perlahan-lahan terbenam menandakan hari sudah mulai gelap. Namun tidak ada satupun yang menanyakan keberadaan Lisa dan Wendy. Mereka semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

BRUGH!

Suara pukulan yang berasal dari kamar lantai dua seketika membuat orang-orang panik. Segeralah mereka mengecek apa yang terjadi diatas sana.

"ANJIR ROSE!" Teriak Jisoo.

Yang lain hanya terdiam melihat keadaan Rose tergeletak bersimbah darah dibagian leher dan perutnya. Kedua matanya pun tertusuk benda tajam yang semakin membuat keadaannya mengenaskan.

"INI GIMANA BISA KEK GINI ANJ? MATI INI?"

Pertanyaan Joy membuat suasana menjadi semakin buruk. Irene langsung menampar pipinya hingga merah. "Sakit mak"

"Pertanyaan lo ngadi-nga" Ucapan Irene tiba-tiba berhenti dan tubuhnya seakan-akan mematung.

"Ren?! Lu kenapa?"

Belum sedikitpun dijawab, mereka semua terkecuali Jisoo, mematung. Jisoo yang melihat mereka semua mematung mulai kebingungan. Cahaya merah mulai menyinari seisi asrama menyilaukan pandangan Jisoo sehingga ia harus menutup matanya.

"Hai"

Ucapan itu membuatnya berhenti sejenak, ia sama sekali tidak takut dan tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Namun, suara tersebut membuatnya merinding seketika kemudian pingsan sesaat setelah ia mencium bau zat-zat kimia yang entah darimana asalnya.

Terbangun di sebuah ruangan putih tanpa akhir, ia menutup matanya beberapa kali karena sinar itu masih mengikutinya.

"Ini apaan sih? Kok ngikutin? Sasaeng?" Tanya Jisoo pada dirinya sendiri.

Cahaya merah itu seketika hilang seakan-akan ditelan bumi. Cuplikan seperti video kejadian 2 jam yang lalu mulai dimainkan dihadapan Jisoo.

Karena jiwa-jiwanya masih belum terkumpul selepas pingsan, penglihatannya saat pertama cuplikan itu samar-samar namun bisa dimengerti.

JLEB! BRUGH!

Suara tusukan pisau dan pukulan terdengar jelas di telinganya. Matanya langsung melebar, pandangannya kembali jernih. Ia mulai memperhatikan cuplikan tersebut dengan sangat teliti. Setelah ia selidiki, ternyata orang yang dibunuh adalah temannya sendiri, yang tak lain dan tak bukan adalah Rose.

"TERNYATA LO YA!! GAAKAN GUA MAAFIN SAMPAI KAPANPUN!"

Saat setelah ia berteriak, cuplikan itu langsung menghilang dan membangunkannya.

Ia bangun terengah-engah. Melihat sekitarnya, lalu menemukan kompas/jam yang pernah ia temukan lalu memasukkannya kedalam saku celananya. Kemudian segera ia menaiki tangga menuju lantai 2 menemui teman-temannya yang masih mematung.

Namun, ia justru kebingungan setelah melihat temannya sedang menangis histeris disebelah mayat Rose yang masih tergeletak dilantai.

"Loh ? bukannya kalian masih matung?" Tanya Jisoo kebingungan.

"Matung gimana? Malahan elu yang matung disana!" Jawab Seulgi dengan matanya yang sembab.

Jisoo masih kebingungan dengan jawaban Seulgi. Namun, disisi lain ia harus memberitahu apa yang sudah ia lihat saat pingsan/mematung saat itu.

"Gue-"

"Udahlah meding lu diem aja, kita bakal urus si Rose"

Jisoo semakin kebingungan, mengapa sifat teman-temannya berubah begitu cepat?


WINTER CLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang