# 03 #

61 8 5
                                    

Ia masih terdiam, terdiam di kamarnya yang terletak dilantai dua. Kejadian yang baru saja ia saksikan tepat di depan matanya. Lelah dengan pikirannya, ia pun langsung tertidur dengan posisi terlentang.

"Jis, bangun.." Suara seseorang terdengar samar ditelinganya.

Suara itu berulang-ulang terdengar ditelinga Jisoo. Dengan sekuat tenaga, ia mengubah posisinya menjadi terduduk di pinggiran kasurnya. Namun, suara yang ia dengar mulai perlahan menghilang entah kemana.

Ia melirik sekitarnya, tak ada siapapun disana selain dia dan kasurnya. Ternyata ia kembali ke ruangan putih tadi. 

"Jis.." Suara itu semakin terdengar jelas di telinganya.

Seorang perempuan tiba-tiba muncul dihadapannya dengan kondisi yang sama persis dengan Rose saat itu. Tubuhnya seketika merinding melihat wajahnya yang bersimbah darah, kepalanya yang patah, dan juga perutnya yang bercucuran darah menetes ke lantai.

"Gue cuman pengen lu jangan ngasih tau siapa pelakunya, gue gamau dia di penjara. Dan gue juga gamau lu jadi korban selanjutnya, Jis." Ucapnya dengan suara lirih.

Jisoo tampak marah, ia justru ingin masalah ini cepat selesai dan tidak ada lagi korban selanjutnya, termasuk dirinya sendiri.

Saat ingin memberitahu yang sebenarnya, arwah itu menghilang tanpa jejak.

--

BUGH!

Suara pukulan itu terdengar ditelinganya. "Itu apa? ayam?" Tanya nya.

"BURUNG!"  Teriak wendy.

Ia mengangguk, tak ada lagi yang bisa dimakan selain hewan-hewan liar. Di hutan ini Lisa dan Wendy tersesat. Mereka sama sekali tidak mengingat jalan untuk kembali ke asrama.

"Kita udah seharian disini, apa gamau cari jalan buat pulang?" Tanya Lisa.

Wendy hanya menggelengkan kepalanya, dia sama sekali tidak ingin kembali ke asrama karena kejadian saat itu. Tetapi ia kembali meresepon dengan anggukan, mengiyakan permintaan Lisa.

"Besok aja, sekarang udah malam" Lanjutnya.

Lisa mengangguk dan menyandarkan tubuhnya di pohon besar dekat dengan api unggun dan juga Wendy. Sedangkan Wendy masih sibuk dengan burung liar untuk mereka makan saat perjalanan di mulai.

--

SRAK, SRAK, SRAK, SRAK

"Minggir dikit anjir" 

"Ga, gue udah mentok!"

Terjadi kegaduhan dikamar ketiga dilantai dua. Yeri dan Seulgi sibuk beradu mulut perihal kasur yang mereka tempati terlalu kecil untuk mereka berdua.

Mereka berencana untuk bertukar kamar agar penghuni asrama yang baru mendapatkan kamar yang layak untuk ditempati. Kamar pertama dilantai pertama ada Joy dan Irene, kamar ketiga dilantai kedua ada Yeri dan Seulgi, Kamar kelima dilantai kedua ada Jisoo dan Jennie.

Tentu saja Jennie tidak suka jika tempat tidurnya sempit, terpaksa mereka meminta Irene untuk mengganti kasur mereka dengan kasur yang berada di kamar keempat dilantai dua.

"Jen, kok waktu itu gue malah dijauhin?" Tanya Jisoo yang sedang menatap plafon.

Dengkuran terdengar, menandakan Jennie sudah tertidur saat ia bertanya. Jisoo hanya mendengus kemudian tidur.

"Gue bilang minggir ya minggir bocil!" Tegasnya.

Kegaduhan masih terdengar dari kamar Yeri dan Seulgi yang masih merebut kasur.

--

Kini sudah semakin malam tetapi Lisa masih tidak bisa tertidur pulas. Otaknya seakan-akan memintanya untuk berlari kembali menuju asrama sebelum pagi tiba. Namun, ia sangat lapar sekarang, sedangkan makanan berada di tengah-tengah mereka.

Tak memerdulikan Wendy yang akan kelaparan, ia langsung menyantap makanan dengan sangat cepat. Tak ada sisa selain tulang belulang burung tersebut.

Ia langsung berlari kesembarang arah. 

"Gue harus balik! perasaan gue beneran ga enak" Batinnya.

Sampailah dia di depan rumah tua yang sudah berlumut tak terurus. Karena kelelahan, Lisa langsung masuk kedalam rumah itu dan duduk di dekat meja besar.

Tetapi, karena malam sebentar lagi selesai, ia mengeluarkan semua tenaga nya untuk berlari dan berusaha keluar dari hutan sendirian.

"Akhirnya, untung gue balik cepet" Ucapnya.

Seperempat langkah, seperdua langkah, ia mendengar pukulan keras dari arah gudang kayu kecil yang berada di sebelah asrama.

"Lo.. yang bunuh Rose kan?" Tanya seseorang di balik tembok asrama.

Lisa mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Namun, disisi lain dia juga penasaran dengan percakapan itu.

"Gila lo? emang ada bukti?" Jawab sang lawan bicara.

KREK

Suara patahan ranting terdengar sampai ke telinga mereka. Lisa, ia mulai berlari menjauh dari gudang berharap mereka tidak melihat kehadirannya.

"kayaknya ada yang denger"

--

Angin pagi mulai melewati tubuhnya, ia terbangun dengan wajah pucat karena belum makan dari kemarin.

"Lis? lo udah makan?" Tanya nya.

Tidak ada sahutan. Ia berdiri mencoba berjalan mencari keberdaan temannya.

Tidak ada tanda-tanda dari keberadaan temannya, "Lo dimana sih?" Gumamnya

Karena tak ingin menghabiskan waktunya, dia memilih kembali ke tempat semula untuk mengambil makanan.

"Lah anjir kok hilang!?"

Dengan kondisi badan yang lemas dan wajah pucat, ia tidak mampu untuk mencari sumber makanan sampai temannya datang.

"Pasti lisa lagi kesasar nih" Gumamnya.

Dia tak tau bahwa temannya sudah keluar dari hutan tersebut sebelum ia terbangun.

WINTER CLOCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang