"Kamu itu nyata namun seperti fatamorgana. Sudahlah, mungkin aku hanya sedang merindu" _ Zakiyatun Nisa
🔏
"Apa yang bisa dilakukan untuk memadamkan rindu, bila yang dituju kini tak bisa lagi bertemu sebab sudah berada di alam yang baru?" _ Kalinda Julyanti
🔏
"Aku yakin, semesta bersekongkol dengan waktu, terbahak seolah aku mencipta kelakar. Pun semesta kali ini tak ingin bermurah hati, ia masih menggantungkan rinduku yang tak terbalas." _ Hanaitsy
🔏
"Rindu itu aneh, bila sudah terbayar bukannya hilang malah menjadi-jadi." _ Mila Amelia
🔏
"Aku tidak rindu kepadamu, karena aku masih bersamamu. Hanya saja aku rindu sikapmu terhadapku yang seperti dulu." _ Virna Yulia
🔏
" Tak bisa di harapkan lagi jika memang dia berhak untuk ku rindukan maka aku bisa memasang lampion untuk megantarkan perkataanku untukmu." _ Berliana
🔏
"Merindukan orang yang telah jauh dan berada di antara bintang-bintang di langit adalah hal yang sangat sesat di hati." _ Rezki Alfianti
🔏
"Bila ku tatap langit malam, terdapat setitik rindu yang membelenggu. Menyayat hati hingga relung, memberi segores sayatan yang menyakitkan." _ Ardan Randian Ramadhan
🔏
"Ketika rindu datang tanpa bisa dicegah, kita hanya bisa berharap agar cepat berjumpa." _ Ridha
🔏
"Bermodalkan ego yang sangat besar dan gengsi yang sangat tinggi, kamu hempaskan rasa rindu itu. Kau menutup hati seolah tak peduli! Padahal hati mu ingin mengatakan bahwa kau sangat merindukan dirinya!"_ Calletha Aurora
🔏
"Rindu tebesar itu adalah ketika kita tidak pernah menangkap wajahnya dengan netra, namun hati begitu setia menunggu hari pertemuan itu tiba, kita sudah lebih dulu di rindukan olehnya, dan saat ini kita lah yang sedang menahan kerinduan itu, namun tersadar akan suatu hal, jika rindunya sangat amat begitu besar dibandingkan kerinduan kita, dia adalah seseorang yang menangisi kita 1500 tahun lalu karena takut akan kondisi kita kelak di akhir zaman." _ Hany Anisyah
KAMU SEDANG MEMBACA
Pena Waktu
Non-FictionTerlalu banyak angan sampai diksi pun jadi pelampiasan. Inilah mahakarya kita tentang suka dan duka. Tentang tawa yang dipecundangi semesta. Tentang lara tiada guna. Bersama sangkala waktu yang menolak kerjasama, hingga pena menjadi pelipur lara.