".... Silakan, Pak Michael."
Ucapan sopan terlontar dari pria 30 tahunanㅡketua pencarian lahan tambang dari PT. Sentosa Buana. Ia baru saja menyelesaikan presentasi di depan para anggota rapat.
"Ya, terima kasih," sahut Michael berwibawa. Diam sebentar sambil berpikir-pikir tanpa gegabah.
"Kalau tempatnya terlalu ekstrem seperti itu, sepertinya saya agak susah untuk setuju." Michael berujar tenang setelah sekitar 2 menit menimbang-nimbang.
"Tapi, Pak, di sana itu tempatnya sangat bagus dan berpotensi. Sebelum perusahaan lain tahu tempat itu, apa gak sebaiknya kita ambil lebih dulu?" Manajer proyek dari perusahan Michael, PT. Saint Resource bersuara.
Michael menghela napas, kemudian menatap sang manajer. "Begini ya, Mas Beni. Di sana lokasinya terlalu berisiko. Gua emasnya tertimbun dalam, berapa puluh meter itu saya lupa. Dan tanah yang menimbun itu tanah liat bercampur lumpur, alias lembut sekali kayak cara ngomong kamu ke gebetan kamuㅡ"
Ruangan dipenuhi tawa pelan, didominasi oleh bapak-bapak berusia 40 tahun ke atas, setelah sejak tadi agak tegang. Namun, Michael tak menggeser keseriusan. Ia tetap pada penuturannya dan masih menggunakan Beni sebagai objek.
"Jadi, Mas Beni, kalau kamu paksa gali di sana, kamu masuk ke gua itu, terus hujan deras, tau sendiri kan akan bagaimana kelanjutannya?"
"Tidak bisa langsung longsor, Pak." Beni berkata.
"Ya yang bilang sekali hujan langsung longsor siapa? Makanya kalau saya belum selesai ngomong, jangan dipotong," ujar Michael, membuat Beni langsung menunduk.
Michael lalu kembali menyantaikan ekspresi. "Justru karena kita tidak tau kapan longsor itu terjadi, maka sebaiknya dihindari saja area yang seperti itu."
"Kita punya alat berat sih, Pak," kata orang dari PT. Sentosa Buana.
"Oh, ya? That's good. Jadi, kalian ratakan dulu semuanya. Pindahkan tanah-tanah lembut itu entah ke mana, lalu make sure permukaan gua emas yang kalian bilang sangat lebar itu tidak ditutupi lagi dengan tanah sedikit pun, baru saya bisa uruskan surat izin dan membolehkan pekerja-pekerja saya turun ke sana," pungkas Michael lugas.
Hening. Sebagian anggota rapat saling tatap-menatap sebab rasanya agak susah mengingat lokasi yang sangat luas, yang jika dihitung-hitung sebesar 2 hektare (20.000 m²).
"Sebenarnya bisa saja, Pak, tapi kita butuh waktu lama dan dana besar untuk perataan lokasi," ujar salah satu perwakilan PT. Sentosa Buana.
Dahi Michael berkerut samar. "Ya terus, gimana? Itu kan tugas PT. Sentosa Buana selaku penyedia lahan? Saya belum mau deal kalau lokasinya masih bahaya."
Semua mata tertuju pada Michael. Beni sangat ingin berujar, tetapi malas kena sapu calon direktur muda yang mulutnya bagai sambal.
"Saya minta maaf, Pak Roland. Saya juga minta maaf sama semua teman-teman dari Sentosa Buana yang hadir di sini." Michael menatap semuanya. "Mungkin kedengaran klise, tapi saya benar-benar tidak mau menggadaikan keselamatan pekerja-pekerja lapangan saya pada lahan baru yang sangat berpotensi, tapi ternyata berbahaya itu," lanjutnya tenang dan serius.
"Pekerja-pekerja saya itu manusia, punya nyawa, punya keluarga yang harus mereka hidupi. Keselamatan dan masa depan mereka, juga masa depan keluarga mereka, ada pada keputusan saya hari ini. Makanya, saya tidak bisa main terima-terima saja. Jadi, Pak Roland...," Michael berkontak mata, "kalau benar-benar ingin bekerja sama dengan kami, jalan satu-satunya seperti yang saya katakan tadi. Kalau tidak bisa, silakan cari perusahaan lain yang mungkin mau mengambil risiko keselamatan pekerja-pekerjanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE
General FictionTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...