1. Tosh

495 76 5
                                    

.
.
.

☆✿✧◉◉۝◉◉✧✿☆

Jenna Mikhayla sampai saat ini tidak habis pikir dengan cara pikir orang tuanya yang sangat tidak masuk akal ini. Menurutnya orang tuanya berpikir kuno.

Padahal sebelumnya dia tidak pernah berharap makan malam hari itu benar benar terjadi. Tiba tiba saja kedua orang tuanya yang super sibuk itu pulang lebih awal dan mengajak Dinner bersama. Sangat aneh untuk Khayla, dan sangat patut untuk dicurigai.


Karena memang mereka sesibuk itu hanya untuk makan bersama atau sekedar bertanya tentang bagaimana harinya Khayla?, atau bagaimana keadaan Khayla?

Khayla ingin berpositif thinking

Tapi ternyata positif thinking terhadap orang tuanya itu adalah sebuah hal yang sia sia. Sebab kalimat pembuka yang Khayla dengar malam itu seolah menegaskan Khayla untuk tidak berharap lebih.

Dengan seenaknya mereka mengatakan "kamu papa jodohkan sama anaknya om Hermawan", dengan tanpa beban sambil meneruskan makan malamnya.

Tidak taukah mereka Khayla hampir tersedak saking terkejutnya.

What?

Om Hermawan?

Bahkan Khayla belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.

Yang membuat Khayla tak habis pikir bukan karena nama yang belum pernah dia dengar, tetapi tiga kata "kamu papa jodohkan" itu yang tidak bisa diterima oleh akal sehat Khayla saat ini.

Apakah mereka berdua lupa dengan umur anaknya sendiri?

"Khayla masih sekolah, kalo papa lupa," Khayla membuka suara dingin sebagai protes, mengingatkan sang ayah barangkali benar benar lupa.

"Tenang aja, gak bakal ada yang tau sebelum kalian lulus," jelas Dirga.

Hilang sudah minat Khayla untuk menyantap makan malamnya itu, garpu dan pisau yang ada ditangannya dilepaskan begitu saja hingga menimbulkan bunyi, dan hal itu berhasil menarik atensi dari kedua orangtuanya

"Aku kenyang," ujarnya lalu berdiri untuk meninggalkan makan malam menyebalkan itu.

✧◉⊹◉۝◉⊹◉✧

Haga yang baru saja memasuki apartemennya, sedikit kaget saat mendapati orangtuanya duduk di sofa depan TV.

Tatapan laki laki paruh baya itu mengikuti gerak Haga, lalu mengeluarkan pendapat yang tak pernah Haga butuhkan, "Ini kenapa Daddy gak mau ngijinin kamu buat tinggal sendiri" kalimat pertama yang Haga dengar begitu memasuki apartemennya.

Tanpa memperdulikan ucapan sang Daddy, Haga menghampiri bundanya yang tengah menatapnya dengan lekat. Sedikit terkejut dengan penampilan putranya itu.

Wanita yang berada di kursi roda itu menatap dengan kerutan di dahi, "Kenapa bisa gini sayang?" Tanya Sarah saat melihat wajah putranya yang terdapat luka memar dan robek.

"Bunda kok gak ngabarin mau datang?" Haga berjongkok didepan kursi roda bundanya, mengabaikan pertanyaan sang bunda, Haga malah mengajukan pertanyaan lain pada Bundanya, sebagai upaya pengalihan topik pembicaraan.

"Daddy sama bunda gak bisa lama lama, habis ini Daddy masih ada kerjaan"

Haga memutar mata malas, dia memang tidak pernah berharap kehadiran pria yang dia panggil Daddy itu untuk datang mengunjunginya.

"Melihat kelakuan kamu belakangan, sepertinya Daddy gak perlu lagi menunggu persetujuan kamu untuk menerima atau enggak, Daddy udah putuskan untuk menjodohkan kamu"

Laki laki bermata sipit itu mengepalkan tangannya, detik berikutnya usapan lembut menyentuh kepalan Haga, memberikan tatapan paling lembut pada putranya itu, memohon lewat sorot mata untuk menerimanya.

Haga kesal bukan main, kalau saja saat ini Bundanya tidak ada disini, mungkin Haga tidak akan segan melayangkan protes Daddy-nya itu. Tapi bundanya akan sangat kecewa jika dia melakukannya.

Hermawan mendorong kursi roda milik istrinya menuju pintu, saat berada didepan pintu, pria paruh baya itu menghentikan langkahnya, berujar tanpa menoleh pada Haga, "Besok Daddy kabarin pertemuannya" sekon setelahnya dia pergi meninggalkan unit apartemen putranya itu.

✧◉⊹◉۝◉⊹◉✧

Masih dengan usahanya, Yasmin mengetuk beberapa kali pintu kamar putrinya. Tanpa mendengar sahutan dari dalam, wanita itu memutar ganggang besi pada pintu dan memasuki kamar Khayla.

"Sayang," panggilannya, seketika Khayla langsung menutup wajahnya dengan selimut begitu mamanya memasuki kamar.

Wanita yang lebih tua itu duduk dipinggir kasur, mengusap lembut punggung anaknya yang saat ini memilih untuk membelakanginya "Sayang, Mama mohon sama kamu" pinta Yasmin dengan nada memelas.

"Kamu maukan menerima perjodohannya?"

"Emang aku boleh nolak?" Tanya Khayla

"Ini demi kebaikan kita juga sayang"

"Terus ngapain nanya pendapat aku, sedangkan aku gak boleh nolak, aku gak diberi kesempatan untuk menentukan hidup aku"

"Maafin Mama ya sayang, ini juga demi kebaikan kamu" setelah mengatakan itu, Yasmin keluar dari kamar putrinya.

Meninggalkan Khayla dengan nafas memburu akibat rasa kesalnya yang tak bisa dilepaskan.

.

.

TBC

Note:

Maaf sebelumnya kepada readers ku yang entah nungguin atau enggak nungguin
Cerita ini aku revisi karena aku mau bikin versi yang lebih layak dibaca, kalo dibaca ulang cerita sebelumnya terlalu abal abal, walaupun yang sekarang masih belum bagus, tapi aku masih berusaha untuk membuatnya lebih baik. Kemungkin nanti aku revisi lagi tapi belum tentu kapan.

Btw beberapa alur aku ganti, dan namanya juga aku ganti.

Semoga kalian lebih suka sama yang direvisi ini 😅
Aku masih belajar, jadi kalo kalian kasi masukan aku makasih banget, dan aku juga bakal makin senang kalo kalian ninggalin vote dan comment.

Semoga kalian lebih suka sama yang direvisi ini 😅Aku masih belajar, jadi kalo kalian kasi masukan aku makasih banget, dan aku juga bakal makin senang kalo kalian ninggalin vote dan comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita nya emang pendek setiap part nya, cuma 500 word lebih dikit
Tapi aku masih tetap butuh vote sama comment dari kalian

Pride And Love |Hyunjin Karina (Ferromi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang