Bang Chan membuka sepatunya di depan pintu rumah yang diikuti oleh teman-temannya yang lain. Siang ini rencananya dia dan teman-temannya akan bertanding PS dengan bayaran akhir yang kalah akan menteraktir yang menang. Sebenarnya ini hanya untuk seru-seruan karena pada akhirnya dialah yang akan membayar semua tagihan makan siang mereka.
Karena rumahnya kosong untuk tiga hari ke depan, Bang Chan mengajak teman-temannya untuk menginap guna menemaninya. Ayah dan Ibunya sedang pergi ke Australia guna menjenguk Felix; adiknya yang sedang sakit.
Setelah mempersilakan teman-temannya untuk duduk di ruang tengah, Bang Chan berlalu menuju dapur untuk membuatkan minum. Tidak lupa dia juga menyiapkan camilan sebagai teman untuk bertanding PS.
"Nih diminum. Gue ganti baju dulu." Setelah meletakkan nampan berisi empat gelas sirup dan dua toples camilan, Bang Chan berlalu meninggalkan teman-temannya di ruang tengah.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Bang Chan berganti pakaian karena sepuluh menit berikutnya dia sudah kembali bergabung bersama teman-temannya di ruang TV. Layar TV menampilkan sebuah game sepak bola.
"Chan, gue pinjem toilet, ya. Kebelet nih." Seorang teman dengan bibir tebal bersuara dan langsung beranjak tanpa menunggu jawaban dari Bang Chan.
"Buset dah si Hyunjin saking seringnya kita maen di sini jadi berasa lagi di rumah sendiri." Teman lainnya yang berwajah seram; Changbin, menyahut setelah melihat Hyunjin; teman dengan bibir tebal, memasuki toilet yang tidak jauh dari ruang TV.
Bang Chan yang melihat Changbin meledek Hyunjin hanya bisa tertawa, teman-temannya memang sering sekali bermain di rumahnya atau sesekali mereka akan menginap jika orang tuanya sedang pergi ke Australia untuk waktu yang lama. Selain karena Felix bersekolah di sana, kampung halaman mereka juga sebenarnya di Negeri Kangguru tersebut.
"Chan, kapan sih adek lo itu bakal balik ke sini?" Bang Chan menoleh pada Changbin yang baru saja bertanya.
"Felix bilang sih kalau udah lulus SMA dia mau balik ke sini. Tapi gue juga nggak tahu pastinya sih Bin. Kenapa?"
"Tahun ini tahun terakhir dia bukan sih, Chan?" kali ini Minho (temannya yang lain) bertanya.
"Iya. Dia 'kan seangkatan sama Jisung. Tapi Papa kemaren tuh sempet bilang katanya Felix mending kuliah di sana." Tangan Bang Chan mengambil toples kaca berisi kacang goreng dan langsung memangkunya untuk diri sendiri. "Gue sebenernya nggak tega lihat dia jauh dari gue dan Papa Mama, tapi yaaa gimana lagi?"
Tak lama terlihat Hyunjin yang baru keluar dari toilet, wajahnya terlihat lebih segar dari sebelumnya.
"Emang lo nggak bilang ke Papa lo tentang keinginan Felix? Felix pengin jadi chef 'kan?"
Bang Chan mengangguk samar, dia tahu betul keinginan terbesar Felix sedari dulu tetapi Papanya tidak mengizinkan karena itu tidak menjamin masa depan. "Udah. Papa juga udah tahu kalau Felix pengin jadi chef, tapi lo tahu Papa gue orangnya kayak gimana." Bang Chan mengambil segenggam kacang goreng dari dalam toples dan mengunyahnya kasar sebelum menelannya, "Felix baik-baik aja kalau lo penasaran. Dia kelihatan seneng kok waktu Papa bilang dia kalau bisa kuliah di sana."
"Gue cuma takut, Chan. Takut banget..."
"Gue paham gimana takutnya lo sekarang, karena Felix juga ngerasain hal yang sama. Gue juga nggak bisa bantu banyak, lo kalau emang nggak pengin dia jauh dari lo, kenapa nggak lo nikahin aja?" tanya Bang Chan. Nada suaranya terdengar santai seperti yang dia tanyakan bukanlah hal penting.
"Udah gila lo. Ya kali gue ngajak dia nikah kayak ngajak jajan kuaci?"
"Sebenernya apa sih yang lo takutin, Bin?"