I'm Sorry (Minsung)

441 56 2
                                    

Di siang yang cukup terik, seorang pemuda duduk termenung. Semangkuk es krim sudah tandas sejak setengah jam yang lalu. Belum lagi satu botol air mineral yang kini hanya tinggal sisa beberapa mililiter saja. Namun itu semua tidak membuat seorang Lee Minho—seorang pemuda yang tadi duduk termenung—mau beranjak dari duduknya. Kini bahkan dia melipat tangannya di atas meja dan menjadikannya sebagai bantalan untuk kepala.

Helaan napas lagi-lagi keluar dari mulut Lee Minho. Entah sudah berapa kali dia menghela napas berat hari ini. Sejak pagi hingga matahari berada di atas kepala, dia tidak juga berhenti memikirkan sebuah hal yang terus mengganggu kepalanya.

Lee Minho tidak mengerti kenapa—

"AAARGH SIALAAAN!"

—Kenapa orang-orang senang sekali mengganggu kegiatan merenungnya?! Lee Minho menjerit dalam hati. Jeritannya pilu, mengundang orang-orang di sekitar merasa sendu.

"Kalau Kak Ino masih diem aja, Jisung pulang deh ya." Buru-buru Lee Minho mengangkat kepala yang sebelumnya menelungkup dalam lipatan tangan di atas meja.

"Eh? Kok pulang sih?"

"Habisnya Kak Ino nggak mau ngomong sama Jisung, jadi buat apa Jisung masih di sini?"

Lee Minho panik saat melihat orang yang duduk di depannya mulai mengemasi barang-barangnya di atas meja. Dia 'kan masih ingin menghabiskan waktu bersama Jisung—si manusia manis nan tampan yang wajahnya mirip tupai.

"Udah ya Kak Ino, Jisung pulang dulu."

Figur Jisung perlahan menjauh dan Lee Minho hanya mampu memandangnya, tidak berniat untuk mengejarnya dan memintanya kembali. Iya, semenyebalkan itu seorang Lee Minho.

Sebenarnya apa sih yang membuat Lee Minho merenung seperti orang yang banyak pikiran? Jawabannya hanya ada satu.

Galau ditinggal anak-anaknya pergi beberapa hari.

Iya, sudah terhitung empat hari anak-anaknya—kucing-kucing lucu milik Lee Minho (iya, dia memang segila itu dengan menganggap kucing sebagai anaknya)—dibawa oleh ibunya ke rumah utama. Alasannya karena rindu dan sang ibu ingin bermain dengan kucing-kucing lucu itu untuk beberapa hari.

Jadi, selama empat hari pula Lee Minho uring-uringan pada semua orang. Termasuk pada Jisung—si manusia manis nan tampan yang wajahnya mirip tupai—kekasihnya.

Jisung sebenarnya merasa kasihan pada Lee Minho karena harus dipisahkan dengan kucing-kucingnya, tapi di sisi lain dia juga sebal karena diabaikan begitu saja oleh kekasihnya. Dia jadi berpikir, sebenarnya Lee Minho lebih sayang padanya atau kucing-kucing itu?

Jawabannya sudah pasti dan Jisung tidak mungkin salah menebak. Tentu saja Lee Minho lebih sayang pada—

"Jisung, kapan ya kucing-kucing kakak balik?"

Jelas, kan?

Mereka sedang berbicara di sambungan telpon. Lee Minho menelponnya setelah dia sampai di rumah. Selesai membersihkan tubuh, Jisung berencana untuk beristirahat. Namun rencana tinggallah rencana, baru saja dia hendak merebahkan tubuhnya, ponsel yang dia letakkan di atas nakas sudah berdering nyaring memaksa untuk segera dijawab.

"Besok, Kak Ino. Enggak usah lebay deh, Kak." Jisung melempar tubuhnya ke atas ranjang, "Aaahh... Ya ampun enak banget." Gumamnya, tidak sadar bahwa dia masih tersambung dengan Lee Minho dalam panggilan.

"HEH! JISUNG! KAMU LAGI NGAPAIN?! TEGA BANGET YA SELINGKUH DARI KAKAK! KAKAK INI KURANG APA SIH?"

Ponsel dijauhkan dari telinga, alis menukik tajam, Jisung tidak paham di mana konotasinya dia merasa enak disangkut-pautkan dengan selingkuh. "Apa sih Kak? Jisung mau selingkuh sama siapa coba?"

Cewmara-OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang