Mentari kembali bersinar terang ketika para pemuda menuruni tangga. Dengan sebuah tas perkakas pada masing-masing tangan dan beberapa noda oli yang tercetak jelas, mereka saling melempar canda sambil berhati-hati melangkahi tiap anak tangga. Ketika orang terakhir menapaki lantai pualam, kumpulan anak tangga itu berdesing, lalu melakukan beberapa gerakan mekanik yang rumit hingga gundukan tangga berubah menjadi datar layaknya pualam tempat mereka berpijak.
"Ayo istirahat, sore nanti dua orang saja yang naik," ujar seorang yang berdiri paling depan.
Yang lain mengangguk setuju disertai dengan gumaman pelan. Mereka mulai meninggalkan lokasi itu, merangkul kawannya menuju sisi barat untuk beristirahat. Kecuali seorang pemuda yang berdiri terakhir, menatap kepergian rekannya dalam diam. Setelah memastikan semuanya sudah masuk Bilik Barat dan menghilang dalam lorong panjang, ia membawa langkahnya menuju Serambi Utara.
Angkasa masih terang, belum memasuki waktu untuk dia keluar dari tempatnya. Namun ia terus melangkah, mendekati pintu kaca dengan ukiran rumit. Sedikit merapikan pakaiannya, ia mengetuk pintu. Kembali ia membenahi penampilannya, memastikan dirinya tampak apik untuk bertamu.
"Jaehyun?"
Pemuda itu menoleh, lengkap dengan senyum rupawannya. Pintu yang ia ketuk tadi kini terbuka, menampilkan seorang pemuda lain berparas manis. Dua manik kelam bagai malam menatapnya lucu, terkejut dengan kedatangan Jaehyun yang cukup tiba-tiba. Pemuda itu hanya menatapnya lamat dalam diam, membuatnya terkekeh pelan.
"Kau takkan membiarkanku masuk Doy?"
"Ah, iya, masuklah ," ia bergeser sedikit dan tersipu samar, memberi ruang untuk Jaehyun masuk ke dalam Serambi Utara.
"Kapan kau akan naik Doy?"
"Seperti biasa Jae,"
Keduanya kini sedang duduk di ruangan luas yang dianggap sebagai ruang tamu bagi penghuni serambi utara. Hening menyelimuti, tak ada yang ingin memulai pembicaraan. Sibuk dengan pikiran masing-masing, saling mencuri pandangan. Beberapa kali Doyoung hendak berucap, namun kembali segan saat melihat lawan bicaranya turut menggerakan bibir. Berakhir dalam kesunyian menggantung diantara mereka.
Tak apa, keduanya menikmati keterdiaman ini dengan mengamati paras elok pasangannya. Pertubrukan netra cerah dan kelam yang saling mengagumi pesona masing-masing, memuja dalam diam dengan tatapan kagum.
Waktu terus bergulir, seiring dengan pembicaraan yang entah dimulai oleh siapa. Suara tawa mengalun merdu menyapa pendengaran Jaehyun, membuat kisah yang ia ceritakan terhenti sejenak, digantikan oleh dua sabit memesona bagi Doyoung. Keserasian terlihat jelas dalam interaksi mereka.
Tanpa mereka sadari angkasa kini berubah jingga, menandakan waktu Jaehyun untuk keluar dan melakukan pekerjaannya. Dengan berat hati ia pamit pada cahaya matanya, meninggalkan kecupan lembut pada kedua kelopak mata Doyoung sebelum berlalu dari Serambi Utara dan melesat ke arah Bilik Barat.
Menyisakan panas yang merambat cepat pada pipi pemuda manis itu, sambil menatap kepergian sang kekasih dari tempatnya berdiri. Tangannya menangkup telinganya yang memerah. Berusaha keras untuk menghentikan gelombang rasa menyenangkan yang menyapunya dengan cepat.
0o0
pendek ya .-.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemintang dan Sanubari [JaeDo] -END-
FanficJAEDO | BXB | FANTASY | SOFT | FLUFF | SHORT | ANGKASA AU [END] Segala yang ada di angkasa pasti memiliki pengurusnya. Sama halnya seperti hati Doyoung, si pengurus Polaris. Sejauh kisahnya dalam menjaga Surya, Jaehyun sadar ia membutuhkan seseoran...