"JANGAN bergerak!" seru Pete Crenshaw.
Bob Andrews dan Jupiter Jones langsung bersikap seperti patung. Ketiga remaja itu sedang berada di kantor mereka yang merupakan markas Trio Detektif, perusahaan detektif swasta yang mereka kelola bersama-sama. Karavan tua itu tersembunyi letaknya di bawah rongsokan yang bertumpuk tinggi di dalam pekarangan The Jones Salvage Yard, sebuah perusahaan yang berdagang barang-barang bekas. Walau letaknya tersembunyi, tapi ada saja kemungkinan orang lain secara tidak sengaja menemukan salah satu jalan masuk ke situ. Bob dan Jupe melirik ke sana sini dengan seksama, sambil menajamkan pendengaran.
"A... ada apa, Pete?" tanya Bob berbisik.
Pete menatap kedua temannya dengan pandangan galak.
"Ada yang menyambar roti bekalku untuk makan siang!" tukasnya. Bob melongo.
"Rotimu?" katanya. "Cuma itu-!"
"Bekal makan siangmu, Dua?" Jupiter ikut bertanya dengan nada bingung, karena merasa mungkin salah dengar. Pete tertawa.
"Aku cuma bercanda," kata remaja bertubuh jangkung itu. "Tapi bukan berarti bekalku itu tidak penting! Perutku sudah mulai protes, ingin cepat-cepat diisi."
"Lelucon yang tidak lucu," tukas Jupiter. "Keisengan seperti itu bisa berbahaya, tahu?! Kau kan kenal cerita anak yang suka menimbulkan kepanikan karena berteriak, 'Ada serigala!' Keisengan seperti itu bisa-" "Sudah, jangan bicara panjang lebar lagi!" kata Pete memotong. Jupiter, pemimpin Trio Detektif yang berotak cerdas itu kadang-kadang bisa agak sok gayanya, apalagi jika merasa perlu memberi penjelasan panjang lebar. Bob dan Pete sering harus menyadarkan bahwa sikapnya itu menyebalkan bagi orang lain. "Mengaku sajalah, kau tadi pasti tidak bisa menahan diri ketika aku dan Bob sedang berada di luar, di bengkel. Pasti kau sendiri yang menyikat roti bekalku!"
Air muka Jupiter nampak memerah.
"Bukan aku yang mengambil!" tukasnya sengit. Karena tubuhnya tidak langsing, meski juga belum bisa dikatakan benar-benar gemuk, ia paling tidak suka jika ada yang menyindir bahwa ia tidak bisa menahan diri kalau melihat makanan.
"Yah," kata Pete ngotot, "tapi yang jelas, bekalku itu ada yang mengambil."
"Mungkin kau tadi membawanya ke luar, lalu melupakannya di sana," ujar Bob mengajukan dugaan.
"Entah di mana barang itu, nanti saja kita selesaikan urusannya," kata Jupe. Sikapnya sudah seperti biasa lagi. "Kita masih tetap belum mengambil keputusan, mau ke mana kita pesiar besok. Ini kesempatan terakhir bagi kita untuk mengalami sesuatu yang mengasyikkan, sebelum kembali bersekolah lagi. Karena kelihatannya saat ini tidak ada yang memerlukan tenaga kita sebagai penyelidik, dan karena sepanjang liburan musim panas kita sudah sibuk terus bekerja sebagai tenaga suruhan di perusahaan paman dan bibiku ini, kurasa sudah sepantasnya jika besok kita benar-benar melancong sepuas hati. Kita sudah sering ke Disneyland. Jadi bagaimana jika kita kali ini ke Magic Mountain. Aku belum pernah ke sana."
"Aku juga belum," kata Pete. "Ada apa di sana?"
"Tempat itu salah satu taman hiburan yang paling besar dan paling hebat di dunia," kata Bob bersemangat. "Di sana tidak ada barang- barang fantasi seperti di Disneyland. Tapi ada empat permainan kereta luncur di atas rel yang berbelok-belok dan turun naik. Satu di antaranya bahkan dilengkapi dengan belokan yang berbalik seratus delapan puluh derajat. Seram, deh-kepala kita ada di bawah pada saat membelok di situ! Ada pula dua kereta yang meluncur di semacam parit, yang di ujungnya ada kolamnya. Pada saat kereta mencebur ke situ, pakaian kita bisa basah kuyup tersiram! Belum lagi kincir ria jenis istimewa, yang lingkaran rodanya besar sekali. Ada barangkali, satu kilometer! Lalu sekitar tiga puluh tunggangan lainnya-dan semua boleh dinaiki dengan sekali saja membeli karcis masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
(28) TRIO DETEKTIF: MISTERI KEMELUT KEMBAR
Science FictionJupe juga bingung, ada seorang anak seumuran dengannya yang begitu mirip dan persis seperti dia. Bahkan para penculik kesulitan membedakan mereka. Siapa anak itu? Apa dia kembaran jupiter? text by Willian Arden alihbahasa by Agus Setiadi, Gramedia...