004

9 0 0
                                    

Pasukan Armed Forces terbagi dalam empat squad. Squad S, squad A, squad B, dan squad C. Seragam mereka dibedakan dalam empat warna namun dengan model yang sama. Squad S dengan seragam hitam—merah, squad A dengan seragam hitam—biru, squad B dengan seragam hitam—ungu dan squad C dengan seragam hitam—kuning. Begitupun dengan warna dari Heishi box mereka.

Sebenarnya tidak ada perbedaan diantara keempat squad itu, seluruh prajuritnya dilatih untuk bertarung, mengalahkan zombie, juga mengalahkan monster laba-laba raksasa yang saat ini disebut sebagai 'Mokumo'. Yang membedakan mereka hanya tugas, kebanyakan tugas squad S dan A adalah berpatroli keluar markas sedangkan squad B dan C adalah menjaga markas, dan asrama.

Itulah informasi yang disampaikan oleh para komandan squad pada upacara siang tadi. Empat komandan squad yang terkenal dengan kekuatan mereka. Pertama, Leonard Dawson, komandan squad S. Kedua, Harry Roberts, komandan squad A. Ketiga, Carla Lawrence, komandan squad B. Keempat, Ben Stewart, komandan squad C.

Tak hanya itu saja, ada satu hal lagi yang disampaikan oleh Jenderal Lawrence saat upacara tadi. Yaitu ke-ikut sertaan Michelle Lawrence putri keduanya dan Zacht Zelfa anak tunggal dari Mr. Presiden dalam pelatihan prajurit baru tahun ini. Dua anak dari keluarga dengan nama besar itu ternyata seumuran dengan Yuna. Yuna bahkan tidak pernah melihat mereka sebelumnya, tentu saja tidak, karena dari kecil Yuna tinggal di area pedesaan. Tidak ada televisi dan jangkauan internet pun hanya sedikit.

Jenderal Lawrence, seorang pemimpin di dunia militer negara Okipatriam. Beliau dulunya adalah komandan squad juga, beliau dikenal sebagai orang yang serius dan tegas. Jenderal Thomas Lawrence memiliki dua putri, Carla Lawrence yang saat ini menjabat sebagai komandan squad dan Michelle Lawrence calon prajurit.

"Yuna, Michelle itu... Dia perempuan kan?" Friya tiba-tiba menepuk pundak Yuna membuat empunya agak terkejut. "Ya, Jenderal bilang sendiri kan tadi. Michelle adalah putri keduanya setelah komandan Carla." Jawab Yuna.

"Uhh tapi rasanya... Dia tampan dan cantik sekaligus, apalagi dengan model rambutnya yang seperti laki-laki itu" Ujar Friya. Yuna hanya terkekeh dibuatnya. "Eh Yuna! Aku baru ingat Zacht itu jarang sekali terlihat di media masa loh, seperti televisi dan internet. Aku saja pertama kali melihatnya tadi. Dia adalah anak Mr. Presiden yang introvert." Lanjut Friya.

"Oh, begitu" Balas Yuna singkat. Sejujurnya Yuna memang tidak terlalu tertarik dengan apa yang di bahas oleh Friya.

Keduanya lanjut berjalan di koridor, sesekali dihiasi dengan mulut Friya yang tak berhenti bicara. Terus seperti itu sampai mereka akhirnya tiba di kamar asrama nomor 10 itu lagi.

Friya masuk mendahului Yuna dan langsung membuka kedua sepatunya dan tergesa-gesa menaiki tangga, setelah itu ia langsung tenggelam di kasurnya. Yuna yang melihat tingkah teman sekamarnya itu hanya menggelengkan kepalanya. Gadis bersurai biru tua itu juga melepas kedua sepatunya dan membaringkan dirinya di kasur. Beberapa menit sempat dilanda keheningan, dan membuat Yuna memiliki kesempatan untuk terlelap sebelum-

"Yuna! Besok adalah hari pertama kita latihan! Apa kau tidak sabar?" Suara nyaring itu membangunkan Yuna lagi.

Yuna mendengus kasar. "Friya, bisakah kau membiarkanku beristirahat dulu saat ini?."

Mendengar jawaban dari teman barunya itu, Friya terdiam. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum berkata "Baiklah." Lalu suasana kembali tenang.

Sementara Yuna sebenarnya belum benar-benar tertidur. Gadis itu menatap kosong ke arah tembok putih kamarnya. Selalu ada saatnya dimana perasaan Yuna bercampur aduk seperti ini. Di satu sisi Yuna semangat berharap Yugo masih hidup, namun di sisi lain terkadang ia merasa hal itu mustahil. Tentu ketika berumur 13 tahun ia masih percaya bahwa Yugo masih hidup. Namun semakin tumbuh dirinya, ia jadi semakin sering berfikir bahwa Yugo kemungkinan tidak akan bisa bertahan hidup di dunia yang hancur seperti sekarang ini sendirian.

Air mata mulai mengalir dari manik biru navy nya. Yuna sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menangisi hal-hal yang dipikirkan olehnya sendiri. Tapi ia juga tak bisa terus bersedih seperti itu, satu satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini untuk Yugo adalah mendoakannya dan berharap yang terbaik untuknya.

Perlahan ia terlelap. Namun, begitu kedua manik biru tua Yuna tertutup. Cahaya berwarna biru tua terpancar dari liontin bintangnya dengan indah.

Ya.

Liontinnya kembali bersinar

—🔫—

Yuna mengerjapkan matanya yang terasa sedikit berat. Suasana serba gelap, Yuna bangkit dari tempat tidurnya dan perlahan mulai meraba tembok, mencari saklar lampu.

Ctekk

Saklar lampu berhasil Yuna temukan. Gadis bersurai biru tua itu melirik ke arah jam dinding. Disana jam dinding menunjukkan pukul '23.11'. Yuna mengangkat alisnya, sedikit terkejut karena ia tertidur dengan pulas dari sore hingga hampir tengah malam. Juga sepertinya Friya yang mematikan lampu asrama. Akhirnya, Yuna memutuskan untuk membasuh wajahnya di kamar mandi, lagipula Yuna tak mungkin bisa tidur lagi jika sudah terbangun seperti ini.

Yuna menghela nafas. "Sekarang apa?. Besok aku harus bangun sangat pagi dan sekarang aku malah terbangun." Gumamnya. Yuna melirik ke arah ranjang atas, disana Friya masih pulas tertidur. "Anak itu kuat sekali tidurnya. Tak heran jika dia selalu bersemangat."

Karena tak tahu apa yang harus dilakukan, Yuna kembali duduk di kasurnya. Yaa, walaupun dia hanya terdiam disana. Di asrama AF ini tidak diizinkan membawa smartphone, sebenarnya jika pun diizinkan, Yuna akan jarang memakai smartphone-nya yang diberi oleh sister Bella.

Yuna beralih pada liontin biru bintangnya lagi. "Tadi aku sempat bermimpi liontin ini kembali bersinar. Apa itu memang terjadi sesaat setelah aku terlelap atau hanya mimpi?."

Yuna menghela nafas. Gadis itu kemudian beranjak dari kasurnya, pergi menuju dapur asrama untuk mengambil segelas air. Yuna menarik gagang pintu kebelakang, lalu kembali menutupnya dengan perlahan begitu ia sudah ada di koridor. Suasana sangat sepi, tidak ada calon prajurit, ataupun komandan pasukan yang berkeliaran di area koridor.

Yuna mengambil langkah santai menyusuri koridor. Walaupun lampu koridor itu sedikit redup, namun Yuna bukan penakut. Jadi tak masalah ia pergi ke dapur sendirian di tengah malam hari seperti ini.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOUBLE Y : INCIDENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang