lelaki dengan tinggi kira-kira 184 cm dan rambut lurus yg sedikit berantakan berjalan di tengah koridor dengan banyak mata yg tertuju padanya."pagi kak Rian"
"hai kak Rian"
"kak Rian baca surat aku dongg"
"kak Rian minta no hp nya dongg"
Begitulah kira-kira hari Rian di mulai, bagai cerita berulang yg selalu membuat Rian malas dan lebih memilih untuk terus berjalan menuju kelas yg berada di ujung koridor tanpa menggubris satupun sapaan dari para penggemarnya.
Rian Pratama Wijaya seperti nama tengah nya, lelaki itu selalu jadi juara pertama di kelas. Nilainya selalu sempurna tidak ada nilai perlajaran yg kurang dari 100. karena itu juga bukan hanya murid yg tertarik padanya tapi juga beberapa guru berstatus janda kembang selalu memberikan perhatian khusus kepada anak itu.
Dari SMP Rian memiliki moto belajar belajar dan belajar hingga di juluki si maniak ilmu dan juga ia memiliki sifat yg sangat dingin dan hampir tak terlihat berbicara kecuali ketika menjawab pertanyaan dari guru. Tapi meski begitu tetap banyak yg menyukai nya dan bahkan tergila-gila padanya itu pun di dukung oleh paras Rian yg tampan dan juga status Rian sebagai anak CEO perusahaan besar di kota itu.
Tak sedikit perempuan yg mendekati Rian hanya karena hartanya, dari kakak kelas hingga adik kelas selalu mencari cara agar mendapat kesempatan untuk menjadi kekasihnya. tapi sayang hanya satu yg bisa mendapatkan perhatian Rian yaitu buku tebal dengan debu yg terpajang di rak buku perpustakaan.
Yg membuat Rian spesial dari pada maniak ilmu lainnya adalah gayanya yg selalu keren dan terbilang mahal juga berkelas membuat banyak siswa di sekolahnya iri terlebih lagi tak ada siswi yg tidak memiliki rasa kepada Rian yg membuat siswa di sekolahnya selalu di perlakukan seperti barang tak laku di rak ujung supermarket. karena itu juga tidak ada siswa yg ingin berteman dengannya.
hubungan Rian dengan keluarganya sedikit tidak baik, itu juga yg menjadi faktor rian selalu belajar dan tidak pernah bergaul karena kedua orang tuanya selalu menuntut nilai yg besar sejak dia masih berada di bangku taman kanak-kanak.
****
lelaki itu menarik kursi di ujung ruangan lalu mendarat kan bokongnya di atas kursi tersebut. ia lalu mengambil dua buku tebal dengan satu buku catatan dari dalam tasnya lalu membuka satu demi satu lembar buku tebal itu sambil mencatat hal yg menurutnya penting di buku catatan.
semua mata di dalam kelas tertuju padanya "cih sok rajin bet si tu orang" cibir salah satu siswa yg berada di bangku paling depan "dih sok rajin? lo aja kali yg sirik! Rian tuh orangnya emang rajin, pinter, plus ganteng gak kek lo dah burik idup pula!" timpal cewek yg berada di sebelahnya membuat cowok itu semakin kesal "dahlah bro, lo gak akan menang lawan berlian" kata teman nya sambil menepuk bahu siswa itu prihatin.