secercah ingatan

15 1 0
                                    

"tidakkah bosan menghabiskan waktu untuk berkerja, bekerja dan bekerja"

"Tidak.! aku mencintai hobiku, dan hobiku adalah pekerjaanku" lagi lagi fakhri menggeleng, wanita seperti ini yang diinginkan orang tuanya. Wanita mungil nan keras kepala.
Saat ini gadis itu masih bersekolah kelas 11 Sedangkan fakhri berkuliah semester 6 dikota yang berbeda. Perjanjian antara ayah fakhri dan ayah nissa tentang perjodohan anaknya masih menjadi hantu gentayangan untuk keduanya.
fakhri laki laki betubuh tinggi putih dengan bola mata legam tidak pernah memikat hati nissa sedikitpun meski jutaan wanita mengakui kharimanya, tidak pada nissa. Ditambah sifat dingin dan angkuhnya membuatnya ingin muntah saat itu juga. Keramahan nissa tidak untuk fakhri.
ketika mereka bertemu, suasana berubah mencekam, antara sunyi, senyap atau hening.
tidak ada tanda tanda jodoh antara mereka.

"Gue mau punya istri yang nurut dan fokus dirumah"

"nikah aja sama pembantu"

"bisa sedikit sopan?"

"sopan? oh menurutmu gue gak sopan? cara ngomong gue ya begini"

"kenapa orang tua gue milihin cewek kayak elo sih? emang didunia ini gak ada stock cewek yang lebih feminim, kalem, penurut gitu"

"ahaha... sorry bukan gue orangnya. Lagi pula lupakan perjodohan. Kita hidup dijaman yang serba modern. Lo bisa cari cewek dikampus loh, dan gue cari cowok disekolah gue. Orang tua kita akan melupakan perjodohan itu kalau kita sudah punya pasangan masing masing"

fakhri berdehem sebentar, berdiri meninggalkan wanita bawel di tepi kolam berenang sendirian. Ia lebih memilih menuju kolam ikan agak jauh dari nissa. Sesekali memperhatikan obrolan dua laki laki tua dihalaman depan.

"Lo tu gak asik, makanya gue males temenan sama lo" nissa mencoba menghampiri lagi fakhri, tak ada jawaban. Malas rasanya mengeluarkan suara untuk wanita ini. merasa diabaikan nissa berjalan kedepan menuju halaman tepat dimana 2 laki laki mengobrolkan sesuatu yang kelihatannya begitu asik.

"pak, pulang yok. nissa mau siapin baju buat nyanyi besok"

"lo nissa ikut lomba nyanyi?"

"gak, nissa ikut tantenya nyanyi diwedding. Susah dilarang, dari dulu sering ikut ikut tantenya"

"oalah, harusnya nissa fokus sekolah dulu.biar sekolahnya gak terganggu"

"gak terganggu kok om, nissa happy menyalurkan hobi"

"susah yah, bapaknya aja jarang didengerin apa lagi orang lain" mata nissa menatap kesal pria yang baru saja mendaratkan pantat disebelah bapak. Ingin sekali mencakar wajah sok gantengnya itu. Bicara gak bicara tetap saja datar.

"Tuh dengerin nak, fokus sekolah dulu"

"asal nissa bisa bagi waktunya gak papa kan pak? om? lagi pula nyanyi tu hobi nissa jadi nissa gak pernah ngerasa capek kalau nyanyi tu. Kaya ada kepuasan tersendiri gitu"

𖣔𖣔𖣔𖣔

Nissa menatap langit gelap, bayangan percakapan seakan tayang lewat layar 2 dimensi dihadapannya, Apa kabar fakhri? apa ia masih ingat dengan perjodohan itu. Sudah hampir 3 tahun tidak ada kabar tentang fakhri, mungkinkah ia sudah menikah sekarang? atau bahkan sudah punya anak?

nissa meraih hp nya, mengetik sebuah nama fakhri alfahrizi dipencarian. Tak menunggu berapa detik muncul banyak pilihan. Matanya tertuju pada foto profil gelap, kaget bukan main sebuah tangan bayi menghiasi sorotan instagramnya.

back>>

nissa tersenyum masam, tidak ada gunanya stalking hal tidak penting, apa yang ada dibenak barusan benar. akhir dari Pilihan terburuknya terjadi. Sakit?

tidaklah, ia hanya sedikit berkaca diri, segitu tidak maunya fakhri bersanding dengannya hingga undangan saja tidak sampai dihadapan.

Ddrrrttt...

Dddrrtt...

nissa menatap layarnya, beberapa foto masuk lewat pesan whatsapp
"lu mau yg abu atau coklat" pesan berasal dari kak zara.

"Abu abu kk"

"owkeyy cil"

.....

nissa kembali menutup hpnya, semenjak ia resmi bergabung diband bang ali ia dituntut lebih. Ntah itu dalam segi berpakaian ataupun segi musik. Mungkin saja niat dan tujuannya baik, sangat sering nissa merasa semuanya berat sebelah. Hanya dia didepan, hanya dia yang dikenal, hanya dia yang dihujat. Tapi bukankah itu sebagian dari resiko yang harus dijalani?

Ddrrttt...

"Niss"

"iya bang?" jika tadi pesan berasal dari kak zara, kali ini pesan dari bang ali. entah mereka sedang berada ditempat yang sama atau berbeda, intinya pesan masuk beriringan.

"udah makan?"

"udah bang, ada apa?"

" ....
.....
.....
ini pas bait ini, boleh nissa tambahin improf nissa biar pas intrumen vokalnya gak kosong"

"siyap bang"

"oke, siapin mental ya untuk besok memulai semuanya, jangan malu depan kamera"

"hehe iya insya Allah bang"

"oke, istirahat yang cukup ya, good Night"

setelah membaca secara saksama nissa menaikan bola matanya keatas, kok bisa seorang bang ali yang cuek dan selalu serius romantis seperti itu

"pesan telah dihapus"

Baru saja nissa ingin mengetik terima kasih, pesan lebih dulu ditarik.

ANEH? sangattt

"Ahh... sudahlah" nissa berjalan menuju kamar, hendak berwudhu lalu tidur.

☀︎︎☀︎︎☀︎︎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

bukan maksudku merebut! (real life)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang