04.

17 1 0
                                    

Saat ini Afsana dan Atha berada di Coffee shop milik Atha dan teman-temannya. Malam ini memang Atha sengaja mengajak Afsana untuk berkunjung. Kemarin, setelah Atha sembuh, cowok itu merengek kepada Afsana untuk minta ditemani di Coffee shop.

Benua meracik kopi pesanan salah satu pelanggannya, cowok itu dengan cekatan membuat kopi. "Gue sebenernya kemarin mau ke rumah lo, tapi Coffee shop rame banget. Anak-anak juga kemarin pada bantuin, sorry ya," ucap Benua kepada Atha.

Atha terkekeh lalu menepuk bahu Benua. "Santai aja kali, gue kemarin cuma demam biasa," jawabnya.

Atha menoleh ke arah kasir, disana Afsana sedang menggantikan Ghani yang sedang membeli makanan untuk makan malam mereka. "Gue bantu apa nih Nua, di dapur juga udah ada anak-anak."

"Lo ke kasir aja, bantuin Afsana tuh sekalian kasih tau dia kalo Coffee shop kita ada menu kesukaan dia," jawab Benua yang kembali meracik kopi.

Atha mengangguk lalu menghampiri Afsana yang terlihat sedang menata uang. Cewek itu malam ini hanya memakai baju tidur serta  cardigan hitamnya, tak lupa hijab borgo hitam. "Dapet banyak nggak?" tanya Atha yang duduk di sebelah Afsana.

Afsana mengangguk tanpa menoleh ke arah Atha. "Lo ngapain ke sini, bantuin di dalem sono!"

"Kata Benua gue disuruh bantuin lo. Yaudah gue kesini."

"Terserah," jawab Afsana.

Afsana mengedarkan pandangannya, melihat Ardhan dan Fathan yang terlihat kuwalahan melayani pengunjung yang semakin malam semakin banyak. Ia mendorong bahu Atha pelan. "Lo bantuin tuh di Ardhan sama Fathan, mereka butuh bantuan," suruh Afsana.

Atha mengangguk lalu beranjak meninggalkan Afsana. Ia ke belakang untuk mengambil pesanan pengunjung lalu mengantarnya. "Silahkan dinikmati mbak," ucap Atha.

Langkah Atha terhenti ketika pengunjung tadi memanggilnya. "Kenapa ya?" tanyanya.

Gadis dengan baju crop itu tersenyum malu-malu. "Boleh minta nomor wa-nya nggak mas?" ucapnya.

Atha mendengus, ia lalu menatap gadis itu dengan senyuman terpaksa. "Maaf mbak, nomor saya privasi jadi maaf banget nggak bisa." setelah itu Atha kembali.

"Kenapa lo?" tanya Agam yang melihat Atha kembali dengan wajah masam.

Atha menggelengkan kepalanya, ia mengambil helm dan jaketnya yang berada di atas kulkas. "Gue balik dulu ya, palingan jam 10 kesini lagi. Mau nganterin Afsana pulang dulu, sebelum abangnya nelfon," pamit Atha kepada Agam dan yang lainnya.

Mereka mengangguk lalu bertos ria. "Hati-hati, jangan lewat jalan sepi lo. Gue denger jalan Mahasa ada banyak begal kalo malem," peringat Benua.

Atha mengangguk lalu menghampiri Afsana. "Na, ayo pulang! Pamit dulu sama yang lainnya!" titahnya kepada Afsana.

Afsana menoleh lalu mengangguk, ia kemudian memanggil Agam untuk menggantikannya. "Gue balik dulu ya, besok selesai kelas gue kesini sama yang lainnya," ucap Afsana.

Ardhan mengangguk. "Lo besok yang jaga ya Na, kita kita ada kelas sampe sore soalnya."

Afsana mengacungkan jempolnya. "Gampang itu mah, gue balik dulu."

"Mau beli apa dulu?" teriak Atha karena suaranya tidak jelas didengar oleh Afsana yang berada di boncengannya.

"Enggak mau beli apa-apa," jawab Afsana.

"Serius? Beli ciki aja ya, gue beliin," ucap Atha dan diangguki Afsana.

Mereka turun di depan Alfamart yang berada di pinggir jalan. Atha melepaskan helm Afsana, membantu gadis itu merapikan kerudungnya. "Ayo!" Atha menarik pelan tangan Afsa, mengajak gadis itu masuk ke Alfamart.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AfsanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang