Un-Ordinary

16 3 0
                                    

HAPPY READING ♥️
_________

Dear, kamu yang dekat namun terasa jauh,

Banyak kata yang ingin ku katakan kepadamu,
Tapi, aku tak bisa.
Banyak cerita yang ingin ku ceritakan padamu,
Tapi, aku tak bisa.

Bukan tak bisa karena ku tak ingin,
Malah aku menginginkannya.
Aku tak bisa karena ... aku tak yakin,
Tak yakin jika kamu mau mendengarkannya.

Kejadian beberapa hari yang lalu,
Membuatku yakin kalau kamu tidak menginginkanku.
Kejadian itu,
Membuatku yakin kalau aku bukan orang yang tepat untuk memberikan kebahagiaan kepadamu.

Maaf dan terimakasih.

________________

Lima orang remaja dengan berbalut seragam abu-abu sedang tidur secara melingkar diatas rooftop, menikmati semilir angin yang berhembus mengenai wajah mereka. Seharusnya sekarang murid-murid sedang berada di kelas—mengikuti pelajaran, tapi tidak dengan mereka. Dalam kurung, mereka bolos! Parah memang.

"Aku udah nemu!" seru gadis berambut cokelat sepunggung itu, bangun dari tidurnya.

"Nemu apa?" tanya laki-laki itu, ikut bangun dari tidurnya. Tanpa sadar tiga orang lainnya juga bangun, mengikuti mereka berdua.

Gadis itu tersenyum, lalu ia berdiri menghadap mereka berempat. "Aku udah nemu sebutan yang cocok untuk ikrar kita."

"Sebutan?" tanya mereka berbarengan. Gadis itu mengangguk.

"Atlan! Ksatria yang jujur," ujarnya menunjuk laki-laki dengan gaya rambut berantakan itu.

"Gue?" Atlan menunjuk dirinya, saat hendak berbicara lagi gadis itu sudah terlebih dulu melanjutkan ucapannya.

"Yuda! Pangeran yang sabar."

"El! Penjaga yang setia."

"Zahra! Peri yang baik hati."

"Dan aku ... Misel! Putri yang pemaaf." Misel menunjuk dirinya bangga.

Atlan dan El ingin protes atas sebutan yang diberikan, namun Misel sudah lebih dulu memotongnya.

"Karena hari ini hari ulangtahun aku, jadi kalian ga boleh protes!" ujarnya melipat tangan didepan dadanya. Tanda tak ingin dibantah.

"Enggak nggak! Pokoknya gue ga mau!" bantah Atlan.

"Sama, Cel. Masa iya kita pakai sebutan kayak gitu sih, kayak ... anak kecil." El memelankan suaranya diakhir ucapannya. Atlan mengangguk, setuju atas penuturan El.

Misel menggeleng-gelengkan kepalanya. "No! Kalian ga boleh protes."

"Tap-"

"Siapa yang setuju!" Misel dengan cepat mengangkat tangannya.

"Aku!" seru Zahra mengangkat tangannya, diikuti oleh Yuda.

"Nah, tiga lawan dua. Kalian kalah! Berarti kalian ga boleh protes lagi!" Misel senyum penuh kemenangan.

Atlan menatap tajam kearah Zahra dan Yuda. Zahra bersiul menghindari kontak mata dengan Atlan, sedangkan Yuda? Hanya bersikap acuh.

"Nah! Ayo, Lan." Misel menyenggol lengan Atlan, membuat sang empunya menghembus 'kan nafasnya kasar.

"Okey, fine! Atlan, Ksatria yang jujur." Atlan mengepalkan tangannya kedepan, sesudah mengucapkan kalimat itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Un Ordinary (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang